Luka Itu Terasa Perih
Luka itu terasa perih. Seorang laki-laki yang hancur hatinya. Laki-laki itu separuh baya. Wajahnya terlihat lebih tua daripada usianya sendiri. Awalnya ketika pernikahannya cukup membahagiakan sampai istrinya hamil dan melahirkan. Diusia anak laki-lakinya berumur sembilan bulan, istrinya meninggalkannya dan anak laki-lakinya. Istrinya meninggalkan karena kehidupan yang susah, 'aku menikah agar aku hidup bahagia bukan hidup susah.' begitu kata istrinya. Dalam seorang diri tanpa istri, dirinya merawat anak dan mengasuh. Apapun pekerjaan dilakukan untuk menghidupi sang buah hati. Kepergian istrinya telah membuat luka dihati, Peristiwa itu membuat dirinya menjauh dari Allah. Ibadah yang biasa dilakukan, tidak dilakukannya lagi. 'Buat apa sholat bila hidup menderita.' begitu tuturnya. Dengan hati yang terluka, perjalanan hidup ada kemudahan. Rizkinya lancar, anaknya tumbuh besar sampai menginjak kelas dua SD.
Anaknya menjadi kebanggaan. disekolah selalu ranking satu. Semua surat dalam Juz Amma' telah dihapal. Bahkan anaknya sudah mampu membaca al-Quran dengan lancar. Kebahagiaan menyelimuti hidupnya, terkadang terselip kekecewaan, kemarahan dan perih dihatinya belumlah hilang. Sampai suatu hari anak laki-laki yang dicintainya sakit keras dan seminggu kemudian dipanggil oleh Sang Pecipta. Meninggal anak yang dicintainya benar-benar membuat hati terasa hancur, tidak ada lagi yang tersisa senyuman dibibir. Air matanya mengalir. 'Sudah tidak ada yang tersisa Mas Agus. Saya sudah tidak punya apapun dalam hidup ini kecuali hanya Allah.' Ucapnya malam itu di Rumah Amalia. Matanya basah, beberapa kali ia nampak mengusap air mata yang yg mengalir dipipi.
'Saya mengira dengan cara menjauhi Allah, saya akan menemukan kembali apa yang hilang, yang terjadi malah sebaliknya, makin banyak kehilangan demi kehilangan. Saya kehilangan Allah, kehilangan istri, saya kehilangan anak dan saya kehilangan diri saya sendiri.' desahnya panjang memilukan, terasa perih dihati. 'Maafkan aku Ya Allah. Astaghfirullah,' ucapnya lirih. Malam semakin larut. Ditengah hatinya hancur, ia telah menemukan secercah cahaya, karena hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dirinya bergantung & memohon pertolongan.
Anaknya menjadi kebanggaan. disekolah selalu ranking satu. Semua surat dalam Juz Amma' telah dihapal. Bahkan anaknya sudah mampu membaca al-Quran dengan lancar. Kebahagiaan menyelimuti hidupnya, terkadang terselip kekecewaan, kemarahan dan perih dihatinya belumlah hilang. Sampai suatu hari anak laki-laki yang dicintainya sakit keras dan seminggu kemudian dipanggil oleh Sang Pecipta. Meninggal anak yang dicintainya benar-benar membuat hati terasa hancur, tidak ada lagi yang tersisa senyuman dibibir. Air matanya mengalir. 'Sudah tidak ada yang tersisa Mas Agus. Saya sudah tidak punya apapun dalam hidup ini kecuali hanya Allah.' Ucapnya malam itu di Rumah Amalia. Matanya basah, beberapa kali ia nampak mengusap air mata yang yg mengalir dipipi.
'Saya mengira dengan cara menjauhi Allah, saya akan menemukan kembali apa yang hilang, yang terjadi malah sebaliknya, makin banyak kehilangan demi kehilangan. Saya kehilangan Allah, kehilangan istri, saya kehilangan anak dan saya kehilangan diri saya sendiri.' desahnya panjang memilukan, terasa perih dihati. 'Maafkan aku Ya Allah. Astaghfirullah,' ucapnya lirih. Malam semakin larut. Ditengah hatinya hancur, ia telah menemukan secercah cahaya, karena hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dirinya bergantung & memohon pertolongan.
0 Response to "Luka Itu Terasa Perih"
Post a Comment