Menggapai Cinta Yang Diberkahi
Seperti sore itu kehadirannya bersilaturahmi. Sosoknya sederhana. Teman ini bertutur dirinya tahapan hidupnya penuh guncangan. Dirinya harus berpisah dengan suami yang sangat dicintainya. Pengorbanan cintanya begitu luar biasa. Rumah tangga yang dijalin selama sepuluh tahun harus kandas. Dirasakan sebagai pukulan telak.
Bersamaan dengan itu jiwanya menginginkan rasa aman dan kesejukan. Dibutuhkan pelabuhan untuk menyandarkan keletihan dan kepiluan jiwa. Ibunya yang dicintainya berpulang ke Rahmatullah. Dia tidak tahu harus apa yang dilakukannya. Kemana harus bersandar? ‘Hanya kepada Allohlah saya bersandar, ‘ lanjutnya.
‘Saya rindu suara orang mengaji mas..’tuturnya lirih. Airmata berlinang. Wajahnya tertutupi oleh jilbabnya yang panjang. Angin berhembus menyegarkan seolah membuka pikiran. Saya ditemani istri dan Hana. Istri saya mempersilahkan untuk menikmati hidangan teh hangat.
‘Suara adzan yang mengalun sering mengalirkan perasaan sejuk. Kenangan indah masa kecil di Surau hadir kembali dipelupuk mata saya. Saat saya belajar alif bata dengan Mak Tua dan belajar sholat terasa indahnya. Sejak saya tenggelam dalam gemerlapnya dunia malah menjadikan saya hidup dalam kehampaan.’ Tuturnya teramat pelan.
Pertemuan sore itu begitu cepat. Waktu berlalu begitu saja. Sampai akhirnya saya mendapatkan email dan poto pernikahannya.
‘Alhamdulillah, Alloh telah mempertemukan saya dengan lelaki yang sholeh, yang menyemangati hidup saya dan telah menjadi suami saya mas. Mohon doanya dari Mas Agus Syafii agar pernikahan kami diberkahi oleh Alloh SWT. Amin..’
0 Response to "Menggapai Cinta Yang Diberkahi"
Post a Comment