Sekuntum Mawar
Tidak akan pernah cukup membuat istri saya bahagia. Kebahagiaan justru didapat ketika kami berdua melewati masa-masa sulit dalam rumah tangga. Sewaktu awal pernikahan kami, kondisi yang serba pas-pasan, tidak membuat istri mengeluh dengan keadaan. Ke pasar naik sepeda, pergi mengajar naik sepeda, ke warnet, kerumah teman juga dengan bersepeda yang merupakan kebahagiaan tersendiri buat kami.
Disaat kondisi mulai membaik, kami bisa menabung sedikit demi sedikit sampai kami pindah rumah ke Depok. Pindahan ini cukup melelahkan bagi kami berdua, untungnya Hana putri kami bisa cepat beradaptasi. Waktu berjalan begitu cepat, pekerjaan sudah menumpuk membuat pulang sampai larut malam.
Malam itu sudah membuat saya lelah, istri minta izin hendak nyuci piring, katanya mumpung Hana sudah tidur, besok pagi nggak akan sempat. Begitu istri saya selesai mencuci piring. Saya sampaikan bahwa saya minta maaf karena belum dapat membahagiakannya. Kami kemudian duduk berdua dan istri saya mengatakan, “Mas, jika belum bisa membahagiakan saya. Tolong jangan membuat saya menderita ya?”
Sambil menatap wajah istri saya, saya sempat sejenak merenungkan ucapannya. Tak Jauh dari kami berbincang nampak hana sedang tertidur dengan pulasnya.
Disaat kondisi mulai membaik, kami bisa menabung sedikit demi sedikit sampai kami pindah rumah ke Depok. Pindahan ini cukup melelahkan bagi kami berdua, untungnya Hana putri kami bisa cepat beradaptasi. Waktu berjalan begitu cepat, pekerjaan sudah menumpuk membuat pulang sampai larut malam.
Malam itu sudah membuat saya lelah, istri minta izin hendak nyuci piring, katanya mumpung Hana sudah tidur, besok pagi nggak akan sempat. Begitu istri saya selesai mencuci piring. Saya sampaikan bahwa saya minta maaf karena belum dapat membahagiakannya. Kami kemudian duduk berdua dan istri saya mengatakan, “Mas, jika belum bisa membahagiakan saya. Tolong jangan membuat saya menderita ya?”
Sambil menatap wajah istri saya, saya sempat sejenak merenungkan ucapannya. Tak Jauh dari kami berbincang nampak hana sedang tertidur dengan pulasnya.
2 Responses to "Sekuntum Mawar"
Membaca tulisan bapak, saya jadi ingat keluarga di rumah ^ - ^
Indra KH's Blog
Post a Comment