Empati

Pernah satu malam saya nonton di 'Tawa Sutra' ada seorang ibu tergopoh-gopoh memasuki ruang praktek dokter gigi, ibu itu bertanya kepada dokter gigi. 'Dokter, anda bisa mencabut gigi dengan cepat? Tidak usah pake suntik bius. Langsung aja. Kami buru-buru hendak ke bandara.'

Dokter gigi yang diperan Pepi menatap sang ibu dan berkata 'Ibu sepanjang karier saya sebagai dokter gigi belum pernah menjumpai orang seperti ibu. Ibu benar-benar orang yang hebat. Sekarang gigi mana yang hendak dicabut?'

Ibu itu menarik tangan suaminya dan mengatakan, 'Ayo tunjukkan pada pak dokter, gigimu yang sakit sebelah mana?'

Mendengar jawaban sang ibu rasanya saya tak kuasa menahan tawa. Itulah gambaran diri kita. Seringkali bila kita terhadap orang lain. Terkadang kita menuntut tanpa mempertimbangkan perasaan dan keadaan orang lain, seperti ibu yang tidak mempertimbangkan betapa sakitnya suaminya, giginya dicabut tanpa obat bius hanya karena buru-buru hendak ke bandara.

Membangun empati terhadap sesama akan menumbuhkan sikap cinta kasih. Sikap cinta kasih pada sesama membuat kita menjadi peka terhadap penderitaan bagi orang lain. Bila sikap empati tidak ada pada diri kita maka kita bisa menjadi orang yang tidak berperasaan terhadap penderitaan orang lain.

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu'anhu –pelayan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam- dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, 'Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai bagi saudaranya, apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri.. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

0 Response to "Empati"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel