Problem Dan Solusi Masyarakat Modern Dalam Perspektif Psikofitrah
Masyarakat modern dewasa ini menghadapi problem yang sangat serius yaitu alienasi. Alienasi dalam pandangan Eric Fromm sejenis penyakit kejiwaan dimana seseorang tidak lagi merasa memiliki dirinya sendiri, sebagai pusat dunianya sendiri melainkan terenggut kedalam mekanisme yang sudah tidak lagi mampu dikendalikan. Masyarakat modern merasakan kebingungan, keterasingan dan kesepian karena apa yang dilakukan bukan atas kehendaknya sendiri melainkan adanya kekuatan luar yang tidak diketahuinya menurut perasaan dan akalnya.
Itulah yang juga dikritik oleh Karl Marx, dia menilai akumulasi modal dan alat produksi pada sekelompok elite membuat dunia mengalami kesenjangan sosial yang hanya memunculkan kemiskinan massal dimana rakyat yang miskin semakin miskin dan yang kaya menjadi kaya. Yang miskin menjadi sangat bergantung pada pemilik modal yang menguasai pusat-pusat produksi dan ekonomi sehingga kebebasan individu untuk memilih pekerjaan sebagai aktualisasi diri tidak mendapatkan tempat yang kondusif. Penindasan terjadi secara terus menerus mereka bekerja hanya untuk menjaga keberlangsungan hidupnya semata sementara disisi lain pemilik modal memeras dengan seenaknya.
Kritik Karl Marx hampir sulit diingkari kebenarannya tentang problem alienasi pada masyarakat modern, hal ini juga diperkuat oleh pandangan Chistropher Lasch yang menyebutkan bahwa krisis kejiwaan yang menimpa masyarakat kapitalis terutama barat telah menyebabkan mereka kehilangan sense of meaning dalam hidupnya.
Apa Itu Kebebasan?
Apa itu kebebasan? Dalam pandangan Psikofitrah, manusia yang terbebaskan adalah manusia yang mampu melepaskan jeratan belenggu manusia untuk menuju kebaikan hidup agar manusia tidak terjerumus menjadi budak hamba nafsunya. Kebaikan itu sesuai yang diperintahkan oleh Alloh SWT agar manusia bertauhid dan beribadah padaNya demi martabat manusia sebagai makhluk yang mulia dan otonom.
Sayyd Hossein Nasr berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang sedang hadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual.
Dimensi spiritual ini merupakan anugerah Alloh pada manusia, jika ilmu dan teknologi hanya mampu menyentuh dimensi lahir maka spiritualitas menjadikan alam terlihat jelas yang menghubungkan alam semesta dengan Sang Pencipta. Bagai matahari yang menyinari bumi, dimana cahaya tertangkap oleh inderawi. Disaat titik pusat manusia terputus dari Sang Titik Pusat (Alloh SWT) maka ego selalu memuaskan pada hawa nafsunya. Lantas bagaimana Alloh SWT menyindir kita, “Apakah engkau tidak melihat orang yang menobatkan hawa nafsunya sebagai Tuhannya?” (QS.,45:23).
Manusia yang hidup teralienasi adalah manusia yang hidupnya tidak lagi dibimbing oleh visi ilahiah, maka paradigma kehidupannya hanya didasarkan visi egonya. Visi ego inilah yang membuat diri manusia tunduk dan patuh pada naluri-naluri rendah dan kebebasannya merupakan pelampasian hawa nafsunya. Maka dirinya menjadi tak lagi mampu melihat keindahan alam dengan Yang Maha Indah.
Untuk menjawab problem alineasi pada masyarakat modern Psikofitrah memberikan solusi yaitu dengan bertauhid secara benar. Bertauhid kita akan mendapatkan otonomi dan kebebasan yang hakiki. Bertauhid berarti mengembalikan jiwa pada sunatullah (hukum Alloh). Kita akan merasakan harmonisasi antara sesama manusia dan alam sekitarnya serta kesatuan dengan segala ritme alami yang dimana jiwa manusia tertambat pada Alloh dengan hembus napas kasih sayangNya. Tidak ada yang dipaksakan, tidak ada yang terpaksa, semuanya mengalir dalam sunatullah kehidupan.
