Membina Keluarga Seindah Surga
Memiliki keluarga seindah surga adalah impian setiap insan. Upaya untuk mewujudkan keluarga seindah surga yang memberikan ketenteraman dan kedamaian diperlukan pilar-pilar yang kokoh, perjuangan, kesabaran dan pengorbanan. Banyak orang sebelum menikah, yang terbayang baiti jannati, rumahku surgaku tanpa mengerti bagaimana membina keluarga agar menjadi seindah surga. Begitu kita memasuki gerbang pintu kehidupan keluarga sesungguhnya, rumah tangga seindah surga semakin melambung tinggi ke langit dan kehidupan rumah tangga bagai neraka menjadi membumi, pertengkaran dan konflik menjadi menu sehari-hari.
Ketika keluarga telah berubah menjadi neraka hal itu pertanda telah tercerabutnya ketenteraman dan kedamaian dalam keluarga. Dari hari kehari bahtera rumah tangga melaju dalam konflik dan peperangan yang tidak pernah usai sehingga yang nampak perselisihan, kata-kata kasar, bentakan , kemaksiatan & kemungkaran telah menjajah relung hati rumah tangga kita. Dalam kondisi keluarga bagai neraka kita menjadi tertekan, kecewa, depresi karena impian yang indah dulu kita miliki tiba-tiba terhempas badai kehidupan, menghilang sirna. itulah sebabnya bagi mereka yang telah menikah, terwujudnya keluarga seindah surga berbanding dengan kemungkinan keluarga laksana neraka yang membuat terasa perih dihati bagi penghuninya karena setiap keluarga yang kita bangun memiliki ruang kebahagiaan dan penderitaan. Jadi, Sebuah keluarga agar bisa menjadi seindah surga adalah sebuah pilihan, komitmen dan upaya sungguh-sungguh pasangan suami istri sebagai desainer rumah tangga untuk mengikuti bimbingan al-Quran sebagai berikut.
Pertama, dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (QS. 30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan nggemesi, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.
Kedua, hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah terlihat tidak menyenangkan.
Ketiga, suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.
Keempat, menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi.
Kelima. menurut hadis Nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.
Ketika keluarga telah berubah menjadi neraka hal itu pertanda telah tercerabutnya ketenteraman dan kedamaian dalam keluarga. Dari hari kehari bahtera rumah tangga melaju dalam konflik dan peperangan yang tidak pernah usai sehingga yang nampak perselisihan, kata-kata kasar, bentakan , kemaksiatan & kemungkaran telah menjajah relung hati rumah tangga kita. Dalam kondisi keluarga bagai neraka kita menjadi tertekan, kecewa, depresi karena impian yang indah dulu kita miliki tiba-tiba terhempas badai kehidupan, menghilang sirna. itulah sebabnya bagi mereka yang telah menikah, terwujudnya keluarga seindah surga berbanding dengan kemungkinan keluarga laksana neraka yang membuat terasa perih dihati bagi penghuninya karena setiap keluarga yang kita bangun memiliki ruang kebahagiaan dan penderitaan. Jadi, Sebuah keluarga agar bisa menjadi seindah surga adalah sebuah pilihan, komitmen dan upaya sungguh-sungguh pasangan suami istri sebagai desainer rumah tangga untuk mengikuti bimbingan al-Quran sebagai berikut.
Pertama, dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (QS. 30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan nggemesi, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.
Kedua, hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah terlihat tidak menyenangkan.
Ketiga, suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.
Keempat, menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi.
Kelima. menurut hadis Nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.
0 Response to "Membina Keluarga Seindah Surga"
Post a Comment