Hati Yang Perih
Malam hari yang indah. Terdengar lantunan ayat suci yang sedang dihapalkan oleh anak-anak Amalia. Wajahnya berhiaskan kebahagiaan. Seorang Ibu malam itu berkunjung ke Rumah Amalia. Hatinya yang perih terlihat dari setiap tetes air matanya yang berlinang. Malam itu beliau sengaja berbagi rizkinya untuk anak-anak Amalia dan berdoa bersama anak2 Amalia, 'saya hanya memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar keluarga kami tetap utuh Mas Agus..' ucapnya lirih.
Tak kuasa hatinya menanggung sakit karena suaminya berselingkuh. Bertahun-tahun dirinya melalui pahit getirnya kehidupan berjuang mendampingi suami tercintanya untuk mencapai puncak karier, Namun kini setelah mencapai impian, beliau sebagai istri dicampakkan begitu saja hanya karena seorang perempuan lainnya. Keadaan itu nyaris membuatnya putus asa dan sempat terpikir untuk bercerai.
'Saya mempertahankan keluarga hanya demi anak-anak Mas, hanya karena saya ingat pesan Mas Agus bahwa menjaga keutuhan keluarga adalah perbuatan mulia daripada bercerai sehingga saya membuang pikiran bercerai itu jauh-jauh,' ucapnya getir. Satu setengah tahun lamanya beliau mengunci diri di dalam kamar untuk menghindar dan tidak ingin bertegur sapa karena pengkhianatan yang dilakukan suaminya. Hanya untuk aktifitas ke kamar mandi, menyediakan makan untuk anak-anaknya atau berbelanja baru keluar dari kamarnya.
Dua tahun perkawinannya. Atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dirinya dan suami dikaruniai seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik. Pada saat bersamaan suaminya mendapatkan kesempatan untuk pelatihan dari kantornya bekerja di Paris, Perancis. Perekonomian kami kian sulit. Selama suami pelatihan kondisi ekonomi selalu saja kekurangan. Tinggal di rumah kontrakan kecil dan kumuh dengan mengasuh anak yang masih kecil, untuk membiayai kebutuhan sehari-hari sampai menjual cincin kawinnya tetapi semua itu dilaluinya dengan hati gembira.
Satu tahun telah berlalu. Akhirnya sepulang dari Paris suami menduduki jabatan yang penting diperusahaannya tempat bekerja. Prestasinya melejit begitu cepatnya. Itulah puncak prestasi dan prestisenya sepanjang kariernya. Mungkin karena itu pula ia dilirik oleh perempuan muda yang cantik-cantik. Sementara dirinya hanya bergulat mengurus anaknya. Dipuncak kariernya mulai ada perubahan sikap terhadap anak dan istrinya dan suka pulang malam. Bahkan suaminya lebih suka tidur di sofa daripada di kamar. Katanya diluar lebih sejuk. Setahun, dua tahun berlalu. Setelah diselediki ternyata suaminya punya perempuan simpanan. Sang Ibu sangat terpukul tetapi beliau tetap percaya bahwa suami adalah orang yang baik, perbuatannya hanyalah sebuah kekhilafan.
Malam itu saya menyarankan kepada beliau agar senantiasa sholat tahajud, curhat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar pintu hati suami tercinta terketuk untuk berkumpul kembali bersama anak dan istrinya.
Sebulan telah berlalu, Kemaren pada hari Jumat malam saya diundang untuk syukuran, saya bertemu dengan Ibu, suami dan anak-anaknya. Saya berkesempatan untuk membacakan doa. Tak terasa air mata saya menetes menyaksikan suami istri yang telah mampu mempertahankan bahtera rumah tangganya dari kehancuran. Suaminya memeluk saya mengucapkan terima kasih karena telah mensupport keluargnya. Berkali-kali mengucapkan puji sukur kehadirat Allah atas karuniaNya yang telah menyelamatkan keluarganya dari kehancuran. Subhanallah..
Tak kuasa hatinya menanggung sakit karena suaminya berselingkuh. Bertahun-tahun dirinya melalui pahit getirnya kehidupan berjuang mendampingi suami tercintanya untuk mencapai puncak karier, Namun kini setelah mencapai impian, beliau sebagai istri dicampakkan begitu saja hanya karena seorang perempuan lainnya. Keadaan itu nyaris membuatnya putus asa dan sempat terpikir untuk bercerai.
'Saya mempertahankan keluarga hanya demi anak-anak Mas, hanya karena saya ingat pesan Mas Agus bahwa menjaga keutuhan keluarga adalah perbuatan mulia daripada bercerai sehingga saya membuang pikiran bercerai itu jauh-jauh,' ucapnya getir. Satu setengah tahun lamanya beliau mengunci diri di dalam kamar untuk menghindar dan tidak ingin bertegur sapa karena pengkhianatan yang dilakukan suaminya. Hanya untuk aktifitas ke kamar mandi, menyediakan makan untuk anak-anaknya atau berbelanja baru keluar dari kamarnya.
Dua tahun perkawinannya. Atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dirinya dan suami dikaruniai seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik. Pada saat bersamaan suaminya mendapatkan kesempatan untuk pelatihan dari kantornya bekerja di Paris, Perancis. Perekonomian kami kian sulit. Selama suami pelatihan kondisi ekonomi selalu saja kekurangan. Tinggal di rumah kontrakan kecil dan kumuh dengan mengasuh anak yang masih kecil, untuk membiayai kebutuhan sehari-hari sampai menjual cincin kawinnya tetapi semua itu dilaluinya dengan hati gembira.
Satu tahun telah berlalu. Akhirnya sepulang dari Paris suami menduduki jabatan yang penting diperusahaannya tempat bekerja. Prestasinya melejit begitu cepatnya. Itulah puncak prestasi dan prestisenya sepanjang kariernya. Mungkin karena itu pula ia dilirik oleh perempuan muda yang cantik-cantik. Sementara dirinya hanya bergulat mengurus anaknya. Dipuncak kariernya mulai ada perubahan sikap terhadap anak dan istrinya dan suka pulang malam. Bahkan suaminya lebih suka tidur di sofa daripada di kamar. Katanya diluar lebih sejuk. Setahun, dua tahun berlalu. Setelah diselediki ternyata suaminya punya perempuan simpanan. Sang Ibu sangat terpukul tetapi beliau tetap percaya bahwa suami adalah orang yang baik, perbuatannya hanyalah sebuah kekhilafan.
Malam itu saya menyarankan kepada beliau agar senantiasa sholat tahajud, curhat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar pintu hati suami tercinta terketuk untuk berkumpul kembali bersama anak dan istrinya.
Sebulan telah berlalu, Kemaren pada hari Jumat malam saya diundang untuk syukuran, saya bertemu dengan Ibu, suami dan anak-anaknya. Saya berkesempatan untuk membacakan doa. Tak terasa air mata saya menetes menyaksikan suami istri yang telah mampu mempertahankan bahtera rumah tangganya dari kehancuran. Suaminya memeluk saya mengucapkan terima kasih karena telah mensupport keluargnya. Berkali-kali mengucapkan puji sukur kehadirat Allah atas karuniaNya yang telah menyelamatkan keluarganya dari kehancuran. Subhanallah..
0 Response to "Hati Yang Perih"
Post a Comment