Fitrah Anak

Kalau Hana lagi berbicara selalu saja mata indahnya berbinar-binar. Seperti tadi Pagi, hana ke rumah neneknya. "nenek mau pergi ke pasar, hana mau minta dibeliin apa?" tanya neneknya. "Donat." kata Hana. "berapa?" "dua.."jawab hana. Itulah jawaban anak, terasa polos dan apa adanya. Fitrah anak pada dasar suci, persepsi orang tua berperan menjadikan masa depan anaknya.


Benar bahwa sebagaimana dikatakan oleh hadis Nabi setiap bayi lahir, ia dalam keadaan fitrah (kullu mauludin yuladu `ala al fithrah) , yakni memiliki kapasitas potensi psikologis yang standard; bisa membedakan yang buruk dari yang baik, memiliki dorongan untuk mencari Tuhan dan memiliki peluang yang sama untuk menjadi apa dan siapa, bergantung kepada perjalanan hidupnya kemudian.

Anak seorang kyai saleh tidak serta merta dijamin pasti akan menjadi kyai saleh seperti bapaknya, sebagaimana juga anak seorang koruptor tidak otomatis pasti akan menjadi koruptor juga.

Ada dua faktor yang membentuk manusia, yaitu faktor hereditas (gen) dan faktor lingkungan. Mana yang paling dominan dalam membentuk manusia, pandangan psikologi juga berbeda-beda. Ada teori Behaviourisme yang memandang manusia sebagai mesin, homo mechanicus, yang perilakunya mutlak bergantung kepada lingkungan obyektifnya, yakni seperti kondisi mesin dan bahan bakarnya.

Menurut teori ini manusia tak ubahnya selembar kertas putih yang isinya tergantung siapa yang menulis. Manusia bisa dibentuk menjadi “tikus”, “harimau” atau “kucing”, bisa dibentuk menjadi pejuang , bisa juga dibentuk menjadi pecundang, bergantung kepada siapa yang membentuk dan bagaimana proses pembentukannya. Tetapi teori lain memandang faktor hereditas justeru lebih dominan dalam membentuk apa dan siapa. Genetika orang tua sangat dominan dalam membentuk manusia, bukan saja rupa fisiknya tetapi juga karakteristik kejiwaannya.

Anak tentara sejak kecil sudah senang main perang-perangan, anak guru senang pegang kapur atau spidol, anak penyanyi sejak kecil sudah berani manggung, anak guru ngaji sejak kecil sudah hafal banyak surat-surat al Qur’an. Pandangan inilah yang menjadi dasar perlunya pra natalia education, yakni pendidikan kepada anak sebelum dilahirkan. Dalam perspektip ini bukan hanya gizi ibu yang berpengaruh kepada janin, tetapi kondisi psikologis ibu dan pola perilaku bapaknya ikut membentuk perilaku si jabang bayi.

2 Responses to "Fitrah Anak"

Anonymous said...

"Andalah sang cahaya", ingin juga rasanya menjadi cahaya itu, namun keterbatasan yang kumiliki nampaknya sangat sulit untuk bisa mewujudkan hal itu. Kalau diceritakan apa yang tengah kualami mungkin terlalu panjang. Mungkin hidup ini menganut pola "the lucky". mengingat teori "keseimbangan", dimana cahaya kita kenal karena adanya gelap. dan mungkinkah semua orang bisa dan berkesempatan menjadi cahaya. Makasih

Anonymous said...

maaf, lupa kenalan. info lebih lanjut, lihat aja blogku. makasih

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel