Mentari Pagi
Ada seorang teman sering kali memperhatikan yang saya tulis. Saking hapalnya dengan tulisan saya, minggu lalu saya sempat absen menulis. Teman tersebut sempat mengatakan bahwa dirinya kehilangan mentari pagi. Begitu pula ketika saya sudah kembali aktif menulis, jakarta terguyur hujan dengan seharian. Teman itu juga tenggelam dalam kesibukkannya. Saya balik mengirimkan sms “kemana ya perginya mentari pagi hari ini?”
Begitulah mentari pagi. Tetap indah untuk diperbincangkan. Ditulis dan dibacanya. Mentari pagi tetap menyapa, dikala kita menderita atau bahagia. Bahkan dikala manusia mengeksloitasi dirinya untuk kepentingan partai politik, ormas maupun operator gsm. Toh, tak membuatnya marah atau merasa dirugikan. Itulah kenapa saya seringkali menulis lebih suka mengawali dengan kata mentari pagi. Sebab mentari pagi memiliki ketulusan memberi sinarnya tanpa pernah mengeluh dan keinginan untuk memperkaya diri sendiri. Sebagaimana saya juga temukan pada pribadi-pribadi yang sederhana yang setiap hari saya temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang pernah ceritakan pada anda sebelumnya.
Begitulah mentari pagi. Tetap indah untuk diperbincangkan. Ditulis dan dibacanya. Mentari pagi tetap menyapa, dikala kita menderita atau bahagia. Bahkan dikala manusia mengeksloitasi dirinya untuk kepentingan partai politik, ormas maupun operator gsm. Toh, tak membuatnya marah atau merasa dirugikan. Itulah kenapa saya seringkali menulis lebih suka mengawali dengan kata mentari pagi. Sebab mentari pagi memiliki ketulusan memberi sinarnya tanpa pernah mengeluh dan keinginan untuk memperkaya diri sendiri. Sebagaimana saya juga temukan pada pribadi-pribadi yang sederhana yang setiap hari saya temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang pernah ceritakan pada anda sebelumnya.
0 Response to "Mentari Pagi"
Post a Comment