Ketika Cinta Harus Memilih

Pernah suatu malam ada yang bertanya pada saya, seperti apa jodoh saya? Saya katakan padanya bahwa jodoh kita adalah sama seperti halnya diri kita. Siapapun yang menjadi pasangan hidup kita merupakan cermin yang ada pada diri kita. Jika kita memilih berdasarkan pertimbangan rasa, ketemu pada medan perjuangan maka pasangan hidup yang kita dapatkan juga orang yang memiliki karakter yang sama. Namun jika kita memilih berdasarkan pertimbangan logika semata yang kita dapatkan juga seperti yang kita kehendaki.


Ketika cinta harus memilih, ada peranan rasa dan ada peranan logika. Perasaan cocok sering lebih “benar” dibanding pertimbangan “ilmiah”. Jika seorang wanita dalam pertemuan pertama dengan seorang lelaki langsung merasa bahwa lelaki itu terasa “sreg” untuk menjadi suami, meski ia belum mengetahui secara detail siapa identitas si lelaki itu, biasanya faktor perasaan sreg itu akan menjadi faktor dominan dalam mempertimbangkan. Sudah barang tentu ada orang yang tertipu oleh hallo efec, yakni langsung tertarik oleh penampilan, padahal sebenarnya penampilan palsu. Sementara itu argumen raasional berdasar data lengkap tentang berbagai segi dari karakteristik lelaki atau perempuan, mungkin dapat memuaskan logika, tetapi mungkin terasa kering, karena pernikahan bukan semata masalah logika, tetapi justeru lebih merupakan masalah perasaan.

Ada pasangan suami isteri yang dari segi infrastruktur logis (misalnya keduanaya ganteng dan cantik, usia sebaya, rumah tempat tinggalnya bagus, penghasilan mencukupi, kelengkapan hidup lengkap) mestinya bahagia, tetapi pasangan itu justeru melewati hari-harinya dengan suasana kering dan membosankan, karena hubunganya lebih bersifat formal dibanding rasa. Perasaan sreg dan cocok akan dapat mendistorsi berbagai kekurangan, sehingga meski mereka hidup dalam kesahajaan, tetapi mereka kaya dengan perasaan, sehingga mereka dapat merasa ramai dalam keberduaan, merasa meriah dalam kesunyian malam, merasa ringan dalam memikul beban, merasa sebentar dalam mengarungi perjalanan panjang. Mereka sudah melewati usia 40 tahun perkawinan, tetapi serasa masih pengantin baru.

0 Response to "Ketika Cinta Harus Memilih"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel