Indahnya Keharmonisan
Sungguh indahnya bila di dalam keluarga terlihat harmonis. Rukun dan bahagia selalu. Keharmonisan di dalam rumah tangga sangat ditentukan dengan komunikasi diantara anggota keluarga. Belum lama ini ada seorang ibu bersama dua anaknya datang ke Rumah Amalia. Pernikahannya selama delapan tahun dengan suami yang baik dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Menurut penuturannya, saking baiknya rumah masih tinggal ngontrak, perabotan seadanya, bahkan tidur dibawah, terima tamu dibawah, semua dibawah karena tidak memiliki meja dan kursi. Jika istri minta dibeliin meja kuri, suami selalu menolak dengan alasan untuk keperluan yang lain. Tetapi jika untuk keperluan temannya yang butuh uang, suami biasanya memberikan dengan mudah.
Pernah kakaknya terkena masalah keuangan, suami mengurusnya, membayar semua hutang kakaknya, entah suami dapat uang dari mana. Awalnya istri bisa menerima tetapi ketika uang sekolah anak terpakai, istri mulai marah dan kecewa. Sudah setahun suami digrogoti oleh ibu dan kakaknya. Semua apapun yang diminta oleh ibu dan kakaknya selalu saja suami mengabulkan. Bahkan ketika istri mengatakan 'tidak.' Ibu mertua marah dan berteriak, menyalahkan dirinya karena menghalangi anaknya berbakti pada ibunya. Padahal ia tidak bermaksud buruk, tetapi bila sudah terus menerus meminta bantuan keuangan, sementara keluarga keteteran, apakah sebagai istri harus diam saja?
Sampai suami kemudian berhenti untuk tidak memberi bantuan kepada Ibu dan kakaknya karena sudah memiliki rasa tanggungjawab kepada keluarga sehingga mampu mengatakan 'tidak' kepada ibu dan kakaknya. Sekarang yang menjadi ganjalan adalah pada dirinya sebagai istri, bukan kepada suami melainkan kepada Ibu mertua dan kakak suaminya. Dirinya menjadi malas berbincang & bertemu dengan ibu mertua. 'Mas Agus, bagaimana saya harus bersikap agar kami sekeluarga kembali hidup tenteram bersama keluarga besar suami?
Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa sepatutnya hidup ini bersyukur kepada Allah karena dengan adanya berbagai masalah justru suami berperan sebagai penyelamat ibu dan kakaknya dan masalah itu bisa diselesaikan dengan baik. Daripada pikiran hanya tercurah pada ganjalan rasa marah dan kecewa pada mertua yang menghabiskan banyak energi lebih baik memfokuskan untuk upaya mempertahankan keterbukaan komunikasi dengan suami agar suami tidak terhambat untuk bercerita padanya atau meminta pendapatnya tanpa harus merasa berbicara kepada istri hanya akan membuat diri suami menjadi susah. Masalah keuangan di dalam keluarga memang topik yang sensitif untuk banyak pasangan karena sikap adil seorang suami menjadi penting antara kebutuhan untuk rumah tangga dan memberi dukungan keuangan orang tua, saudara atau untuk kepentingan pribadinya sehingga keterbukaan dan komunikasi lebih memudahkan terjadinya kesepakatan bersama.
Termasuk membangun komunikasi dengan keluarga besar suami. Bila tidak ada komunikasi dengan mereka yang terbentuk kemudian adalah prasangka dan opini dan biasanya penuh dengan hal-hal negatif. Sekali waktu berbincang bersama dengan ibu mertua dan kakak ipar di rumah. Keadaan rumah bisa dilihat dengan nyata, agar mengerti kalo rumah masing ngontrak, tidak ada kursi, meja dan yang lebih baik lagi untuk membangun empati. Makin banyak informasi tentang kita, makin realistis gambaran diri kita dipahami oleh orang lain. Makin terbuka diri kita, makin besar peluang untuk merasa dekat satu dengan yang lainnya. Dan dalam proses seperti ini mungkin saja dirinya juga akan menjadi berpandangan yang berbeda tentang ibu mertuanya, yang awalnya kecewa dan marah berubah menjadi sayang dan kasihan ternyata kehidupan ibu mertua memang membutuhkan pertolongan. Saya berharap agar dirinya tidak menghindari bila ibu mertua menghubunginya, hadapi, bicara, dengarkan sehingga suami juga bisa melihat bahwa dirinya punya itikad baik kepada ibunda tercinta, setelah komunikasi dengan suami menjadi lebih baik dengan hilangnya prasangka. Hal inilah yang menjadikan kebahagiaan kembali hadir dalam keluarga. Tidak ada lagi prasangka kepada suami, Ibu mertua, kakak ipar, demikian juga sebaliknya keluarga besar suami juga memahami kondisi batin gejolak hati yang dirasakannya sebagai seorang istri.
