Semangat Tadarus
Malam ini di Rumah Amalia sehabis sholat tarawih kami bertadarus. Tadarus merupakan kegiatan yang membawa keteduhan hati. Nampak anak-anak Amalia dengan senyum khasnya. Atun, Lusi, Mitha, Riska, Dwi, Ratih, Eko, Biyan dan anak-anak Amalia lainnya sudah siap dengan al-Qur'annya. Lantunan ayat suci al-Quran dibaca silih berganti. Itulah yang membuat kami menjadi terasa bahagia.
Sekarang ini jarang sekali menjumpai orang-orang bertadarus. Jika ada yang bertadarus hanyalah orang tua. Anak-anak muda agak sulit saya jumpai bertadarus. Mungkin kondisi sekarang memang sedikit berbeda. Zaman telah berubah. Terkadang membuat hati menjadi miris. Bila membaca al-quran sudah tidak lagi diminati oleh anak-anak muda. Tadarus diwaktu saya masih sekolah Tsanawiyah suka sekali mengaji dimasjid bersama-sama teman-teman. Kami berkelompok membaca al-quran, terkadang sampai pagi, sehabis sholat subuh kami melanjutkannya dengan berdiskusi menelaah setiap ayat yang kami baca. Kebiasan untuk bertadarus menjadikan keindahan tersendiri. Apa lagi sejak keberadaan Hana tadarus sebelum tidur tidak bisa kami tinggalkan.
Di Rumah Amalia, kami membiasakan anak-anak Amalia agar menghapal Juz Amma' surat-surat pendek. Kami membaca bersama-sama. Membiasakan anak-anak membaca al-quran sebagai upaya agar sedini mungkin anak-anak mencintai al-quran, membaca ayat-ayat suci sekaligus menggali maknanya. Untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap al-quran tidak bisa sendirian, haruslah terbangun kondisi yang dilakukan secara terus menerus agar terbentuk pembiasaan yang menyenangkan. Sebab tadarus selain dimaknai dengan membaca al-quran namun juga mengkaji dan menelaah.
Maka alangkah indahnya bila semangat tadarus adalah semangat menjadikan al-quran sebagai bacaan kita setiap muslim melalui gerak hati dengan nafasnya dalam setiap langkah kegiatan kita dalam kehidupan sehari-hari untuk senantiasa menyebarkan cinta dan kasih sayang bagi sesama.
Sekarang ini jarang sekali menjumpai orang-orang bertadarus. Jika ada yang bertadarus hanyalah orang tua. Anak-anak muda agak sulit saya jumpai bertadarus. Mungkin kondisi sekarang memang sedikit berbeda. Zaman telah berubah. Terkadang membuat hati menjadi miris. Bila membaca al-quran sudah tidak lagi diminati oleh anak-anak muda. Tadarus diwaktu saya masih sekolah Tsanawiyah suka sekali mengaji dimasjid bersama-sama teman-teman. Kami berkelompok membaca al-quran, terkadang sampai pagi, sehabis sholat subuh kami melanjutkannya dengan berdiskusi menelaah setiap ayat yang kami baca. Kebiasan untuk bertadarus menjadikan keindahan tersendiri. Apa lagi sejak keberadaan Hana tadarus sebelum tidur tidak bisa kami tinggalkan.
Di Rumah Amalia, kami membiasakan anak-anak Amalia agar menghapal Juz Amma' surat-surat pendek. Kami membaca bersama-sama. Membiasakan anak-anak membaca al-quran sebagai upaya agar sedini mungkin anak-anak mencintai al-quran, membaca ayat-ayat suci sekaligus menggali maknanya. Untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap al-quran tidak bisa sendirian, haruslah terbangun kondisi yang dilakukan secara terus menerus agar terbentuk pembiasaan yang menyenangkan. Sebab tadarus selain dimaknai dengan membaca al-quran namun juga mengkaji dan menelaah.
Maka alangkah indahnya bila semangat tadarus adalah semangat menjadikan al-quran sebagai bacaan kita setiap muslim melalui gerak hati dengan nafasnya dalam setiap langkah kegiatan kita dalam kehidupan sehari-hari untuk senantiasa menyebarkan cinta dan kasih sayang bagi sesama.
0 Response to "Semangat Tadarus"
Post a Comment