Pilihlah, Jodoh Yang Menenteramkan!
Sahabatku, pada ujung hadis Nabi berbunyi, pilihlah pasangan yang “memiliki” agama, maka kalian akan beruntung, fadzfar bizatiddin, taribat yadaka. Hadis tidak menyebut fadzfar mutadayyinatan (orang beragama) tetapi bidzatiddin, orang yang memiliki agama. Kata dzatiddin disini mengandung arti substansi (jauhar) atau sifat (`ardl) , jadi jodoh yang dzatiddin adalah orang yang beragama secara substansial atau dapat dilihat sifat-sifatnya sebagai orang yang mematuhi agama. Lalu apa substansi agama itu ? Secara vertikal orang yang memiliki agama itu mengimani, meyakini sepenuhnya adanya Allah sang Pencipta Yang Maha besar, Maha Adil, Maha Pemurah, Maha Pengampun, yang oleh karena itu sebagai manusia atau hamba Allah, ia tidak sanggup untuk sombong, sewenang-wenang, kikir . Secara horizontal orang yang beragama secara substansial akan berusaha secara maksimal menjadikan dirinya memberikan kemanfaatan maksimal kepada manusia dan makhluk lain, karena manusia tak lain adalah pengejawantahan kasih sayang Allah.
Nah, bayangkan memiliki pasangan yang karakteristik keberagamaanya seperti itu pastilah janji Rasul akan terbukti, yakni memperoleh keberuntungan. Jodoh yang bizatiddin, belum tentu yang lulusan pesantren, belum tentu yang pandai berkhotbah agama, karena hal itu baru indikator lahir. Karakteristik bidzatiddin akan terasa dalam berkomunikasi, dalam berinteraksi, dalam bertransaksi, yakni subtansi agamanya akan terasa menyejukkan, menentramkan, membangun semangat, menumbuhkan etos , “mengagumkan” , terkadang seperti tidak rasional tetapi setelah direnungkan justru sangat rasional, dan susah dimusuhi, susah pula diprovokasi. Dalam realita kehidupan ada orang yang beragama lebih menonjolkan syari’at lahir sehingga agamanya nampak “gebyar-gebyar”, tetapi setelah sering berkomunikasi, lama berinteraksi dan berkali-kali bertransaksi, lama-kelamaan “gebyar-gebyar” agamanya tidak bisa diapresiasi, hilang kekaguman, hilang respek, meski tidak sampai menjadi musuh. Sebaliknya ada orang yang nampaknya sangat sederhana keberagamaanya, bahkan seperti mualaf atau seperti abangan saja, tetapi setelah lama berkomunikasi, berinteraksi dan bertransaksi, kekaguman muncul, sangat respek dan menjadi sumber inspirasi dalam menghayati keindahan hidup, dan itulah karakteristik dzatiddin yang sebenarnya, jodoh yang menenteramkan hati di dunia dan akhirat.
Nah, bayangkan memiliki pasangan yang karakteristik keberagamaanya seperti itu pastilah janji Rasul akan terbukti, yakni memperoleh keberuntungan. Jodoh yang bizatiddin, belum tentu yang lulusan pesantren, belum tentu yang pandai berkhotbah agama, karena hal itu baru indikator lahir. Karakteristik bidzatiddin akan terasa dalam berkomunikasi, dalam berinteraksi, dalam bertransaksi, yakni subtansi agamanya akan terasa menyejukkan, menentramkan, membangun semangat, menumbuhkan etos , “mengagumkan” , terkadang seperti tidak rasional tetapi setelah direnungkan justru sangat rasional, dan susah dimusuhi, susah pula diprovokasi. Dalam realita kehidupan ada orang yang beragama lebih menonjolkan syari’at lahir sehingga agamanya nampak “gebyar-gebyar”, tetapi setelah sering berkomunikasi, lama berinteraksi dan berkali-kali bertransaksi, lama-kelamaan “gebyar-gebyar” agamanya tidak bisa diapresiasi, hilang kekaguman, hilang respek, meski tidak sampai menjadi musuh. Sebaliknya ada orang yang nampaknya sangat sederhana keberagamaanya, bahkan seperti mualaf atau seperti abangan saja, tetapi setelah lama berkomunikasi, berinteraksi dan bertransaksi, kekaguman muncul, sangat respek dan menjadi sumber inspirasi dalam menghayati keindahan hidup, dan itulah karakteristik dzatiddin yang sebenarnya, jodoh yang menenteramkan hati di dunia dan akhirat.
0 Response to "Pilihlah, Jodoh Yang Menenteramkan!"
Post a Comment