Realitas

Ada orang kaya yang menulis surat wasiat bahwa hartanya yang jumlah 100 miliar akan diwariskan kepada Syaiful keponakannya. Satu-satunya kerabat beliau adalah keponakannya yang hidup miskin. Kepada pengacara berpesan agar menyampaikan wasiatnya jangan langsung sebab Syaiful memiliki penyakit jantung.

Beberapa tahun kemudian orang kaya ini meninggal dunia, Syaiful keponakannya juga turut hadir dalam pemakamannya. Pengacara nampak bingung bagaimana untuk menyampaikan wasiatnya kepada keponakannya. Akhirnya diputuskan meminta bantuan seorang kyai, guru Syaiful di pesantren. 'Pak Kyai, tolong sampaikan amanah almarhum dengan pelan-pelan karena bila Syaiful kaget bisa terkena serangan jantung.'

Pak Kyai itu menjawab, 'Tenang aja Pak Pengacara, saya punya kiat khusus untuk menyampaikan kepada Syaiful' Lalu Pak Kyai memanggil Syaiful, dengan gayanya berbicara penuh kewibawaan setelah diselingi obrolan ringan Pak Kyai membuka percakapannya. ' Begini Syaiful, ini seandainya, sekali lagi ini seandainya, kalo kamu mendapatkan rizki uang jumlahnya 100 miliar, kamu gunakan untuk apa uang itu?' tanya Pak Kyai.

Dengan khitmatnya Syaiful yang tidak berani menatap mata Sang Kyai, Syaiful menjawab, 'Bila saya mendapatkan uang 100 miliar, maka separuhnya saya akan berikan untuk Pak Kyai.' Mendengar jawaban Syaiful, Pak Kyai kaget sakit jantungnya kambuh dan akhirnya Pak Kyai meninggal dunia.

Begitulah realitas, berlimpah materi, mendapatkan harta banyak tanpa kerja keras adalah sesuatu yang menyenangkan, belum tentu berakibat baik. Demikian halnya bila kerja keras namun gaji tidak naik-naik adalah sesuatu yang menyedihkan, belum tentu berakibat buruk, bisa jadi malah berakibat baik. Malah mendorong untuk berpikir kreatif menjadi pengusaha. Maka melihat realitas dengan menggunakan pikiran jernih dan senantiasa mensyukuri nikmat maka akan tumbuh kearifan di dalam diri kita.

0 Response to "Realitas"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel