Perih Itu Mengoyak Hati

Kehidupan bagai ditengah samudra. Penuh misteri dan duka nestapa, mengoyak luka dihati, terasa teriris perih. Setiap orang tidak pernah mengerti apa yang akan terjadi di esok hari. Ujian dan cobaan bisa datang tiba-tiba, silih berganti tanpa kita pernah menyadari. Begitulah yang terjadi pada seorang ibu di Rumah Amalia. Ditengah kebahagiaannya bersama suami dan dua anak laki yang dicintainya sekalipun sederhana keluarga itu cukup bahagia. Dua anak laki-lakinya yang lucu dan manis. yang kecil berusia lima tahun dan kakaknya berusia tujuh tahun. Ditengah kehidupan kian sulit suaminya berhenti bekerja dan mengais rizki dengan mengojek. Semuanya begitu indah, menjalani kehidupan penuh syukur.

Sampai kemudian peristiwa tragis terjadi, suaminya mengalami kecelakaan setelah mengantar penumpang. Nyawanya tidak mampu diselamatkan. Air matanya tertumpah, sudah tak terbendung lagi, kekuatan dan ketegaran hatinya runtuh ketika jenazah suaminya tiba di rumah tangis itu meledak. Dua anak laki-lakinya tidak mengerti apa yang sedang terjadi. 'Kenapa bapak?' tanya adik. Kakaknya menggeleng, sambil menutup matanya. Orang-orang berdatangan memeluk sang ibu. Beban itu begitu berat. Dua anak laki-laki itu berlarian keluar rumah. Ibunya tenggelam dalam kedukaan. Kehidupan berjalan begitu cepat. Semua dipikul dipundaknya seorang diri. Kerja keras memenuhi kebutuhan hidup tak mampu ditanggungnya sendiri. Bekerja sebagai pembantu, nyuci dan gosok dikerjakannya, untuk bisa mencukupi kehidupan sehari-hari.

Sementara dirinya bekerja, anak-anak tidak ada yang mengasuh dan menjaga. Ia selalu berpesan agar sang kakak untuk menjaga adiknya. Setiap sore pulang kerja, terkadang terkena damprat orang karena anak-anaknya berantem dengan anak tetangga. Pernah satu hari dirinya begitu sangat marah karena adiknya melempar jendela rumah tangga. Adik kakak itu menangis tersedu-sedu. Tak kuasa hatinya terasa pilu mendengar tangisan anak-anaknya. Namun beban itu begitu berat dipundaknya. Tidak ada lagi yang diajaknya bicara, sampai pada suatu hari ditengah luka perih dan beban kehidupan yang begitu berat. Dibawa dua anak laki-lakinya kekuburan ayah mereka. Dengan isak tangis ibu itu mengeluh dan berkata didepan makam almarhum suaminya. 'Bang, saya sudah tidak sanggup lagi mengurus anak Abang, Abang aja yang mengurusnya.' Sampai seminggu kemudian, kedua anak laki-laki itu meninggal dunia, menurut dokter karena terkena demam berdarah.

'Ya Allah, Ya Rabb' Teriak ibu menangis menjerit-jerit melihat wajah kedua anaknya yang dicintainya disaat terakhir. betapa hancur hatinya, setelah kehilangan suami dan dirinya kehilangan kedua anak laki-lakinya. Hatinya begitu kokoh, beliau menerima dengan penuh keikhlasan atas kehilangan orang-orang yang dicintainya. Hanya bersandar kepada Allahlah yang menguatkan hati beliau.

---
'Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, mereka ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.' (QS. Ali Imran :173-174).

0 Response to "Perih Itu Mengoyak Hati"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel