Suami Insyaf

Kenyataan pahit itu membuatnya terhenyak. Usahanya dibidang pertanian dan makanan. Gagal panen karena faktor alam membuatnya harus mengalami kerugian milyaran rupiah. Disaat itu dirinya benar-benar minus, bila dihitung antara aset dan hutang, lebih banyak hutangnya. Sejak peristiwa itu seakan membuatnya terasa tertohok, menerima sebuah pukulan yang cukup telak membuat tubuhnya terhuyung-huyung limbung dan sampai akhirnya jatuh sakit. Perusahaan yang hampir kolaps dan sakit yang dideritanya  telah menyadarkan dirinya, sehebat apapun manusia berencana pada akhirnya Allahlah yang menentukan. Dalam hatinya menjerit. 'Ya Allah, apa yang salah dariku? Perusahaanku hampir hancur, malah Engkau berikan aku sakit?' Air matanya mengalir. Ditengah istri dan anak-anaknya tertidur lelap. Tak kuasa menahan perih dihatinya. Terasa begitu sakit yang luar biasa dideritanya.

Dalam kesendirian dirinya merenung, selama ini betapa dirinya telah jauh dari Allah. Keyakinan terhadap diri sendiri telah membuatnya mengabaikan peran Allah dalam keberhasilan usahanya. Ibadah seperti sholat, zakat, puasa dan shodaqoh tidak pernah dilakukannya. Teringat pesan ibunda tercinta sewaktu masih duduk dibangku SMP agar jangan pernah meninggalkan sholat. 'Ingat nak, diakhirat kelak Ibu akan disiksa, bila kamu tidak pernah sholat, karena kamu tidak pernah berdoa untuk Ibu.'  Baju basah tergenang air mata kerinduan kepada ibunda. Telah sekian tahun berlalu, sholat tidak pernah dikerjakan, tenggelam dalam mengejar impian. tergambar jelas begitu menggebu-gebu dirinya, siang malam bekerja merintis usahanya.  Istri dan anak-anaknya bahkan telah kehilangan figur dirinya sebagai suami dan ayah yang baik. 'Ampunilah hambaMu ini, Ya Allah..' Ucapnya lirih tak terdengar.

Cubitan Allah itu telah menyadarkannya segera bangkit. Kehadirannya di Rumah Amalia untuk bershodaqoh mendatangkan kebahagiaan tersendiri baginya dan keluarga. Beberapa hari kemudian sakitnya sembuh. Seolah mendapatkan kekuatan besar untuk mengurus kembali usaha yang telah dirintis selamanya ini. Geliat perkembangan perusahaan pertanian dan makanan, tumbuh pesat tidak pernah disangkanya. Ia yakin semua itu adalah kehendak Allah dan hal itu membuat dirinya, istri dan anak-anaknya tidak lupa diri malah semakin dekat dengan Allah untuk menggapai keridhaanNya. Bagi dirinya kehidupan adalah bagai taman disurga. Kebahagiaan baginya berkumpul bersama keluarga. 'Keluargaku adalah surgaku' Itulah prinsipnya. Dirinya meyakini bahwa kesuksesan di bidang karier berarti juga kesuksesan membina keluarga. 'Sehebat apapun perusahaan yang saya bangun namun bila saya gagal membina keluarga, orang akan beranggapan saya adalah orang yang gagal. Sekalipun Perusahaan yang saya bangun tumbuh dan berkembang biasa saja tetapi saya berhasil membina keluarga maka orang akan beranggapan saya adalah orang yang sukses.' Itulah yang membuat dirinya sebagai suami insyaf, sekarang lebih mengutamakan keluarga dan kedekatannya kepada Sang Khaliq. Subhanallah.

--
'Barangsiapa bertakwa kpd Allah, niscaya Dia mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan tiap-tiap sesuatu. Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan melipatgandakan pahalanya.' (QS. ath-Thalaq :2-3).

0 Response to "Suami Insyaf"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel