Air Mata Menorehkan Luka
Ada seorang ibu muda menangis. Air matanya mengalir deras, menoreh luka. Ia bertutur di Rumah Amalia suaminya sedang lupa diri akan tanggungjawab. Disaat ia bersedih selalu mengeluarkan sebuah photo. Photo ayah, bunda dan dirinya bersama masa suram. Ia menatap photo itu, teringat ia duduk memegang lutut dipojok tempat tidur, wajahnya pucat, bibirnya gemetar ketakutan, jantung berdetak kencang. Di depan matanya terlihat ayah bundanya bertengkar, ya..selalu bertengkar. Mereka bisa bertengkar tanpa pernah ada persoalan yang jelas. Teriakan bunda bercampur tangis, suara ayah seolah membara. Ia semakin memegang lututnya, menangis, teriakan mereka menggelegar, satu kata yang selalu diingatnya, memenuhi ruang alam bawah sadarnya "C..E..R..A..I..!!"
Sejak itu ia menjadi takut menikah namun Allah berkehendak lain. Seorang laki-laki mampu meyakinkan dirinya untuk menikah sampai mempunyai tiga anak yang manis dan lucu. Ditengah perjalanan hidupan rumah tangga selalu terguncang oleh masa lalu yang suram, ketakutan dan kecemasan membayangi hidupnya. Kehidupan masa lalu bagian yang tak bisa diingkari, keimanan dan keberserahan diri kepada Allah untuk menjalani hidup penuh dengan syukur sedikit demi sedikit perlahan memulihkan kondisi batinnya. Berbagi kasih sayang di Rumah Amalia membuat hidupnya semakin membaik. Sejak ia lebih banyak untuk mendekatkan diri kepada Allah telah membuka mata hati suaminya. Sampai suatu malam suaminya jatuh sakit. Ia merawat dengan cinta dan kasih sayang, dalam kesembuhan suaminya menangis dan meminta maaf atas kekhilafan dirinya. "Mah, berikanlah maafmu untukku sekali ini saja.." Suaminya mengeluarkan sebuah photo didompet, photo keluarga bahagia dirinya, suami dan anak-anaknya yang telah menghapus luka masa lalu. Ia mengangguk dan memeluk suaminya. sang suami membisikkan ditelinganya. "Mah, aku selalu bahagia berada disisimu.." Subhanallah..
Sejak itu ia menjadi takut menikah namun Allah berkehendak lain. Seorang laki-laki mampu meyakinkan dirinya untuk menikah sampai mempunyai tiga anak yang manis dan lucu. Ditengah perjalanan hidupan rumah tangga selalu terguncang oleh masa lalu yang suram, ketakutan dan kecemasan membayangi hidupnya. Kehidupan masa lalu bagian yang tak bisa diingkari, keimanan dan keberserahan diri kepada Allah untuk menjalani hidup penuh dengan syukur sedikit demi sedikit perlahan memulihkan kondisi batinnya. Berbagi kasih sayang di Rumah Amalia membuat hidupnya semakin membaik. Sejak ia lebih banyak untuk mendekatkan diri kepada Allah telah membuka mata hati suaminya. Sampai suatu malam suaminya jatuh sakit. Ia merawat dengan cinta dan kasih sayang, dalam kesembuhan suaminya menangis dan meminta maaf atas kekhilafan dirinya. "Mah, berikanlah maafmu untukku sekali ini saja.." Suaminya mengeluarkan sebuah photo didompet, photo keluarga bahagia dirinya, suami dan anak-anaknya yang telah menghapus luka masa lalu. Ia mengangguk dan memeluk suaminya. sang suami membisikkan ditelinganya. "Mah, aku selalu bahagia berada disisimu.." Subhanallah..
1 Response to "Air Mata Menorehkan Luka"
nice artikel gan,, terharu saya
Post a Comment