Ketika Badai Hadir
Ada saatnya berlalu. Pelangi nampak terlihat indah. Langit berwarna biru. Begitulah yang diungkapkan istri saya saat berkemas untuk pindah rumah.
Kenangan indah sebagai anker (meminjam istilah mas rediyan, anker: anak kereta). Bertegur sapa dengan penjual buah dipagi hari, para tetangga dan juga tukang ojek disetiap sore. Berdesak-desakan didalam kereta api. Semua itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami. Kamipun berpamitan. Nyak menangis tersedu-sedu. Katanya, “Kapan nyak bisa liat Hana lagi ya...”
Lambaian tangan para tetangga penuh warna cinta kasih dan keindahan. Teriring doa untuk nyak, tetangga, tukang ojek, penjual buah dan teman-teman yang sempat berbincang dan berkenalan. Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan selalu. Mohon maaf jika ada kesalahan.
Kenangan indah sebagai anker (meminjam istilah mas rediyan, anker: anak kereta). Bertegur sapa dengan penjual buah dipagi hari, para tetangga dan juga tukang ojek disetiap sore. Berdesak-desakan didalam kereta api. Semua itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami. Kamipun berpamitan. Nyak menangis tersedu-sedu. Katanya, “Kapan nyak bisa liat Hana lagi ya...”
Lambaian tangan para tetangga penuh warna cinta kasih dan keindahan. Teriring doa untuk nyak, tetangga, tukang ojek, penjual buah dan teman-teman yang sempat berbincang dan berkenalan. Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan selalu. Mohon maaf jika ada kesalahan.
0 Response to "Ketika Badai Hadir"
Post a Comment