Penjual Peci
Setiap kali saya bertemu orang seperti berenang dilautan kearifan. Kearifan itu seolah menjadi satu pada diri sosok yang biasa dan tidak bernama. Pertemuan dengan orang lain buat saya berarti sama halnya mendidik diri sendiri, berempati bahkan juga terlibat dalam pergumulan batin yang melahirkan pencerahan.
Pencerahan itu juga saya dapatkan ketika saya bertemu dengan penjual peci yang beberapa hari menjelang lebaran yang lalu. Sosok raut mukanya berseri, dia bertutur bahwa sudah puluhan tahun dirinya berjualan peci. Saya bertanya padanya, "Bapak apa yang menarik dari menjual peci?"
Katanya menjual peci adalah pekerjaan yang mulia yang memiliki makna untuk selalu mawas diri. "adek tau apa artinya peci?" tanya si penjual peci. "Tidak pak." Jawab saya. "Peci itu artinya pikiran suci, Maknanya agar kita menjaga kesucian pikiran kita dari belenggu dan kotoran-kotoran hawa nafsu." Kata si penjual peci itu.
Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS. Asy- Syams (91) : 9-10)
Pencerahan itu juga saya dapatkan ketika saya bertemu dengan penjual peci yang beberapa hari menjelang lebaran yang lalu. Sosok raut mukanya berseri, dia bertutur bahwa sudah puluhan tahun dirinya berjualan peci. Saya bertanya padanya, "Bapak apa yang menarik dari menjual peci?"
Katanya menjual peci adalah pekerjaan yang mulia yang memiliki makna untuk selalu mawas diri. "adek tau apa artinya peci?" tanya si penjual peci. "Tidak pak." Jawab saya. "Peci itu artinya pikiran suci, Maknanya agar kita menjaga kesucian pikiran kita dari belenggu dan kotoran-kotoran hawa nafsu." Kata si penjual peci itu.
Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS. Asy- Syams (91) : 9-10)
0 Response to "Penjual Peci"
Post a Comment