Ketika Daun-Daun Berguguran
Saat musim berubah, tiba saatnya daun-daun berguguran. Angin berhembus dingin terasa menyengat. Kelahiran dan kematian datang silih berganti bagai roda yang selalu berputar. Kelahiran selalu disambut dengan riang gembira pertanda datangnya kehidupan yang baru pada satu generasi. Namun ketika kematian tiba, derai air mata mengalir tiada henti, isak tangis terasa memilukan hati itulah saatnya tiba daun-daun berguguran.
Kemaren malam saya berkunjung ke rumah sakit, salah satu kerabat sedang dirawat. Ditengah asyik sedang membezuk, dikamar sebelahnya nampak dua gadis cantik berkerudung sedang khusyuk membaca al-qur’an. Lelaki tua terbaring lemah dengan tangan diinfus. Seorang ibu tertidur di bawah lantai.
Tak berapa lama terdengar isak tangis, kedua gadis itu memeluk sang ayah sambil mengucapkan, “ayah, ucapkan La ilaha illallah..” “ucapkan ayah..”kata gadis satunya lagi. Sang ayah mengikutinya, “La ilaha illallah” dengan nada terbata-bata. Suara jerit tangis terdengar menggema, lelaki tua yang dipanggil kedua gadis itu dengan sebutan ayah akhirnya tiada. Rasa haru menyelimuti didalam dada saya.
Ditengah perjalanan menuju pulang tanpa terasa air mata saya menetes, terbayang wajah Hana bagaimana kelak dewasa ketika saya menjelang senja. Mampukah saya mendidiknya menjadi anak yang sholehah? Apakah ketika detik-detik saya terakhir Hana juga mengingatkan saya untuk mengucapkan kalimah tauhid?
Ditengah lamunan itu saya teringat Sabda Nabi SAW Kewajiban ayah dan ibulah untuk mendidik anaknya untuk menjadi anaknya yang sholeh. Sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW, “kullu mauludin yuladu ‘ala alfitrah, fa abawahu yuhawwidanihi au yunasshironihi au yumajjisanihi.” Artinya ”setiap bayi yang terlahir dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah mereka menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Dari kejauhan nampak Hana datang berlari menyambut saya sambil memeluk seolah sudah lama tidak ketemu. Senyum manis menghiasi dibibir mungilnya, Hana terlihat cantik. Wajah dan cara berjalannya mirip dengan saya.
-------------------------------------------
Hidup ini menjadi indah jika diri kita mampu mendidik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh, sebab kehidupan tetap berjalan datang silih berganti kelahiran dan kematian hanya tiga hal kebaikan di dalam hidup ini yang menjadi bekal kita yaitu anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah.
Kemaren malam saya berkunjung ke rumah sakit, salah satu kerabat sedang dirawat. Ditengah asyik sedang membezuk, dikamar sebelahnya nampak dua gadis cantik berkerudung sedang khusyuk membaca al-qur’an. Lelaki tua terbaring lemah dengan tangan diinfus. Seorang ibu tertidur di bawah lantai.
Tak berapa lama terdengar isak tangis, kedua gadis itu memeluk sang ayah sambil mengucapkan, “ayah, ucapkan La ilaha illallah..” “ucapkan ayah..”kata gadis satunya lagi. Sang ayah mengikutinya, “La ilaha illallah” dengan nada terbata-bata. Suara jerit tangis terdengar menggema, lelaki tua yang dipanggil kedua gadis itu dengan sebutan ayah akhirnya tiada. Rasa haru menyelimuti didalam dada saya.
Ditengah perjalanan menuju pulang tanpa terasa air mata saya menetes, terbayang wajah Hana bagaimana kelak dewasa ketika saya menjelang senja. Mampukah saya mendidiknya menjadi anak yang sholehah? Apakah ketika detik-detik saya terakhir Hana juga mengingatkan saya untuk mengucapkan kalimah tauhid?
Ditengah lamunan itu saya teringat Sabda Nabi SAW Kewajiban ayah dan ibulah untuk mendidik anaknya untuk menjadi anaknya yang sholeh. Sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW, “kullu mauludin yuladu ‘ala alfitrah, fa abawahu yuhawwidanihi au yunasshironihi au yumajjisanihi.” Artinya ”setiap bayi yang terlahir dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah mereka menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Dari kejauhan nampak Hana datang berlari menyambut saya sambil memeluk seolah sudah lama tidak ketemu. Senyum manis menghiasi dibibir mungilnya, Hana terlihat cantik. Wajah dan cara berjalannya mirip dengan saya.
-------------------------------------------
Hidup ini menjadi indah jika diri kita mampu mendidik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh, sebab kehidupan tetap berjalan datang silih berganti kelahiran dan kematian hanya tiga hal kebaikan di dalam hidup ini yang menjadi bekal kita yaitu anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah.
0 Response to "Ketika Daun-Daun Berguguran"
Post a Comment