Suka Dukanya Berjalan Kaki di Jakarta
Cobalah sekali-kali berjalan kaki ditrotoar jalan protokol seperti kota Jakarta, tentunya akan banyak cerita yang menarik. Demikian halnya dengan saya memiliki kesenangan tersendiri untuk jalan kaki, apa lagi ketika bulan ramadhan yang lalu ditengah kemacetan saat terdengar adzan maghrib saya suka turun dari bus kota untuk jalan kaki mencari tempat sekedar untuk berbuka puasa.
Kira-kira baru 100 meter saya berjalan ditrotoar dari belakang ada sepeda motor nyruduk yang membuat saya hampir terjatuh. Sang pengemudi motorpun berhenti sambil membuka helmnya, “Makanya kalo jalan liat dibelakang ada kendaraan minggir, jangan malah ketengah.” Dengan tampang galaknya. Saya sempat berpikir dia yang nabrak kok malah lebih galakan ya?
Kesalehan individu seringkali tidak berbanding lurus dengan kesalehan kita dijalan raya. Pengennya buru-buru sampe rumah. Tapi menaikkan motor ditrotoar cerminan kesalehan sosial yang rendah.
Bagaimana menurut anda?
Kira-kira baru 100 meter saya berjalan ditrotoar dari belakang ada sepeda motor nyruduk yang membuat saya hampir terjatuh. Sang pengemudi motorpun berhenti sambil membuka helmnya, “Makanya kalo jalan liat dibelakang ada kendaraan minggir, jangan malah ketengah.” Dengan tampang galaknya. Saya sempat berpikir dia yang nabrak kok malah lebih galakan ya?
Kesalehan individu seringkali tidak berbanding lurus dengan kesalehan kita dijalan raya. Pengennya buru-buru sampe rumah. Tapi menaikkan motor ditrotoar cerminan kesalehan sosial yang rendah.
Bagaimana menurut anda?
3 Responses to "Suka Dukanya Berjalan Kaki di Jakarta"
Ha ha ha...memang lucu mas agus. Saya juga punya pengalaman yg sama. Hanya saja saya tetap keukeuh tidak mau minggir dari trotoar karena itu sudah hak saya sebagai pejalan kaki. Walaupun sudah diklakson oleh pengendara motor beberapa kali tetap saya tidak memberi mereka lewat. Akhirnya mereka yg mengalah walaupun dengan wajah kesal. Saya aja yg punya motor masih senang naik kendaraan umum dan jalan kaki, dan kalau mengendarai motor tidak seperti itu tetap gunakanlah jalan yg telah disediakan. Memang harus ada tindakan disiplin kalau perlu ada hukumnya. Bisa gak ya???
saya juga pengendara notor, cuma alhamdulillah masih diberi malu kalo harus nyerobot hak orang; make trotoar, nyalip maksa, ngebut2 di jalan. harapan saya cuma satu, mereka diberi perasaan yg sama seperti saya.
Salam biker! Saya juga pengendara montor nih :) Tapi, cukup beretiket deh dalam berkendara. Kalau ada yang kayak gitu, kayaknya pantesnyda dijotos aja deh... Hehehe...
Post a Comment