Secercah Harapan
Berapa kali kita mengira bahwa apa yang datang kepada kita adalah akhir segalanya, seolah sudah tidak ada lagi jalan.Tali yang kita pegang sudah putus dan cakrawala kehidupan yang ada didepan mata kita sudah gelap gulita Namun ternyata itu adalah secercah harapan, pertolongan, kebaikan, kebahagiaan yang Allah berikan untuk kita? Sebagaimana yang terjadi pada seorang ibu. Tanpa disadari air mata mengalir membasahi pipi dan hatinya, merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Hatinya telah ditekan hingga batas ambang ketidaksanggupan untuk dipikulnya. Seorang ibu merasakan semua yang ada dalam hidupnya menjadi hampa dan apa yang dilakukanna tidak membawa perubahan apapun. Keputusasaan menghampiri dirinya, kehilangan gairah untuk hidup, tidak memiliki semangat lagi untuk bekerja maupun untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Semua yang ada dihadapannya hanyalah pandangan kosong belaka yang terhimpit oleh kesulitan. Bertahun-tahun dalam pernikahannya hanya menerima perlakuan kasar dari suami. Sebagai istri berusaha untuk bertahan dari makian dan pukulan suami.
Namun menginjak usia perkawinan ditahun kelima hatinya mulai goyah. Kepahitan hidup seolah tiada pernah berakhir. Putrinya yang dicintainya jatuh sakit sementara tabiat suami tidak berubah. 'Ya Allah, sampai kapan semua ini akan berakhir?' ucapnya merintih, hatinya terasa perih. Terbayang kehidupan pada masa kecil yang bahagia bersama kedua orang tuanya yang selalu mendidik agar kokoh imannya, menginjak dewasa dan bekerja membuat dirinya terbuai oleh kenikmatan duniawi menjadi lupa diri. Sampai kemudian menikah dengan pujaan hatinya. Perkawinan ternyata tidak seperti yang diharapkan. Kebahagiaan dirasakan hanya sebentar setelah itu datang cobaan bertubi-tubi. Dalam kesendirian merenungkan perjalanan hidupnya, menyadari sudah sejak lama jauh dari Allah, terpuruk dalam pergaulan yang salah. Sholat lima waktu tidak pernah dikerjakan dengan baik. Hidupnya menjadi terasa hampa. Tersadar akan kesalahan yang dilakukan membuat dirinya semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih tekun mengerjakan sholat lima waktu. Itulah yang membuatnya berkenan datang ke Rumah Amalia, beliau bershodaqoh untuk Rumah Amalia agar keluarga selamat dari ambang kehancuran.
Kesabaran dan daya tahan yang kuat menjalani cobaan hidup akhirnya membuahkan hasil. Disaat Allah memulihkan hidupnya, beliau mendapatkan anugerah yang lebih banyak daripada sebelumnya. Putrinya yang terbaring sakit di Rumah Sakit sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Suami yang selalu pulang dalam kondisi mabuk, sudah tidak lagi. Bahkan sudah mau mengerjakan sholat lima waktu dan lebih banyak waktu yang dipergunakan untuk berkumpul bersama keluarga di Rumah. Keberkahan demi keberkahan datang menyirami bagaikan air hujan yang turun dari langit. Allah mengabulkan doanya. Secercah harapan tentang keluarga bahagia akhirnya terwujud, hanya saja membutuhkan kesabaran cinta yang besar untuk mewujudkannya.
"Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan." (QS. al-An'am :64).
Namun menginjak usia perkawinan ditahun kelima hatinya mulai goyah. Kepahitan hidup seolah tiada pernah berakhir. Putrinya yang dicintainya jatuh sakit sementara tabiat suami tidak berubah. 'Ya Allah, sampai kapan semua ini akan berakhir?' ucapnya merintih, hatinya terasa perih. Terbayang kehidupan pada masa kecil yang bahagia bersama kedua orang tuanya yang selalu mendidik agar kokoh imannya, menginjak dewasa dan bekerja membuat dirinya terbuai oleh kenikmatan duniawi menjadi lupa diri. Sampai kemudian menikah dengan pujaan hatinya. Perkawinan ternyata tidak seperti yang diharapkan. Kebahagiaan dirasakan hanya sebentar setelah itu datang cobaan bertubi-tubi. Dalam kesendirian merenungkan perjalanan hidupnya, menyadari sudah sejak lama jauh dari Allah, terpuruk dalam pergaulan yang salah. Sholat lima waktu tidak pernah dikerjakan dengan baik. Hidupnya menjadi terasa hampa. Tersadar akan kesalahan yang dilakukan membuat dirinya semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih tekun mengerjakan sholat lima waktu. Itulah yang membuatnya berkenan datang ke Rumah Amalia, beliau bershodaqoh untuk Rumah Amalia agar keluarga selamat dari ambang kehancuran.
Kesabaran dan daya tahan yang kuat menjalani cobaan hidup akhirnya membuahkan hasil. Disaat Allah memulihkan hidupnya, beliau mendapatkan anugerah yang lebih banyak daripada sebelumnya. Putrinya yang terbaring sakit di Rumah Sakit sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Suami yang selalu pulang dalam kondisi mabuk, sudah tidak lagi. Bahkan sudah mau mengerjakan sholat lima waktu dan lebih banyak waktu yang dipergunakan untuk berkumpul bersama keluarga di Rumah. Keberkahan demi keberkahan datang menyirami bagaikan air hujan yang turun dari langit. Allah mengabulkan doanya. Secercah harapan tentang keluarga bahagia akhirnya terwujud, hanya saja membutuhkan kesabaran cinta yang besar untuk mewujudkannya.
"Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan." (QS. al-An'am :64).
0 Response to "Secercah Harapan"
Post a Comment