Minal A'idin Wal Fa'izin
Insya Allah besok hari Jumat kita merayakan hari Idul Fitri. Orang akan saling bersalaman dan mengucapkan minal `a’idin wal fa’izin. Apa artinya ?Di depan kelas pak guru bertanya kepada murid-muridnya; apa artinya minal `a’idin wal fai’izin ? serempak murid-murid menjawab; Mohon maaf lahir batin. Demikianlah memang anggapan masyarakat umum atas kalimat itu, padahal salah. Kalimat minal `a’idin adalah kependekan dari do’a Allohumma ‘ij`alna minal `a’idin waj`alna minal fa’izin, artinya; Ya Allah setelah berpuasa ini, jadikanlah kami termasuk orang yang bisa kembali (ke fitrah kami) dan sukses.
Apakah fitrah itu ? kata hadis Nabi, setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah keadaan semula jadi, atau potensi dasar insan. Seperti apa potensi itu ? Pada dasarnya jiwa manusia itu sempurna, memiliki kemampuan membedakan yang buruk dari yang baik, memiliki kecenderungan kepada agama yang benar, memiliki kecenderungan lupa, mesra juga bergolak. Fitrah dasar manusia itu dapat dilihat ada bayi yang baru lahir, simpatik, menarik, lugu dan jujur. Semua aspek dari bayi itu menarik hati, tangisnya, geraknya bahkan pipisnya. Tidak ada seorangpun yang marah jika dipipisi bayi. Akan tetapi bersamaan dengan perjalanan waktu, yakni ketika sang bayi tumbuh dan berinteraksi dengan lingkungan, beraktualisasi diri, maka mulailah terjadi distorsi dari fitrahnya. Ketika anak-anak, ia mulai bandel dan rewel, ketika remaja ia bisa berbohong dan tawuran, ketika dewasa ia bisa merekayasa segala sesuatu secara curang demi untuk kepentingan diri, dan ketika ia berada pada puncak karir, ia bisa berubah menjadi jahat dan menyebalkan.
Nah, ibadah puasa dengan segala kelengkapannya dapat secara perlahan-lahan mengembalikan penyimpangan itu mendekat kepada fitrahnya yang jujur dan simpatik. Dalam berpuasa diajarkan untuk rendah hati kepada sesama, di dalam berpuasa diajarkan untuk kembali tekun beribadah, didalam berpuasa diajarkan untuk banyak memberi kepada orang lain, diajarkan untuk tidak berkata-kata kecuali yang benar, diajarkan untuk tidak melihat kecuali sesuatu yang halal, diajarkan untuk tidak mendengar kecuali sesuatu yang halal di dengar. Bohong, bergunjing, gossip, fitnah, adu domba, bertengkar, maksiat dan semua yang tercela secara keras tidak boleh dikerjakan selagi dalam bulan puasa. Jika itu semua diperhatikan maka seorang yang sudah sangat menyebalkan bisa berubah menjadi simpatik kembali. Mungkinkah ?
Belajarlah kepada ulat bulu yang sangat menjijikkan. Ketika ia bertekad untuk berpuasa dengan masuk ke dalam kepompong, dan di dalam kepompong selama tigapuluh enam hari hanya berzikir, maka ketika keluar dari kepompong, ia sudah berubah total dari ulat bulu yang menjijikkan menjadi kupu-kupu yang sangat menarik, berwarna warni terbang kian kemari.
Apakah fitrah itu ? kata hadis Nabi, setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah keadaan semula jadi, atau potensi dasar insan. Seperti apa potensi itu ? Pada dasarnya jiwa manusia itu sempurna, memiliki kemampuan membedakan yang buruk dari yang baik, memiliki kecenderungan kepada agama yang benar, memiliki kecenderungan lupa, mesra juga bergolak. Fitrah dasar manusia itu dapat dilihat ada bayi yang baru lahir, simpatik, menarik, lugu dan jujur. Semua aspek dari bayi itu menarik hati, tangisnya, geraknya bahkan pipisnya. Tidak ada seorangpun yang marah jika dipipisi bayi. Akan tetapi bersamaan dengan perjalanan waktu, yakni ketika sang bayi tumbuh dan berinteraksi dengan lingkungan, beraktualisasi diri, maka mulailah terjadi distorsi dari fitrahnya. Ketika anak-anak, ia mulai bandel dan rewel, ketika remaja ia bisa berbohong dan tawuran, ketika dewasa ia bisa merekayasa segala sesuatu secara curang demi untuk kepentingan diri, dan ketika ia berada pada puncak karir, ia bisa berubah menjadi jahat dan menyebalkan.
Nah, ibadah puasa dengan segala kelengkapannya dapat secara perlahan-lahan mengembalikan penyimpangan itu mendekat kepada fitrahnya yang jujur dan simpatik. Dalam berpuasa diajarkan untuk rendah hati kepada sesama, di dalam berpuasa diajarkan untuk kembali tekun beribadah, didalam berpuasa diajarkan untuk banyak memberi kepada orang lain, diajarkan untuk tidak berkata-kata kecuali yang benar, diajarkan untuk tidak melihat kecuali sesuatu yang halal, diajarkan untuk tidak mendengar kecuali sesuatu yang halal di dengar. Bohong, bergunjing, gossip, fitnah, adu domba, bertengkar, maksiat dan semua yang tercela secara keras tidak boleh dikerjakan selagi dalam bulan puasa. Jika itu semua diperhatikan maka seorang yang sudah sangat menyebalkan bisa berubah menjadi simpatik kembali. Mungkinkah ?
Belajarlah kepada ulat bulu yang sangat menjijikkan. Ketika ia bertekad untuk berpuasa dengan masuk ke dalam kepompong, dan di dalam kepompong selama tigapuluh enam hari hanya berzikir, maka ketika keluar dari kepompong, ia sudah berubah total dari ulat bulu yang menjijikkan menjadi kupu-kupu yang sangat menarik, berwarna warni terbang kian kemari.
0 Response to "Minal A'idin Wal Fa'izin"
Post a Comment