Kebaikan Berbuah Manis

Ketika hari berselimutkan gelap, pertanda hari sudah malam. Seorang dokter nampak sedang sibuk mengobati luka pasien yang cukup parah. Pasien itu terbaring lemah diruang gawat darurat rumah sakit dengan menderita luka tembak dibagian lututnya. Dokter muda itu gamang. Tugasnya sebagai dokter harus menyelamatkan pasiennya sementara disisi lain dia tahu laki-laki dengan luka tembak itu seorang penjahat yang merampas motor dengan melukai pemiliknya.

Sang dokter itu masih teringat benar, sebulan yang lalu laki-laki itu pernah ditolongnya ketika tubuhnya penuh luka karena dikoroyok masa setelah ketahuan mencopet di angkot. Wajahnya berkeringat, keraguannya masih menyelimuti dirinya. Keputusannya menyelamatkan nyawa pejahat itu telah membuat bahunya terasa menahan beban.

Saya mengenalnya ketika saya mengantar salah satu anak Amalia sedang sakit. Pernah suatu hari dokter muda itu hadir ke Rumah Amalia untuk bersilaturahmi. 'Sejak usia 4 tahun saya ditinggal ayah saya mas agus, saya dibesarkan ibu seorang diri, saya kagum dengan pengorbanan ibu untuk membesarkan kami, anak-anaknnya.' Katanya. Air matanya mengalir disaat dokter muda itu bercerita ibundanya tercinta. Itulah sebabnya hatinya mudah tersentuh dengan penderitaan orang lain.

'Mas Agus, apakah tindakan saya sudah benar menolong penjahat itu? Bagaimana bila setelah sembuh dan keluar dari penjara malah penjahat itu lebih kejam?' Ucapnya suatu malam di Rumah Amalia. Saya katakan padanya bahwa apa yang dilakukan adalah benar. 'Pak Dokter, Dimuka bumi ini semua orang pada dasarnya baik, Prasangka baik kita adalah kekuatan untuk mengubah orang yang tidak baik menjadi baik. Jadi perbuatan baik yang telah kita lakukan tidaklah sia-sia.' Begitu saya menjelaskan padanya.

Dokter muda itu duduk terdiam, nampak berpikir cukup lama. Saya membiarkannya membisu sendiri. Anak-anak Amalia sedang sibuk membaca al-Qur'an. Tak lama kemudian dokter muda itu tersenyum, wajahnya berubah gembira. Dia lalu mengucapkan hamdalah, 'alhamdulillah, terima kasih Ya Alloh,' ucapnya. 'Saya menemukan energi yang begitu luar biasa, terima kasih Mas Agus atas pencerahannya.' Dokter muda itupun pamit.

Suatu hari Pak Dokter itu datang ke Rumah Amalia pada hari libur mengajak saya pergi kepinggiran kota Jakarta. Awalnya saya mengira hanya sekedar jalan-jalan. Kami mampir disebuah warung bakso. warung bakso sederhana, itulah nama warung baksonya. Ternyata warung bakso itu penjualnya mantan pasien yang pernah ditolongnya. 'Ini lo mas, penjahat yang saya pernah ceritakan tempo hari,' bisiknya lirih. Tak lama kemudian dua mangkok bakso telah tersedia untuk kami berdua. Penjual yang mantan penjahat itu menghampiri meja kami. 'Insya Alloh saya akan mengembangkan warung bakso saya, Pak Dokter. Supaya membantu anak-anak muda disekitar sini untuk membuka lapangan pekerjaan.' tuturnya. Berkali-kali Penjual bakso yang mantan penjahat itu mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan nyawanya. Wajah dokter muda terlihat gembira karena kebaikannya telah berbuat manis. Subhanallah...

---
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Alloh, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allloh mencintai orang-orang yang berbuat baik (QS, Al-Baqarah [2]: 195).

2 Responses to "Kebaikan Berbuah Manis"

micelia amalia sari said...

Subhanallah,slmt bwt dr.muda itu yg udah bnr mnuruti ht nuraninya.emg berat jg beban yg disandang s'org dr. di satu sisi stiap org bhak utk d slmtkan tp di satu sisi ada kmungkinan dia bkl mbhyakan org lain.tp Allah Maha Pembolakbalìk hati,mg pasien dr. itu bs istiqomah

Shabby Chic Seller said...

pak agus...
saya selalu suka dgn tulisan2 anda yg begitu mengena..
saya sudah lama langganan milis daurut tauhid dan membaca banyak tulisan anda yg menggugah..
semoga semakin banyak orang2 yg seperti anda...
keep up..

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel