Pengabdian Seorang Suami

Ditengah ramai anak-anak Amalia sedang bertadarus. Suara indah melantunkan ayat suci al-Quran membawa kesejukan dihati. Kesejukan dihati itu hingga meresap di dalam jiwa. Sementara ada seorang bapak yang hadir di Rumah Amalia air matanya mengalir bertanda hatinya yang penuh kebahagiaan. Semua penderitaannya telah dilalui dengan tegarnya. Hatinya perih namun sudah terobati.

Dalam penuturan beliau, pernikahannya pernah menggores luka dihatinya. Disaat dirinya dan keluarga penuh kebahagiaan dengan lahirnya sang buah hati tiba-tiba dikejutkan oleh mertuanya agar menceraikan istrinya dengan alasan yang tidak pernah dimengertinya, dengan berat hati dirinya menceraikan istrinya. Tak kuasa pedih dan perih luka dihati dia rasakan dalam kesendirian dengan mengasuh sang buah hati.

Seiring dengan waktu beliau mengetahui bahwa istrinya masih mencintai dirinya dan sang buah hati. Sampai ayah mertuanya meninggal dunia. Atas restu dari ibu mertua mereka rujuk kembali. Kebahagiaan itu hadir tidaklah lama. Disaat kerinduan yang lama terpendam beliau harus menerima kenyataan yang pahit bahwa istrinya memiliki penyakit jantung keturunan dan harus mendorong dengan kursi roda.

Beliau mengatakan merasa bersyukur dengan apapun yang terjadi pada dirinya dan keluarganya. Ditengah semua kesulitan yang dihadapi sekalipun terasa perih dan pedih dihati ternyata membawa kebahagiaan bahwa hidup pada hakekatnya adalah sebuah pengabdian kepada Allah. Rasa cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala diwujud dengan pengabdian kepada istri dan sang buah hatinya.

'Istri saya terlihat menyerah Mas dan penuh keputusasaan bahkan telah kehilangan semangat hidup. Saya tak membiarkan hal itu terjadi. Saya selalu memberikan semangat hidup dan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan di setiap sholat saya selalu memohon kesembuhan untuk istri saya.' tuturnya.

Dalam kondisi ditengah himpitan persoalan. Justru karier menanjak dengan pesat. Beliau mendapatkan promosi jabatan yang lebih tinggi yang memaksanya harus tinggal diluar kota, berarti itu meninggal istri dan buah hatinya. Keadaan seperti itu beliau dihadapkan kepada pilihan yang teramat berat, promosi jabatan yang lebih tinggi atau mengabdi dalam keluarga. Ditengah pilihan hidup yang sulit akhirnya dengan penuh kesadaran beliau memilih pengabdian kepada keluarga. Menjaga dan merawat istri dan anaknya.

Berbagai ujian telah dilewati, semakin meneguhkan kesadarannya bahwa tidak ada kekuatan selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Selain berbagai peristiwa itu memang untuk menguji kesabarannya namun juga telah mengantarkan dirinya untuk mengabdi kepada istri dan sang buah hati dengan dilandasi cintanya kepada Allah semata. Subhanallah.

--
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan. Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baiknya pembalasan bagi orang-orang yang beramal, yaitu yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.' (QS. al-Ankabuut : 58-59).

2 Responses to "Pengabdian Seorang Suami"

Kang Isa said...

Salam kenal nih mas agussyafii dari kang isa...saya kagum sama tulisan mas agus & sebagiannya saya masukkan di web saya sebagai promo web mas hehe...mhon ijin nya nih...

LieLie said...

Mas Agus salam kenal nih! Membaca artikel suami lebih memilih keluarga ketimbang karir, sungguh luar biasa dan langka. Apalagi ada peristiwa dipakai cerai dan mengurus istri sakit. Pokoknya salut deh!

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel