Tentang Kualitas Salat

Hadis Riwayat Abu Hurairah menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang salat, tetapi tidak memperoleh apa-apa selain lelah dan capai, Kam min qa imin hazzuhu min salatihi at ta’abu wa an nasobu. Salat sebagai zikir bukanlah kata-kata, ruku dan sujud, tetapi dialog, muhawarah dan munajat seorang hamba kepada Alloh. Kunci dari muhawarah dan munajat adalah kehadiran hati, hudur al qalb, dalam salatnya. Jadi khusyu' adalah hadirnya hati dalam setiap aktivitas salat. Makna salat terletak pada seberapa besar kehadiran hati di dalamnya.
Imam Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin menyebut enam makna batin yang dapat menyempurnakan makna salat, yaitu; (1) kehadiran hati, (2) kefahaman, (3) ta'zim, mengagungkan Alloh, (4) segan, haibah, (5) Berharap, roja, dan (6) malu.
Di samping enam hal yang bersifat maknawi, bagi orang awam masih membutuhkan situasi fisik yang kondusif untuk salat, agar perhatiannya tidak terpecah sehingga hatinya dapat hadir. Bagi orang yang sudah kuat konsentrasinya, maka lingkungan fisik tidak lagi menjadi stimulus yang mengganggu, apa yang bagi orang awam, sesuatu yang terdengar, yang terlihat, justeru lebih menarik perhatiannya, lupa kepada Alloh SWT yang sedang diajak berbicara. Demikian juga bagi orang yang terlalu banyak problem, ruang gelap, ruang kosong, menutup mata dan menutup telinga tidak akan membantu mengkonsentrasikan hatinya kepada Alloh SWT, karena dua hal itu merupakan hal yang bertentangan.
0 Response to "Tentang Kualitas Salat"
Post a Comment