Kasih Sayang Seorang Ayah
Seorang ayah memiliki hati yang penuh kasih untuk anak-anaknya. Hati seorang ayah akan tahan menderita bila sakit untuk dirinya sendiri, namun tidak akan tahan disaat melihat buah hatinya yang menderita. Bahkan jika sakit itu bisa digantikannya, ayah bersedia menggantikan sakit anaknya. Itulah hati seorang ayah.
Saya mengenal seorang teman yang juga seorang ayah. Saya biasa memanggilnya Mas Jay. Kami biasa berdiskusi lewat milis dan malam itu Mas Jay berkunjung ke Rumah Amalia. Mas Jay bertutur mulanya dirinya orang yang ‘jauh dari Allah’ tidak memiliki keyakinan yang mantap dan tetap. Ketertarikan belajar sholat secara serius ketika ajakan yang begitu menyentuh dari anaknya yang masih TK. Anak yang masih relatif kecil setiap hari selalu mengajaknya untuk mengerjakan sholat. Awalnya dirinya menanggapi hal itu sebagai biasa saja.
Ajakannya itu terasa betul-betul menampar hatinya. Begitu sangat berharga dan membuatnya menangis meraung-raung justru ketika anaknya sedang sakit masih sempat mengajaknya sholat Isya’. Katanya, ditengah malam anak saya suhu badannya panas tinggi dan perutnya mengeras. Anaknya menangis tak henti-hentinya merengek mengajak saya sholat. Tanpa berpikir panjang saya memenuhi permintaannya untuk mengambil air wudhu. Setelah mengerjakan sholat, kami bergegas menuju Rumah Sakit.
Setelah diperiksa ternyata putranya harus dioperasi. Karuan saja dirinya menjadi panik. Bagaimana mungkin anaknya yang masih kecil itu dengan kekuatan fisiknya yang masih lemah untuk menghadapi operasi. ‘Saya hanya bisa berserah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, saya berjanji jika anak saya sembuh. Saya akan rajin melaksanakan sholat seperti yang dimintanya.’
Mas Jay menuturkan sebelum anak saya masuk ruang operasi masih sempat bertanya pada dirinya, ‘ayah sudah sholat belum.’ Kata-kata itu begitu mengiris-iris hati saya. Dulu bila mendengar ajakan teman-temannya untuk sholat selalu menolaknya karena keengganan untuk melaksanakan sholat. Sekarang kata-kata itu justru muncul dari anak yang disayanginya, bagaimana mungkin dirinya bisa menolaknya, lanjutnya. Mas Jay tak bisa menyembunyikan airmatanya yang terus bercucuran.
‘Saya menunggu putra saya didepan kamar operasi’ tuturnya. Ketika lampu operasi menyala. Dirinya bersama istri tercinta tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya, hilir mudik didepan kamar operasi. Waktu seolah berjalan lama sekali. ‘Segala macam doa yang saya tahu saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala’ Setelah begitu lama, kamar operasi itu terbuka. Seorang dokter muncul dari pintu. Mencopot sarung tangannya. ‘Operasinya berjalan dengan baik, anak bapak sekarang perlu istirahat setelah itu boleh pulang.’ Mas Jay menangis bahagia. ‘Alangkah nikmatnya anugerah Allah yang diberikan kepada saya disaat harapan mulai memudar, Allah menyelamatkan putra saya,’ tuturnya. ‘Dan sejak itu saya lebih giat untuk melaksanakan sholat karena saya harus memenuhi janji saya,’ kata Mas Jay malam itu. Saya bisa merasakan apa yang terjadi pada dirinya. Begitulah hati seorang ayah yang penuh kasih untuk sang buah hatinya.
Saya mengenal seorang teman yang juga seorang ayah. Saya biasa memanggilnya Mas Jay. Kami biasa berdiskusi lewat milis dan malam itu Mas Jay berkunjung ke Rumah Amalia. Mas Jay bertutur mulanya dirinya orang yang ‘jauh dari Allah’ tidak memiliki keyakinan yang mantap dan tetap. Ketertarikan belajar sholat secara serius ketika ajakan yang begitu menyentuh dari anaknya yang masih TK. Anak yang masih relatif kecil setiap hari selalu mengajaknya untuk mengerjakan sholat. Awalnya dirinya menanggapi hal itu sebagai biasa saja.
Ajakannya itu terasa betul-betul menampar hatinya. Begitu sangat berharga dan membuatnya menangis meraung-raung justru ketika anaknya sedang sakit masih sempat mengajaknya sholat Isya’. Katanya, ditengah malam anak saya suhu badannya panas tinggi dan perutnya mengeras. Anaknya menangis tak henti-hentinya merengek mengajak saya sholat. Tanpa berpikir panjang saya memenuhi permintaannya untuk mengambil air wudhu. Setelah mengerjakan sholat, kami bergegas menuju Rumah Sakit.
Setelah diperiksa ternyata putranya harus dioperasi. Karuan saja dirinya menjadi panik. Bagaimana mungkin anaknya yang masih kecil itu dengan kekuatan fisiknya yang masih lemah untuk menghadapi operasi. ‘Saya hanya bisa berserah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, saya berjanji jika anak saya sembuh. Saya akan rajin melaksanakan sholat seperti yang dimintanya.’
Mas Jay menuturkan sebelum anak saya masuk ruang operasi masih sempat bertanya pada dirinya, ‘ayah sudah sholat belum.’ Kata-kata itu begitu mengiris-iris hati saya. Dulu bila mendengar ajakan teman-temannya untuk sholat selalu menolaknya karena keengganan untuk melaksanakan sholat. Sekarang kata-kata itu justru muncul dari anak yang disayanginya, bagaimana mungkin dirinya bisa menolaknya, lanjutnya. Mas Jay tak bisa menyembunyikan airmatanya yang terus bercucuran.
‘Saya menunggu putra saya didepan kamar operasi’ tuturnya. Ketika lampu operasi menyala. Dirinya bersama istri tercinta tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya, hilir mudik didepan kamar operasi. Waktu seolah berjalan lama sekali. ‘Segala macam doa yang saya tahu saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala’ Setelah begitu lama, kamar operasi itu terbuka. Seorang dokter muncul dari pintu. Mencopot sarung tangannya. ‘Operasinya berjalan dengan baik, anak bapak sekarang perlu istirahat setelah itu boleh pulang.’ Mas Jay menangis bahagia. ‘Alangkah nikmatnya anugerah Allah yang diberikan kepada saya disaat harapan mulai memudar, Allah menyelamatkan putra saya,’ tuturnya. ‘Dan sejak itu saya lebih giat untuk melaksanakan sholat karena saya harus memenuhi janji saya,’ kata Mas Jay malam itu. Saya bisa merasakan apa yang terjadi pada dirinya. Begitulah hati seorang ayah yang penuh kasih untuk sang buah hatinya.
0 Response to "Kasih Sayang Seorang Ayah"
Post a Comment