Pak Tua Pencari Paku
"Sudah tidak terasa sakit" kata pak tua itu yang wajahnya penuh dengan keriput, hitam legam sambil memegang besi semberani alat untuk mencari paku dipinggiran jalan Ciledug Raya. Pak tua itu memegang tangannya yang terserempet angkot. Saya menawarkan untuk berobat namun pak tua itu menolaknya. Saya mengantarkan untuk pulang, katanya hari ini belum mengumpulkan paku untuk dijual. Akhirnya kami berdua minum teh botol diwarung pinggir jalan.
Berkali-kali pak tua itu ngatakan masih untung dirinya hanya terserempet tangan, tidak sampai luka parah. Masih bisa berjalan dan bisa menikmati minum teh botol. Pak tua itu bertutur, dua tahun lalu dirinya pernah ketabrak truk sampah dan hanya dirawat di bawah kolong jembatan, "alhamdulillah mas, dalam waktu 1 bulan saya sudah bisa kembali berjalan mencari paku."
Miris hati saya mendengar penuturannya, ditengah hidup yang kian sulit, pak tua berjuang sendirian menghadapi hidup karena Istrinya sudah lama meninggal dan dua anaknya menjadi pemulung di bantar gebang. Sementara kehidupannya hanya mengandalkan dengan mencari paku dan barang-barang bekas.
terdengar suara napas yang terasa berat, sebuah potret orang yang hidup dijalanan yang menggantungkan harapan pada kebaikan rizki yang berserakan di jalan. Wajahnya selalu penuh syukur terhadap semua nikmat yang dianugerahkan padanya.
Kala terik panas menyengat saya pamit hendak melanjutkan perjalanan ke kantor. Pak tua itu mengucapkan terima kasih. Padahal sayalah yang seharusnya mengucapkan terima kasih padanya. Pertemuan yang singkat itu bagaikan saya membaca ayat-ayatNya pada pagi hari ini.
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah". (QS Shaad 38 : 27).
Dari pertemuan itu saya mengambil satu hikmah bahwa hidup seberat apapun akan menjadi ringan jika kita senantiasa bersyukur terhadap semua anugerahNya sekalipun hal itu pahit.
Berkali-kali pak tua itu ngatakan masih untung dirinya hanya terserempet tangan, tidak sampai luka parah. Masih bisa berjalan dan bisa menikmati minum teh botol. Pak tua itu bertutur, dua tahun lalu dirinya pernah ketabrak truk sampah dan hanya dirawat di bawah kolong jembatan, "alhamdulillah mas, dalam waktu 1 bulan saya sudah bisa kembali berjalan mencari paku."
Miris hati saya mendengar penuturannya, ditengah hidup yang kian sulit, pak tua berjuang sendirian menghadapi hidup karena Istrinya sudah lama meninggal dan dua anaknya menjadi pemulung di bantar gebang. Sementara kehidupannya hanya mengandalkan dengan mencari paku dan barang-barang bekas.
terdengar suara napas yang terasa berat, sebuah potret orang yang hidup dijalanan yang menggantungkan harapan pada kebaikan rizki yang berserakan di jalan. Wajahnya selalu penuh syukur terhadap semua nikmat yang dianugerahkan padanya.
Kala terik panas menyengat saya pamit hendak melanjutkan perjalanan ke kantor. Pak tua itu mengucapkan terima kasih. Padahal sayalah yang seharusnya mengucapkan terima kasih padanya. Pertemuan yang singkat itu bagaikan saya membaca ayat-ayatNya pada pagi hari ini.
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah". (QS Shaad 38 : 27).
Dari pertemuan itu saya mengambil satu hikmah bahwa hidup seberat apapun akan menjadi ringan jika kita senantiasa bersyukur terhadap semua anugerahNya sekalipun hal itu pahit.
1 Response to "Pak Tua Pencari Paku"
kita harus menjalani hidup ini dengan ikhlas dan penuh syukur ternyata masih banyak yang ada dibawah kita
Post a Comment