Bermain Layang-layang

'Ku ambil buluh sebatang, ku potong sama panjang, ku raut dan ku timbang dengan benang, ku jadikan layang-layang.....'

Hari Ahad pagi anak-anak Amalia berkumpul. 30 anak Amalia wajahnya terlihat ceria. Ada 19 layang-layang kami bagi dalam kelompok. Mereka bernyanyi dengan penuh kegembiraan. Berdendang dengan penuh kebahagiaan. Mereka berbaris menuju lapangan. Mereka berbaur, berlari-larian. Tak jauh ada kerbau dan orang yang sedang berladang. Anak-anak Amalia menemukan dunianya. Yaitu dunia anak-anak bermain layang-layang.

Layang-layang hampir menjadi mainan anak-anak hingga dewasa di seluruh pelosok daerah, ada yang menerbangkan layang-layang standar, ada juga yang menghiasnya sedemikian rupa hingga menarik. Dari yang Kecil hingga yang besar.

Di beberapa tempat kerap juga dilakukan perlombaan layangan dilakukan dengan cara menerbangkan layang-layang hingga ketinggian tertentu lalu para peserta mengikat talinya bersama-sama paada sebilah bambu. Mereka yang memiliki layangan yang dapat terbang secara tegak lurus paling lama, dialah yang keluar sebagai pemenang.

Layang-layang merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.

Terdapat berbagai tipe layang-layang permainan. Yang paling umum adalah layang-layang hias (dalam bahasa Betawi disebut koang) dan layang-layang laga. Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena biasanya kuatnya angin berhembus.

Kami anak-anak Amalia bermain layang-layang yang terbuat dari bahan kain. Layang-layang seperti ini sangat mudah untuk dinaikkan ke udara. Kak Rani dan Kak Yusman ikut bergabung. Reka beberapa kali menaikkan layang-layang. Bahkan layang-layang kami sempat bertabrakan. Ada juga layang-layang Desi nyangkut diatas pohon. Kak Yusman dan Reka mengambilnya dari atas pohon dengan sebatang kayu.

Setelah kami puas bermain layang-layang, anak-anak makan nasi kuning karena Desi sedang syukuran khataman Juz Amma'. Begitulah kegembiraan kami hari ini di hari Ahad. Anak-anak Amalia membawa layang-layangnya pulang ke rumah. 'Sungguh senangnya hari ini bisa bermain layang-layang' begitu kata Adi. 'Kak Kapan maen layang-layang lagi?' tanya Fadel. Layang-layang telah membuat anak-anak gembira. Saya juga gembira melihat wajah mereka yang penuh suka cita.

0 Response to "Bermain Layang-layang"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel