Diguncang Prahara
Dalam kehidupan tidak ada orang yang pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Seringkali kita tenggelam dalam kebahagiaan kemudian terhenyak disaat diguncang prahara. Maka disaat itulah mengubah cara pandang seseorang memahami kehidupan. Demikian halnya terjadi pada seorang bapak yang tidak menyadari, karena dianggapnya semua baik-baik saja sampai terjadi perpisahan. kesepian itu hadir setelah perceraian dengan seseorang yang semula diharapkan menjadi teman dalam perjalanan hidup ternyata menimbulkan berbagai perasaan lain yang mengiringinya. Rasa menyesal atas keputusan yang tergesa-gesa hanya terdorong rasa jengkel, marah dan benci, merasa dikhianati oleh perbuatan istri yang dinilai menjatuhkan harga dirinya. Timbul kesulitan demi kesulitan menerpa hidupnya.
Merasa bersalah karena keputusannya telah membuat diri dan anak-anaknya jatuh ke dalam keadaan yang lebih menderita. Pandangan keluarga, masyarakat, problem keuangan dan berbagai pertentangan batin membuat dirinya menjadi lebih tertekan. Namun beruntunglah ketekunannya dalam mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala membuat ia lebih tahan terhadap berbagai derita yang datang dan dalam menghadapi penilaian negatif dari siapapun juga. Justru dalam kesepian dan kesendirian , ia makin mengenal dan menemukan dirinya, makin mengenal hakekat hidup dan berusaha mengisinya dengan hal-hal yang positif bagi dirinya sendiri, bagi anak-anak dan bagi masyarakat sekitarnya. Semua itu tidak diperoleh begitu saja. Tetapi berkat ketekunan dan usahanya mendekatkan diri kepada Allah.
Kesempatan berbagai kegiatan, perkenalan dan berkumpul bersama di Rumah Amalia membuat dirinya semakin menyadari bahwa masih banyak yang bisa dilakukanna untuk kebaikan bagi sesama. Ia menyadari cobaan dan penderitaan di dalam hidup masih akan dijumpainya, namun berharap bisa melewati semua itu sampai saat akhir tiba. Tidak ada lagi rasa benci, dendam dan penyesalan, tidak ada lagi rasa sepi dan sendiri atau tertekan batin seperti dulu lagi. Pada akhirnya derita itu mengubah cara pandangnya dalam memahami kehidupan bahkan lebih mencerahkannya dalam menilai kehidupan. Senantiasa berpikir positif yaitu dengan bersyukur dan bertawakal kepada Allah.
'Katakanlah, 'Apa yang menimpa kami ini telah Allah gariskan. Dialah pelindung kami. Hanya kepada Allah semata, semestinya orang-orang beriman itu bertawakal' (QS. al-Taubah : 51).
Merasa bersalah karena keputusannya telah membuat diri dan anak-anaknya jatuh ke dalam keadaan yang lebih menderita. Pandangan keluarga, masyarakat, problem keuangan dan berbagai pertentangan batin membuat dirinya menjadi lebih tertekan. Namun beruntunglah ketekunannya dalam mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala membuat ia lebih tahan terhadap berbagai derita yang datang dan dalam menghadapi penilaian negatif dari siapapun juga. Justru dalam kesepian dan kesendirian , ia makin mengenal dan menemukan dirinya, makin mengenal hakekat hidup dan berusaha mengisinya dengan hal-hal yang positif bagi dirinya sendiri, bagi anak-anak dan bagi masyarakat sekitarnya. Semua itu tidak diperoleh begitu saja. Tetapi berkat ketekunan dan usahanya mendekatkan diri kepada Allah.
Kesempatan berbagai kegiatan, perkenalan dan berkumpul bersama di Rumah Amalia membuat dirinya semakin menyadari bahwa masih banyak yang bisa dilakukanna untuk kebaikan bagi sesama. Ia menyadari cobaan dan penderitaan di dalam hidup masih akan dijumpainya, namun berharap bisa melewati semua itu sampai saat akhir tiba. Tidak ada lagi rasa benci, dendam dan penyesalan, tidak ada lagi rasa sepi dan sendiri atau tertekan batin seperti dulu lagi. Pada akhirnya derita itu mengubah cara pandangnya dalam memahami kehidupan bahkan lebih mencerahkannya dalam menilai kehidupan. Senantiasa berpikir positif yaitu dengan bersyukur dan bertawakal kepada Allah.
'Katakanlah, 'Apa yang menimpa kami ini telah Allah gariskan. Dialah pelindung kami. Hanya kepada Allah semata, semestinya orang-orang beriman itu bertawakal' (QS. al-Taubah : 51).
0 Response to "Diguncang Prahara"
Post a Comment