Tukang Cukur
Sore itu saya bertandang dirumah salahsatu kerabat, nampak orang-orang sibuk berkerumun. Saya bertanya ada apa kok rame-rame. Kerabat itu mengatakan ada salahsatu orang yang tinggal dikontrakkan meninggal tanpa meninggalkan identitas diri yang jelas dan tidak memiliki kerabat.
Atas inisiatif pak er-te setempat warga saweran untuk biaya penguburan. Namun warga kebingungan sebab jenazah tidak ada yang sanggup memandikan. seorang ustadz yang biasa memandikan jenazah menentukan tarif biaya memandikan jenazah, sementara uang hasil saweran warga tidak cukup. Jenazah menjadi tidak ada yang memandikan.
ditengah kegalauan warga, lewatlah seorang tukang cukur yang biasa keliling datang menghampiri dan bertanya sedang ada apa. salahsatu dari warga menceritakan sedang kesulitan mencari orang yang bersedia memandikan jenazah tanpa dibayar. Kata tukang cukur itu, "sudah sini saya mandikan jenazahnya, tolong siapkan perlengkapannya." Pak Erte-pun tersenyum, warga saling membantu menyiapkan perlengkapannya. Kemudian mensholatkan dan menguburkannya dengan baik.
Sungguh mulia perbuatan tukang cukur itu, ditengah kota jakarta yang riuh. Orang meninggalpun susah. Susah mencari lahan dan susah mencari orang yang bersedia memandikan jenazah yang tanpa bayar. Orang bilang, apa sih yang dijakarta yang nggak bayar? buang air kecil aja bayar 1000,-, eh. udah naik belum ya? Dan saya percaya masih banyak orang-orang yang mulia seperti tukang cukur.
Bagaimana dengan anda?
Atas inisiatif pak er-te setempat warga saweran untuk biaya penguburan. Namun warga kebingungan sebab jenazah tidak ada yang sanggup memandikan. seorang ustadz yang biasa memandikan jenazah menentukan tarif biaya memandikan jenazah, sementara uang hasil saweran warga tidak cukup. Jenazah menjadi tidak ada yang memandikan.
ditengah kegalauan warga, lewatlah seorang tukang cukur yang biasa keliling datang menghampiri dan bertanya sedang ada apa. salahsatu dari warga menceritakan sedang kesulitan mencari orang yang bersedia memandikan jenazah tanpa dibayar. Kata tukang cukur itu, "sudah sini saya mandikan jenazahnya, tolong siapkan perlengkapannya." Pak Erte-pun tersenyum, warga saling membantu menyiapkan perlengkapannya. Kemudian mensholatkan dan menguburkannya dengan baik.
Sungguh mulia perbuatan tukang cukur itu, ditengah kota jakarta yang riuh. Orang meninggalpun susah. Susah mencari lahan dan susah mencari orang yang bersedia memandikan jenazah yang tanpa bayar. Orang bilang, apa sih yang dijakarta yang nggak bayar? buang air kecil aja bayar 1000,-, eh. udah naik belum ya? Dan saya percaya masih banyak orang-orang yang mulia seperti tukang cukur.
Bagaimana dengan anda?
6 Responses to "Tukang Cukur"
Iyah kang, dizaman sekarang perjalanan orang meninggal kayaknya penuh perjuangan juga, belum masalah sewa kavling makam kalau tidak "bayar sewa" di gusur juga diganti dgn jenazah orang lain so kita harus siapkan juga "rumah masa depan" sembelum ajal menjelang..he..he..
memang menyedihkan ya bah, orang meninggal pake sewa kapling segala, gimana orang yang nggak punya doku ya?
Iya neh kang Agus...gimana klo kemampuan/keahlian memandikan jenazah dipelajari, sapa tau ntar lama2 jadi profesi yg langka & 'mahal' tentunya (mit-amit...jb by) abis kesel... tar klo ada pelatihan spt ini mau dunx diajax...
bener..
kayaknya memandikan jenazah gampang tapi butuh keberanian dan kebiasaan. Ada yang nanya ama saya, "kenapa bukan mas agus aja yang memandikan?"
"ngeliat jenazah aja takut, apa lagi memandikan" jawab saya.
Sekarang ini jadi barang langka deh, orang yang bisa memandikan jenazah. di masjid al-Azhar itu suka ngadain pelatihan memandikan jenazah..coba tanya ama i2n, kalo nggak salah blognya i2n.blogspot.com
padahal memandikan jenazah itu fardu kifayah khan ?
dan artinya sudah menjadi kewajiban kita sebagai muslim kepada saudara kita lainnya...
wah... saya (kita)harus belajar juga nii....
bener mas kita mesti belajar..agar jangan sampe dikampung kita tidak ada yang bisa sama sekali..kalo itu terjadi sekampung berdosa semua..
Post a Comment