Jodoh, Cinta Dan Harta
Tidak salah orang memperhitungkan harta dari orang yang akan menjadi suami atau isterinya, karena harta juga merupakan kebutuhan primer dan sekunder manusia. Nilai harta bukan pada jumlahnya tetapi pada dari mana dan untuk apa. Jika orang memperoleh harta banyak dari usahanya yang halal, maka itu adalah karunia Tuhan, dan jika harta yang banyak itu digunak\an untuk membuat kemaslahatan sebanyak-banyaknya bagi keluarga, masyarakat dan bangsa, maka itu adalah sebesar-besar ibadah. Oleh karena itu obsessi orang terhadap harta (ketika sedang berfikir, sedang melakukan penelitian, ketika sedang merintis) sudah bisa bermakna ibadah. Lahirnya ia seperti orang yang cinta harta, tetapi hakikatnya ia adalah orang yang sedang menggali anugerah Allah. Selanjutnya ketika sudah berhasil menghimpun harta kekayaan, tantangannya adalah untuk apa harta itu, untuk memuaskan syahwat dirinya dengan foya-foya? untuk membangun kerajaan keluarga agar tujuh kerunannya sudah terjamin masa depannnya ? atau untuk memperbesar kemampuan membela kebenaran dan memeratakan kesejahteraan orang banyak ?
Perilaku manusia juga dipengaruhi oleh pola konsumsi. Makanan yang bergizi akan berpengaruh positif pada kemampuan fisik dan mental, makanan yang kurang bergizi akan membuat orang lemah fisik dan bisa juga lemah mental. Demikian juga makanan yang halal akan membuat konsumennya memiliki etos halal dan mudah melakukan perbuatan yang halal , resisten terhadap perbuatan yang haram. Sebaliknya makanan yang haram meski bergizi akan mendorong konsumennya mudah melakukan perbuatan haram. Kata Nabi dalam hadisnya, bahwa sepotong daging dalam tubuh kita yang berasal dari makanan haram akan mendorongnya pada perilaku yang menggiring kita ke neraka (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila an nar). Kata nabi juga, syaitan itu berjalan dalam tubuh manusia mengikuti jalan peredaran darahnya. Artinya orang yang hidupnya dibesarkan oleh produk syaitan (kejahatan) maka ia akan selalu terseret pada perbuatan syaitan (kejahatan).
Adalah keliru, mengharapkan kebahagiaan abadi dalam rumah tangga semata-mata mengandalkan kesejahteraan materi. Kebahagiaan materi akan menjadi kekokohan iman jika orang terlibat kerja keras dan halal ketika memperolehnya. Bekas orang miskin yang kemudian sukses menjadi orang kaya raya secara halal, ia akan menceriterakan kemiskinan masa lalunya dengan senyuman indah. Sebaliknya orang miskin yang dulunya adalah pewaris kekayaan besar tetapi kemudian bangkrut karena tidak memiliki etos kerja yang benar, maka ia dengan sedih dan pilu menceriterakan kejayaan masa lalunya. Keindahan rumah tangga adalah jika dari awal, pasangan suami isteri itu berkesempatan melewati tahap-tahap perjuangan hidup hingga sukses bersama. Selanjutnya adalah kebahagiaan orang tua, jika sukses mewariskan etos kerja keras dan halal kepada anak-anaknya, bukan sekedar mewariskan hartanya yang banyak. Sudah barang tentu sungguh suatu keberuntungan, jika seorang wanita dilamar oleh laki-laki yang sholeh, sebagaimana sungguh beruntung seorang pemuda mendapatkan istri yang setia dan sholehah. Terus bisa sama-sama menjadi orang kaya dan berkah, membawa kebaikan dunia akhirat.
Perilaku manusia juga dipengaruhi oleh pola konsumsi. Makanan yang bergizi akan berpengaruh positif pada kemampuan fisik dan mental, makanan yang kurang bergizi akan membuat orang lemah fisik dan bisa juga lemah mental. Demikian juga makanan yang halal akan membuat konsumennya memiliki etos halal dan mudah melakukan perbuatan yang halal , resisten terhadap perbuatan yang haram. Sebaliknya makanan yang haram meski bergizi akan mendorong konsumennya mudah melakukan perbuatan haram. Kata Nabi dalam hadisnya, bahwa sepotong daging dalam tubuh kita yang berasal dari makanan haram akan mendorongnya pada perilaku yang menggiring kita ke neraka (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila an nar). Kata nabi juga, syaitan itu berjalan dalam tubuh manusia mengikuti jalan peredaran darahnya. Artinya orang yang hidupnya dibesarkan oleh produk syaitan (kejahatan) maka ia akan selalu terseret pada perbuatan syaitan (kejahatan).
Adalah keliru, mengharapkan kebahagiaan abadi dalam rumah tangga semata-mata mengandalkan kesejahteraan materi. Kebahagiaan materi akan menjadi kekokohan iman jika orang terlibat kerja keras dan halal ketika memperolehnya. Bekas orang miskin yang kemudian sukses menjadi orang kaya raya secara halal, ia akan menceriterakan kemiskinan masa lalunya dengan senyuman indah. Sebaliknya orang miskin yang dulunya adalah pewaris kekayaan besar tetapi kemudian bangkrut karena tidak memiliki etos kerja yang benar, maka ia dengan sedih dan pilu menceriterakan kejayaan masa lalunya. Keindahan rumah tangga adalah jika dari awal, pasangan suami isteri itu berkesempatan melewati tahap-tahap perjuangan hidup hingga sukses bersama. Selanjutnya adalah kebahagiaan orang tua, jika sukses mewariskan etos kerja keras dan halal kepada anak-anaknya, bukan sekedar mewariskan hartanya yang banyak. Sudah barang tentu sungguh suatu keberuntungan, jika seorang wanita dilamar oleh laki-laki yang sholeh, sebagaimana sungguh beruntung seorang pemuda mendapatkan istri yang setia dan sholehah. Terus bisa sama-sama menjadi orang kaya dan berkah, membawa kebaikan dunia akhirat.
0 Response to "Jodoh, Cinta Dan Harta"
Post a Comment