Gambar Itu Menoreh Luka
Kilau cahaya rembulan malam menerangi jalanan. Suara anak-anak Amalia sedang membaca Yasin bersama. Sepasang suami istri hadir ke Rumah Amalia berdoa bersama untuk putri yang dikasihi yang telah berpulang agar Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkenan menerima disisiNya yang terindah. Selesai membaca Yasin kami duduk berbincang.
Sang Ibu mengeluarkan buku gambar. Menunjukkan sebuah gambar pada kami. Ada gambar seorang ayah, kakak, mamah yang saling berpegangan tangan. Disampingnya ada bidadari kecil yang sedang tersenyum. Tertulis, ayah, mamah, kakak dan bidadari kecil 'aku.' dan ada tulisan 'ALLAH.'
Tangisan Ibu tertahan ketika melihatnya. Mungkin sikecil sudah menyadari bahwa dirinya akan meninggalkan mereka semua. Ibu itu menutup bukunya dan air matanya semakin tak terbendung. Mengalir begitu saja seolah hatinya perih terbayang putrinya yang cantik belum mampu untuk dilupakannya.
'Aku belum sanggup untuk melupakannya Mas,' ucap sang Ibu pada suaminya.
'Tidak Mah, bukan hanya mamahnya yang salah, aku juga salah mah. Sepatutnya kita mengakui menebus kesalahan kita agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk selalu menjaga amanahNya. Tugas kita sebagai orang tua tidaklah selesai, masih ada kakak yang sangat memerlukan kasih sayang kita.' ucap suaminya.
Sang Ibu tersenyum bahagia, ucapan suaminya mampu memberikan kedamaian dihatinya. Tak lupa saya mempersilahkan pada mereka menikmati secangkir teh manis. Senyum indah itu menghangatkan suasana. Anak-anak Amalia terdengar suara riuh menikmati roti lezat. Diluar hujan turun menyejukkan jiwa menyembuhkan luka dihati dengan keikhlasan kehadirat Ilahi Robbi. Subhanallah.
---
Sungguh menakjubkan Seorang Mukmin itu. Bila mendapatkan nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya. Bila mendapat cobaan ia bersabar dan sabar itu baik baginya. (HR. Muslim).
Sang Ibu mengeluarkan buku gambar. Menunjukkan sebuah gambar pada kami. Ada gambar seorang ayah, kakak, mamah yang saling berpegangan tangan. Disampingnya ada bidadari kecil yang sedang tersenyum. Tertulis, ayah, mamah, kakak dan bidadari kecil 'aku.' dan ada tulisan 'ALLAH.'
Tangisan Ibu tertahan ketika melihatnya. Mungkin sikecil sudah menyadari bahwa dirinya akan meninggalkan mereka semua. Ibu itu menutup bukunya dan air matanya semakin tak terbendung. Mengalir begitu saja seolah hatinya perih terbayang putrinya yang cantik belum mampu untuk dilupakannya.
'Aku belum sanggup untuk melupakannya Mas,' ucap sang Ibu pada suaminya.
'Tidak Mah, bukan hanya mamahnya yang salah, aku juga salah mah. Sepatutnya kita mengakui menebus kesalahan kita agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk selalu menjaga amanahNya. Tugas kita sebagai orang tua tidaklah selesai, masih ada kakak yang sangat memerlukan kasih sayang kita.' ucap suaminya.
Sang Ibu tersenyum bahagia, ucapan suaminya mampu memberikan kedamaian dihatinya. Tak lupa saya mempersilahkan pada mereka menikmati secangkir teh manis. Senyum indah itu menghangatkan suasana. Anak-anak Amalia terdengar suara riuh menikmati roti lezat. Diluar hujan turun menyejukkan jiwa menyembuhkan luka dihati dengan keikhlasan kehadirat Ilahi Robbi. Subhanallah.
---
Sungguh menakjubkan Seorang Mukmin itu. Bila mendapatkan nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya. Bila mendapat cobaan ia bersabar dan sabar itu baik baginya. (HR. Muslim).
0 Response to "Gambar Itu Menoreh Luka"
Post a Comment