Kebahagiaan Itu Magnet

Pada suatu malam anak-anak Amalia sedang duduk melingkar. Kami sedang berdiskusi tentang kebahagiaan. Trie, salah satu Anak Amalia bertanya, 'Kak Agus, bagaimana agar kita bahagia?' Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa Kebahagiaan kita akan tumbuh berkembang apabila kita membantu orang lain. Namun kebahagiaan itu akan layu dan mati apabila kita sudah tidak peduli terhadap orang lain. Kebahagiaan itu tak ubahnya sebuah tanaman, harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi.

Mendengar jawaban, Trie wajahnya berseri, senyumannya mengembang. Kebahagiaan itu seolah menjalar kepada anak-anak Amalia yang lainnya. Atun dan Lusi juga anak-anak lainnya terlihat memperhatikan dengan seksama ikut tersenyum. Saya bertanya kepada anak-anak Amalia, 'Sekarang perhatikan teman-teman kita yang malam ini terlihat bahagia dan gembira. Apa yang kalian rasakan?'

'Ikut bahagia Kak..!!' jawab anak-anak Amalia serentak.

Saya katakan kepada mereka, orang yang bahagia itu menjadi magnet yang sangat ampuh untuk menarik orang-orang untuk mendekat. Jika magnet itu mampu menerima dan berbagi, maka daya tariknya akan menjadi semakin besar. menular dan menjalar dengan cepat membuat banyak orang berbahagia.

'Mari kita bagikan kebahagiaan yang kita rasakan, niscaya kita semakin bertambah bahagia.' pesan saya pada anak-anak Amalia, Malampun semakin larut. Anak-anak menyimpan kebahagiaan dalam hatinya yang paling dalam, siap untuk ditebarkan bagi orang-orang disekelilingnya. Wajahnya terlihat cerah penuh kebahagiaan, menghiasi indahnya sinar rembulan di malam hari.

'Adapun orang-orang yang berbahagia maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya (QS Huud : 108)

0 Response to "Kebahagiaan Itu Magnet"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel