Pilihan Terbaik
Pada ujung hadis Nabi di muka berbunyi, pilihlah wanita yang “memiliki” agama, maka kalian akan beruntung, fadzfar bizatiddin, taribat yadaka. Hadis tidak menyebut fadzfar mutadayyinatan (orang beragama) tetapi bidzatiddin, orang yang memiliki agama. Kata dzatiddin disini mengandung arti substansi (jauhar) atau sifat (`ardl) , jadi wanita atau lelaki yang dzatiddin adalah orang yang beragama secara substansial atau dapat dilihat sifat-sifatnya sebagai orang yang mematuhi agama.
Lalu apa substansi agama itu? secara vertikal orang yang memiliki agama itu mengimani, meyakini sepenuhnya adanya Alloh SWT sang Pencipta Yang Maha besar, Maha Adil, Maha Pemurah, Maha Pengampun, yang oleh karena itu sebagai manusia atau hamba Alloh SWT, ia tidak sanggup untuk sombong, sewenang-wenang, kikir . Secara horizontal orang yang beragama secara substansial akan berusaha secara maksimal menjadikan dirinya memberikan kemanfaatan maksimal kepada manusia dan makhluk lain, karena manusia tak lain adalah pengejawantahan kasih sayang Alloh SWT. Nah bayangkan memiliki suami atau isteri yang karakteristik keberagamaanya seperti itu pastilah janji Rasul akan terbukti, yakni memperoleh keberuntungan.
Wanita atau pria bizatiddin, belum tentu yang lulusan pesantren, atau IAIN, belum tentu yang setiap hari berjilbab rapat, belum tentu yang pandai berkhotbah agama, karena hal itu baru indikator lahir. Karakteristik bidzatiddin akan terasa dalam berkomunikasi, dalam berinteraksi, dalam bertransaksi, yakni subtansi agamanya akan terasa menyejukkan, menentramkan, membangun semangat, menumbuhkan etos, “mengagumkan” , terkadang seperti tidak rasional tetapi setelah direnungkan justeru sangat rasional, dan susah dimusuhi, susah pula dipropokasi. Dalam realita kehidupan ada orang yang beragama lebih menonjolkan syari’at lahir sehingga agamanya nampak “gebyar-gebyar”, tetapi setelah sering berkomunikasi, lama berinteraksi dan berkali-kali bertransaksi, lama-kelamaan “gebyar-gebyar” agamanya tidak bisa diapresiasi, hilang kekaguman, hilang respect, meski tidak sampai menjadi musuh.
Sebaliknya ada orang yang nampaknya sangat sederhana keberagamaanya, bahkan seperti mualaf atau seperti abangan saja, tetapi setelah lama berkomunikasi, berinteraksi dan bertransaksi, kekaguman muncul, sangat respek dan menjadi sumber inspirasi dalam menghayati keindahan hidup, dan itulah karakteristik dzatiddin yang sebenarnya dari calon isteri atau suami.
Lalu apa substansi agama itu? secara vertikal orang yang memiliki agama itu mengimani, meyakini sepenuhnya adanya Alloh SWT sang Pencipta Yang Maha besar, Maha Adil, Maha Pemurah, Maha Pengampun, yang oleh karena itu sebagai manusia atau hamba Alloh SWT, ia tidak sanggup untuk sombong, sewenang-wenang, kikir . Secara horizontal orang yang beragama secara substansial akan berusaha secara maksimal menjadikan dirinya memberikan kemanfaatan maksimal kepada manusia dan makhluk lain, karena manusia tak lain adalah pengejawantahan kasih sayang Alloh SWT. Nah bayangkan memiliki suami atau isteri yang karakteristik keberagamaanya seperti itu pastilah janji Rasul akan terbukti, yakni memperoleh keberuntungan.
Wanita atau pria bizatiddin, belum tentu yang lulusan pesantren, atau IAIN, belum tentu yang setiap hari berjilbab rapat, belum tentu yang pandai berkhotbah agama, karena hal itu baru indikator lahir. Karakteristik bidzatiddin akan terasa dalam berkomunikasi, dalam berinteraksi, dalam bertransaksi, yakni subtansi agamanya akan terasa menyejukkan, menentramkan, membangun semangat, menumbuhkan etos, “mengagumkan” , terkadang seperti tidak rasional tetapi setelah direnungkan justeru sangat rasional, dan susah dimusuhi, susah pula dipropokasi. Dalam realita kehidupan ada orang yang beragama lebih menonjolkan syari’at lahir sehingga agamanya nampak “gebyar-gebyar”, tetapi setelah sering berkomunikasi, lama berinteraksi dan berkali-kali bertransaksi, lama-kelamaan “gebyar-gebyar” agamanya tidak bisa diapresiasi, hilang kekaguman, hilang respect, meski tidak sampai menjadi musuh.
Sebaliknya ada orang yang nampaknya sangat sederhana keberagamaanya, bahkan seperti mualaf atau seperti abangan saja, tetapi setelah lama berkomunikasi, berinteraksi dan bertransaksi, kekaguman muncul, sangat respek dan menjadi sumber inspirasi dalam menghayati keindahan hidup, dan itulah karakteristik dzatiddin yang sebenarnya dari calon isteri atau suami.
0 Response to "Pilihan Terbaik"
Post a Comment