Tangisan Hati

Pernah saya bertemu dengan seorang ibu yang mengeluh ingin bercerai dari suaminya. Saya menyarankan agar bersabar dan setiap habis sholat perbanyaklah membaca tasbih, tahmid, takbir agar Allah berkenan memberikan sebuah solusi. Setelah setahun kemudian malam itu beliau bersama suami dan keduanya anak hadir ke Rumah Amalia. Terdengar suara anak-anak Amalia sedang membaca ayat suci al-Quran. Beliau bertutur tentang hatinya yang menangis dihadapinya dengan bersabar maka membawa nikmat bagi keluarganya.

Dimasa kehamilan anaknya yang kedua, suaminya membawa perempuan lain ke rumahnya, diperkenalkan sebagai rekan kerjanya. Tanpa rasa sungkan mereka bercanda didepan anak dan dirinya. Entah apa yang dilakukan suaminya sampai beberapa kali membawa rekan kerjanya ke rumah. Rumah sudah seperti neraka. Rasanya sebagai perempuan sudah tidak sanggup menghadapi hidup. Kepada siapa mengadu, membuat dirinya bingung. mengadu kepada keluarga dan tetangga berarti akan menambah beban dalam hidupnya sendiri.

Sampai akhirnya anak yang kedua lahir. Semuanya dilalui dengan kesendirian. Diasuh dan dirawat dengan penuh kasih sayang. Sebagai istri, dirinya selalu berharap keluarganya harmonis. Jika tidak bisa, cerai adalah pilihan yang pahit harus dipilihnya. Sampailah waktu itu beliau bertemu dengan saya untuk mempertimbangkan pilihan yang pahit itu untuk dihindari, karena keyakinannya untuk berdoa memohon kepada Allah dibantu berdoa bersama anak-anak Amalia menguatkan hatinya untuk tetap bertahan.

Sampai kemudian pada suatu hari tatkala sepulang belanja, Dikejutkan dengan kehadiran suaminya yang sudah duduk diruang tamu dengan mata menerawang kosong. 'Mah, maafkan aku ya?' Suaminya bersimpuh dipangkuannya mencium tangan istrinya. 'Benarkah Mas? Apakah aku sedang bermimpi?' tanya sang istri.

'Tidak Mah, aku tahu luka hatimu teramat dalam untuk memaafkan diriku. Kesalahan-kesalahan itu tidak mudah untuk dimaafkan.' jawab suaminya. Sudah sekian lama suaminya tidak pernah membelai tangan sang istri. 'Apakah kamu bersungguh-sungguh Mas?' tanyanya ragu. 'Aku bersungguh-sungguh Mah, meninggalkan semua kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan.' jawab suaminya. Tak kuasa menahan air mata bahagia.

Sejak kepedihan hatinya berlalu berubah menjadi nikmat tak membuat menjadi lalai kepada Sang Khaliq bahkan bersama suami dan anak-anaknya semakin rajin ibadah sholatnya. Setiap kali sholat malam, dirinya tidak pernah lupa memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas semua kesalahan dirinya dan suaminya hingga tak tahan lagi air matanya meleleh. Betapa besarnya karunia Allah kepada dirinya. Tangisan hati telah membawa nikmat bagi keluarganya menjadi rukun dan harmonis kembali. Berkali-kali beliau dan suaminya tercinta memanjatkan puji syukur kehadirat Allah. Subhanallah.

--
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami pasangan hidup dan keturunan yang menyenangkan hati kami dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertaqwa (QS: al-Furqaan : 74).

0 Response to "Tangisan Hati"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel