Tegakah Kita?
Setiap kali Hana sakit, istri saya suka takut. saya bilang padanya, kenapa mesti takut? Sakit atau sehat, sedih atau bahagia, suka atau duka, kesuksesan atau kegagalan, semua itu adalah kesatuan yang utuh dalam hidup kita senantiasa patut kita syukuri. Namun seringkali kita menghindari yang disebut dengan kegagalan, kesedihan, dan sakit.
Bahkan saya pernah berbincang dengan seorang kepala sekolah yang selalu sukses meluluskan para siswanya pada ujian nasional hampir mencapai angka sembilan puluh sembilan koma sembilan persen siswanya lulus. Ketika saya tanya apa resepnya. Sang kepala sekolah dengan bangga bercerita bahwa dirinya menganjurkan semua siswa jika tidak bisa mengisi soal ujiannya dikosongi aja lembar jawabannya dan nanti para gurulah yang mengisi jawaban soal-soalnya.
Saya katakan kepada kepala sekolah tersebut bahwa esensi pendidikan adalah membangun karakter anak didik. Bagaimana mungkin membangun anak didik jika para guru dan kepala sekolahnya tidak memiliki karakter. Sang kepala sekolah menjawab, jika hal itu tidak dilakukan maka lima puluh persen siswa mungkin bisa tidak lulus.
kenapa mesti takut? Jika siswa tidak lulus karena dia sudah belajar dengan sungguh-sungguh berarti menanamkan pada siswa tanggung jawab dan kelulusan itu hanya tolok ukur. Namun jika anak didik sudah dari sejak dini mereka mengerti bahwa kelulusan berarti menghalalkan segala cara maka akan berapa banyak anak kita yang akan menjadi
srigala?
hidup ini sungguh indah, jika kita menggunakan cara-cara yang indah sekalipun cara-cara yang indah ini menghasilkan yang pahit. hanya orang-orang yang kuatlah yang akan mengunakan cara-cara yang indah untuk bisa mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Dan bagi orang-orang yang lemah imannya maka apapun caranya dihalalkan
sehingga langitpun semakin kelam karena banyak orang tidak peduli lagi dengan cara yang halal.
Dalam kesedirian saya tertegun menatap wajah sang kepala sekolah setengah berbisik saya mengatakan padanya, "Tegakah kita menjadikan anak-anak kita menjadi srigala? ataukah kita sudah menjadi srigala?"
Bahkan saya pernah berbincang dengan seorang kepala sekolah yang selalu sukses meluluskan para siswanya pada ujian nasional hampir mencapai angka sembilan puluh sembilan koma sembilan persen siswanya lulus. Ketika saya tanya apa resepnya. Sang kepala sekolah dengan bangga bercerita bahwa dirinya menganjurkan semua siswa jika tidak bisa mengisi soal ujiannya dikosongi aja lembar jawabannya dan nanti para gurulah yang mengisi jawaban soal-soalnya.
Saya katakan kepada kepala sekolah tersebut bahwa esensi pendidikan adalah membangun karakter anak didik. Bagaimana mungkin membangun anak didik jika para guru dan kepala sekolahnya tidak memiliki karakter. Sang kepala sekolah menjawab, jika hal itu tidak dilakukan maka lima puluh persen siswa mungkin bisa tidak lulus.
kenapa mesti takut? Jika siswa tidak lulus karena dia sudah belajar dengan sungguh-sungguh berarti menanamkan pada siswa tanggung jawab dan kelulusan itu hanya tolok ukur. Namun jika anak didik sudah dari sejak dini mereka mengerti bahwa kelulusan berarti menghalalkan segala cara maka akan berapa banyak anak kita yang akan menjadi
srigala?
hidup ini sungguh indah, jika kita menggunakan cara-cara yang indah sekalipun cara-cara yang indah ini menghasilkan yang pahit. hanya orang-orang yang kuatlah yang akan mengunakan cara-cara yang indah untuk bisa mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Dan bagi orang-orang yang lemah imannya maka apapun caranya dihalalkan
sehingga langitpun semakin kelam karena banyak orang tidak peduli lagi dengan cara yang halal.
Dalam kesedirian saya tertegun menatap wajah sang kepala sekolah setengah berbisik saya mengatakan padanya, "Tegakah kita menjadikan anak-anak kita menjadi srigala? ataukah kita sudah menjadi srigala?"
2 Responses to "Tegakah Kita?"
Ass...
Terima kasih kang buat kunjungan di blog saya...
wass
emang skarang jujur adalah sesuatu yg aneh dipandang.kita mau jujur malah dianggap sok.pendidikan akan nilai2 kejujuran emang perlu bgt ditanamkan sejak anak2 kita msh kecil.dan kita hrs konsisten menerapkan kejujuran tsb dlm setiap kehidupan.krn kitalah panutan anak2 kita.
Post a Comment