Air Mata Kerinduan
Sore itu kedatangan Pak Liem ke Rumah Amalia sudah direncanakan. Kedatangannya sengaja untuk menyisihkan rizkinya untuk anak-anak Amalia. Katanya, 'menyisihkan rizki untuk anak-anak Amalia rasanya rizki saya kian melimpah,' Pak Liem dilahirkan dalam keluarga Tionghoa. Pada usia pertengahan waktu mudanya pernah didera rasa kegelisahan setiap harinya. Tiba-tiba mengalir rasa haru, gembira dan bahagia. Itu terjadi pada malam hari ketika hendak tidur.
Seolah ada suara, 'bila hatimu gelisah, sholat aja,' Dia bingung sebab tidak tahu bagaimana cara sholat. 'saya nggak tahu bagaimana cara sholat' katanya dalam hati. 'Belajarlah! sholat akan membawa ketentraman dalam hatimu.' Kata suara itu. Sejak itulah Pak Liem belajar sholat dari orang lain, buku tata cara sholat. Berbekal sajadah dan iman didada dia mempersiapkan diri untuk menghadapi apapun resiko yang terjadi. Awalnya sebagai seorang muallaf dia menerima ujian dan cobaan dalam setahun usaha bangkrut.
Namun semua itu disyukurinya karena dia telah terbiasa meghadapi pasang surut dalam dunia usaha sampai akhirnya menikah dan punya anak. Ujian terhadap imannya belum berakhir pada suatu malam dirinya sedang berbaring antara kondisi setengah tertidur dan tersadar, dia melihat dirinya sedang sholat diatas sajadah di dalam kamarnya. Disaat mengucapkan takbir, entah kenapa air matanya mengalir begitu deras. Sebuah air mata kerinduan. Entah kenapa ada rasa rindu seperti sedang rindu pada kekasih yang sudah lama dinantinya seolah sebentar lagi dirinya hendak bertemu. 'Mungkin itu kerinduan saya kepada Sang Khaliq' ucap Pak Liem sore itu.
Setelah peristiwa malam itu, anak saya sakit. Menurut diagnosis dokter ahli harus segera dioperasi. Waktunya kemudian ditentukan. Beberapa hari lagi dilakukan operasi. Sepenuhnya saya percaya kepada dokter ahli. 'Hal ini ujian terberat cinta saya kepada Alloh SWT,' begitu tutur Pak Liem tak dapat menyembunyikan kesedihannya. 'Saya berserah diri kepadaNya dan memohon kesembuhan bagi putra saya.' lanjutnya. Operasinya berjalan dengan baik dan anaknya Pak Liem bisa kembali dengan keluarga.
'Alloh SWT memang sedang menguji sekaligus melindungi saya,' Tuturnya pada saya. Usaha di Kota kembali berjalan. Rukonya bertambah satu lagi. 'Kini hidup saya terasa lebih tentram dan tenang.' Kata Pak Liem tanpa ragu. Setelah itu Pak Liem meminum teh hangat yang telah disediakan istri saya, dia menghela napas panjang. Matanya seolah menerawang angkasa luas. Raut wajahnya nampak guratan-guratan cermin dari air mata yang sering mengalir. 'Saya rindu..entah kenapa ada kerinduan. Mungkinkah orang seperti saya layak rindu kepadaNya?' Begitulah tutur Pak Liem yang senantiasa meneteskan air mata kerinduan kepada Sang Khaliq. Subhanallah..
--
Ya Alloh, Ya Tuhanku, Jika aku menyembahMu karena takut pada api neraka, maka masukkan aku di dalamnya! Dan jika aku menyembahMu karena ingin surgaMu, maka haramkanlah aku daripadanya! Tetapi jika aku menyembahMu karena kecintaanku kepadaMu, maka berilah aku kesempatan untuk melihat wajahMu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu. (Doa Rabiah al-Adawiyah).
Seolah ada suara, 'bila hatimu gelisah, sholat aja,' Dia bingung sebab tidak tahu bagaimana cara sholat. 'saya nggak tahu bagaimana cara sholat' katanya dalam hati. 'Belajarlah! sholat akan membawa ketentraman dalam hatimu.' Kata suara itu. Sejak itulah Pak Liem belajar sholat dari orang lain, buku tata cara sholat. Berbekal sajadah dan iman didada dia mempersiapkan diri untuk menghadapi apapun resiko yang terjadi. Awalnya sebagai seorang muallaf dia menerima ujian dan cobaan dalam setahun usaha bangkrut.
Namun semua itu disyukurinya karena dia telah terbiasa meghadapi pasang surut dalam dunia usaha sampai akhirnya menikah dan punya anak. Ujian terhadap imannya belum berakhir pada suatu malam dirinya sedang berbaring antara kondisi setengah tertidur dan tersadar, dia melihat dirinya sedang sholat diatas sajadah di dalam kamarnya. Disaat mengucapkan takbir, entah kenapa air matanya mengalir begitu deras. Sebuah air mata kerinduan. Entah kenapa ada rasa rindu seperti sedang rindu pada kekasih yang sudah lama dinantinya seolah sebentar lagi dirinya hendak bertemu. 'Mungkin itu kerinduan saya kepada Sang Khaliq' ucap Pak Liem sore itu.
Setelah peristiwa malam itu, anak saya sakit. Menurut diagnosis dokter ahli harus segera dioperasi. Waktunya kemudian ditentukan. Beberapa hari lagi dilakukan operasi. Sepenuhnya saya percaya kepada dokter ahli. 'Hal ini ujian terberat cinta saya kepada Alloh SWT,' begitu tutur Pak Liem tak dapat menyembunyikan kesedihannya. 'Saya berserah diri kepadaNya dan memohon kesembuhan bagi putra saya.' lanjutnya. Operasinya berjalan dengan baik dan anaknya Pak Liem bisa kembali dengan keluarga.
'Alloh SWT memang sedang menguji sekaligus melindungi saya,' Tuturnya pada saya. Usaha di Kota kembali berjalan. Rukonya bertambah satu lagi. 'Kini hidup saya terasa lebih tentram dan tenang.' Kata Pak Liem tanpa ragu. Setelah itu Pak Liem meminum teh hangat yang telah disediakan istri saya, dia menghela napas panjang. Matanya seolah menerawang angkasa luas. Raut wajahnya nampak guratan-guratan cermin dari air mata yang sering mengalir. 'Saya rindu..entah kenapa ada kerinduan. Mungkinkah orang seperti saya layak rindu kepadaNya?' Begitulah tutur Pak Liem yang senantiasa meneteskan air mata kerinduan kepada Sang Khaliq. Subhanallah..
--
Ya Alloh, Ya Tuhanku, Jika aku menyembahMu karena takut pada api neraka, maka masukkan aku di dalamnya! Dan jika aku menyembahMu karena ingin surgaMu, maka haramkanlah aku daripadanya! Tetapi jika aku menyembahMu karena kecintaanku kepadaMu, maka berilah aku kesempatan untuk melihat wajahMu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu. (Doa Rabiah al-Adawiyah).
0 Response to "Air Mata Kerinduan"
Post a Comment