Mengobati Luka Dihati
Ya Allah, mengapa Engkau ambil dia dariku? Apa yang harus saya lakukan? Begitulah jeritan hati tema diskusi kami pada acara on air di Radio Bahana Rabu Malam kemaren. Mengapa kehilangan dapat menyebabkan penderitaan pada diri kita? Ada apa dengan kehilangan itu sendiri?
Pada dasarnya keterikatan kita pada apa dan siapa yang hilang menentukan tentukan kualitas kedukaan. Semakin kita terikat kita pada diri seseorang atau sesuatu maka semakin perihnya kehilangan. Lantas apakah kita terikat dengan seseorang atau sesuatu itu salah? Tentu saja tidak salah! Sejak kita lahir, kita tergantung dan terikat oleh sosok ibu. Kita mulai beranjak dewasa, kita membutuhkan keberadaan orang lain untuk bersosialisasi. Tidak ada didalam hidup ini yang kita bisa mengerjakan semuanya dengan sendiri, kita membutuhkan orang lain. Termasuk kita butuh untuk dicintai oleh orang lain.
Kebutuhan itulah yang membuat kita menjadi terikat pada orang lain. Anak-anak muda bahkan sengaja mengikat dirinya dengan teman-temannya agar eksistensi dirinya diakui. Di Jepang bahkan ada seorang kakek rela masuk penjara hanya untuk mencari teman ngobrol. Hal itu karena kebosanan yang luar biasa dan rasa kesepian yang ada pada dirinya. Ya, daripada bengong dirumah sendiri, kan mendingan ada teman ngobrol sekalipun itu dipenjara. begitulah pikir sang kakek.
Disatu sisi kita memang membutuhkan keterikatan tetapi disisi lain keterikatan itu menyebabkan luka dihati kita karena rasa kehilangan. faktor keterikatan dan ketergantungan itulah yang mempengaruhi proses luka atau penderitaan yang kita rasakan termasuk penyembuhannya itu sendiri. Lantas bagaimana caranya kita mengobati atau menyembuhkan luka dihati?
Cara mengobatinya adalah Tawakal kepada Allah. Pahami semua yang kita anggap milik kita sebenarnya milik Allah. Apa yang melekat pada diri kita semuanya milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tawakal merupakan puncak qanaah dan pasrah bukan hanya menerima atas pemberian Allah dan ridha atas ketetapanNya namun juga yakin akan semua yang kita miliki termasuk hidup kita adalah amanah dari Allah. Bila yang Maha Pemilik Sejati memintanya kembali, kita pun ikhlas menerima sebab kita tidak memiliki apa-apa dan kita tidak dimiliki siapa-siapa melainkan Allah Semata. Itulah cara mengobati luka dihati.
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku diatas jalan yang lurus. (QS. Hud : 56).
Pada dasarnya keterikatan kita pada apa dan siapa yang hilang menentukan tentukan kualitas kedukaan. Semakin kita terikat kita pada diri seseorang atau sesuatu maka semakin perihnya kehilangan. Lantas apakah kita terikat dengan seseorang atau sesuatu itu salah? Tentu saja tidak salah! Sejak kita lahir, kita tergantung dan terikat oleh sosok ibu. Kita mulai beranjak dewasa, kita membutuhkan keberadaan orang lain untuk bersosialisasi. Tidak ada didalam hidup ini yang kita bisa mengerjakan semuanya dengan sendiri, kita membutuhkan orang lain. Termasuk kita butuh untuk dicintai oleh orang lain.
Kebutuhan itulah yang membuat kita menjadi terikat pada orang lain. Anak-anak muda bahkan sengaja mengikat dirinya dengan teman-temannya agar eksistensi dirinya diakui. Di Jepang bahkan ada seorang kakek rela masuk penjara hanya untuk mencari teman ngobrol. Hal itu karena kebosanan yang luar biasa dan rasa kesepian yang ada pada dirinya. Ya, daripada bengong dirumah sendiri, kan mendingan ada teman ngobrol sekalipun itu dipenjara. begitulah pikir sang kakek.
Disatu sisi kita memang membutuhkan keterikatan tetapi disisi lain keterikatan itu menyebabkan luka dihati kita karena rasa kehilangan. faktor keterikatan dan ketergantungan itulah yang mempengaruhi proses luka atau penderitaan yang kita rasakan termasuk penyembuhannya itu sendiri. Lantas bagaimana caranya kita mengobati atau menyembuhkan luka dihati?
Cara mengobatinya adalah Tawakal kepada Allah. Pahami semua yang kita anggap milik kita sebenarnya milik Allah. Apa yang melekat pada diri kita semuanya milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tawakal merupakan puncak qanaah dan pasrah bukan hanya menerima atas pemberian Allah dan ridha atas ketetapanNya namun juga yakin akan semua yang kita miliki termasuk hidup kita adalah amanah dari Allah. Bila yang Maha Pemilik Sejati memintanya kembali, kita pun ikhlas menerima sebab kita tidak memiliki apa-apa dan kita tidak dimiliki siapa-siapa melainkan Allah Semata. Itulah cara mengobati luka dihati.
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku diatas jalan yang lurus. (QS. Hud : 56).
0 Response to "Mengobati Luka Dihati"
Post a Comment