Itulah yang juga dikritik oleh Karl Marx, dia menilai akumulasi modal dan alat produksi pada sekelompok elite membuat dunia mengalami kesenjangan sosial yang hanya memunculkan kemiskinan massal dimana rakyat yang miskin semakin miskin dan yang kaya menjadi kaya. Yang miskin menjadi sangat bergantung pada pemilik modal yang menguasai pusat-pusat produksi dan ekonomi sehingga kebebasan individu untuk memilih pekerjaan sebagai aktualisasi diri tidak mendapatkan tempat yang kondusif. Penindasan terjadi secara terus menerus mereka bekerja hanya untuk menjaga keberlangsungan hidupnya semata sementara disisi lain pemilik modal memeras dengan seenaknya.
Kritik Karl Marx hampir sulit diingkari kebenarannya tentang problem alienasi pada masyarakat modern, hal ini juga diperkuat oleh pandangan Chistropher Lasch yang menyebutkan bahwa krisis kejiwaan yang menimpa masyarakat kapitalis terutama barat telah menyebabkan mereka kehilangan sense of meaning dalam hidupnya.
Apa Itu Kebebasan?
Apa itu kebebasan? Dalam pandangan Psikofitrah, manusia yang terbebaskan adalah manusia yang mampu melepaskan jeratan belenggu manusia untuk menuju kebaikan hidup agar manusia tidak terjerumus menjadi budak hamba nafsunya. Kebaikan itu sesuai yang diperintahkan oleh Alloh SWT agar manusia bertauhid dan beribadah padaNya demi martabat manusia sebagai makhluk yang mulia dan otonom.
Sayyd Hossein Nasr berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang sedang hadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual.
Dimensi spiritual ini merupakan anugerah Alloh pada manusia, jika ilmu dan teknologi hanya mampu menyentuh dimensi lahir maka spiritualitas menjadikan alam terlihat jelas yang menghubungkan alam semesta dengan Sang Pencipta. Bagai matahari yang menyinari bumi, dimana cahaya tertangkap oleh inderawi. Disaat titik pusat manusia terputus dari Sang Titik Pusat (Alloh SWT) maka ego selalu memuaskan pada hawa nafsunya. Lantas bagaimana Alloh SWT menyindir kita, “Apakah engkau tidak melihat orang yang menobatkan hawa nafsunya sebagai Tuhannya?” (QS.,45:23).
Manusia yang hidup teralienasi adalah manusia yang hidupnya tidak lagi dibimbing oleh visi ilahiah, maka paradigma kehidupannya hanya didasarkan visi egonya. Visi ego inilah yang membuat diri manusia tunduk dan patuh pada naluri-naluri rendah dan kebebasannya merupakan pelampasian hawa nafsunya. Maka dirinya menjadi tak lagi mampu melihat keindahan alam dengan Yang Maha Indah.
Untuk menjawab problem alineasi pada masyarakat modern Psikofitrah memberikan solusi yaitu dengan bertauhid secara benar. Bertauhid kita akan mendapatkan otonomi dan kebebasan yang hakiki. Bertauhid berarti mengembalikan jiwa pada sunatullah (hukum Alloh). Kita akan merasakan harmonisasi antara sesama manusia dan alam sekitarnya serta kesatuan dengan segala ritme alami yang dimana jiwa manusia tertambat pada Alloh dengan hembus napas kasih sayangNya. Tidak ada yang dipaksakan, tidak ada yang terpaksa, semuanya mengalir dalam sunatullah kehidupan.
0 Response to "Problem Dan Solusi Masyarakat Modern Dalam Perspektif Psikofitrah"
Post a Comment