Ibu bukan hanya keluar dari depresinya namun juga bisa membangun keharmonisan dalam keluarga. ia bersyukur untuk memahami keadaan suami dan keluarganya serta lebih menyayangi suami & keluarga besarnya. Disisi yang lain dengan adanya masalah dan kesulitan telah membuatnya lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan sabar dan sholat. 'Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.' (QS. al-Baqarah : 153).
Pernah kakaknya terkena masalah keuangan, suami mengurusnya, membayar semua hutang kakaknya, entah suami dapat uang dari mana. Awalnya istri bisa menerima tetapi ketika uang sekolah anak terpakai, istri mulai marah dan kecewa. Sudah setahun suami digrogoti oleh ibu dan kakaknya. Semua apapun yang diminta oleh ibu dan kakaknya selalu saja suami mengabulkan. Bahkan ketika istri mengatakan 'tidak.' Ibu mertua marah dan berteriak, menyalahkan dirinya karena menghalangi anaknya berbakti pada ibunya. Padahal ia tidak bermaksud buruk, tetapi bila sudah terus menerus meminta bantuan keuangan, sementara keluarga keteteran, apakah sebagai istri harus diam saja?
Sampai suami kemudian berhenti untuk tidak memberi bantuan kepada Ibu dan kakaknya karena sudah memiliki rasa tanggungjawab kepada keluarga sehingga mampu mengatakan 'tidak' kepada ibu dan kakaknya. Sekarang yang menjadi ganjalan adalah pada dirinya sebagai istri, bukan kepada suami melainkan kepada Ibu mertua dan kakak suaminya. Dirinya menjadi malas berbincang & bertemu dengan ibu mertua. 'Mas Agus, bagaimana saya harus bersikap agar kami sekeluarga kembali hidup tenteram bersama keluarga besar suami?
Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa sepatutnya hidup ini bersyukur kepada Allah karena dengan adanya berbagai masalah justru suami berperan sebagai penyelamat ibu dan kakaknya dan masalah itu bisa diselesaikan dengan baik. Daripada pikiran hanya tercurah pada ganjalan rasa marah dan kecewa pada mertua yang menghabiskan banyak energi lebih baik memfokuskan untuk upaya mempertahankan keterbukaan komunikasi dengan suami agar suami tidak terhambat untuk bercerita padanya atau meminta pendapatnya tanpa harus merasa berbicara kepada istri hanya akan membuat diri suami menjadi susah. Masalah keuangan di dalam keluarga memang topik yang sensitif untuk banyak pasangan karena sikap adil seorang suami menjadi penting antara kebutuhan untuk rumah tangga dan memberi dukungan keuangan orang tua, saudara atau untuk kepentingan pribadinya sehingga keterbukaan dan komunikasi lebih memudahkan terjadinya kesepakatan bersama.
Termasuk membangun komunikasi dengan keluarga besar suami. Bila tidak ada komunikasi dengan mereka yang terbentuk kemudian adalah prasangka dan opini dan biasanya penuh dengan hal-hal negatif. Sekali waktu berbincang bersama dengan ibu mertua dan kakak ipar di rumah. Keadaan rumah bisa dilihat dengan nyata, agar mengerti kalo rumah masing ngontrak, tidak ada kursi, meja dan yang lebih baik lagi untuk membangun empati. Makin banyak informasi tentang kita, makin realistis gambaran diri kita dipahami oleh orang lain. Makin terbuka diri kita, makin besar peluang untuk merasa dekat satu dengan yang lainnya. Dan dalam proses seperti ini mungkin saja dirinya juga akan menjadi berpandangan yang berbeda tentang ibu mertuanya, yang awalnya kecewa dan marah berubah menjadi sayang dan kasihan ternyata kehidupan ibu mertua memang membutuhkan pertolongan. Saya berharap agar dirinya tidak menghindari bila ibu mertua menghubunginya, hadapi, bicara, dengarkan sehingga suami juga bisa melihat bahwa dirinya punya itikad baik kepada ibunda tercinta, setelah komunikasi dengan suami menjadi lebih baik dengan hilangnya prasangka. Hal inilah yang menjadikan kebahagiaan kembali hadir dalam keluarga. Tidak ada lagi prasangka kepada suami, Ibu mertua, kakak ipar, demikian juga sebaliknya keluarga besar suami juga memahami kondisi batin gejolak hati yang dirasakannya sebagai seorang istri.
Ibu bukan hanya keluar dari depresinya namun juga bisa membangun keharmonisan dalam keluarga. ia bersyukur untuk memahami keadaan suami dan keluarganya serta lebih menyayangi suami & keluarga besarnya. Disisi yang lain dengan adanya masalah dan kesulitan telah membuatnya lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan sabar dan sholat. 'Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.' (QS. al-Baqarah : 153).
0 Response to "Indahnya Keharmonisan"
Post a Comment