Dalam Air Mata Ada Bahagia
Dalam air mata yang menetes selalu ada bahagia. Bila kita memiliki kekuatan dan kesabaran untuk melewati setiap peristiwa yang membuat kita terluka dan kecewa. Begitulah seorang Bapak diusianya yang separoh baya mendapatkan cobaan, dirinya dihinggapi sakit darah tinggi, kepalanya mudah pusing ditambah lagi dengan diabetes. Oleh dokter disarankan agar menjaga kesehatan sebab bila tidak, akan menimbulkan penyakit berbahaya yaitu stroke. Ia berupaya untuk menjaga kesehatan namun kesibukan kantor dan makan tidak beraturan sehingga terjatuh dari kursi kantor, terserang stroke. Untunglah rumah sakit tidak jauh dari kantornya sehingga tidak terjadi kelumpuhan. Namun kondisi itu menyebabkan dirinya tidak bisa melaksanakan tugas sebagai suami. Istrinya memang setia, tidak pernah mengeluh dan selalu mensyukuri apapun bila membawa rizki yang dibawanya pulang ke rumah.
Pada suatu hari bagaikan tersambar petir disiang bolong dikejutkan istrinya meminta bercerai, dengan alasan bahwa dirinya sudah tidak sanggup menahan derita, gejolak batin tak terpenuhi. Mendengar penuturan istrinya, ia hanya bisa duduk diam dan membisu. Pikirannya berkecamuk, ia hanya bisa pasrah. Ia masih menyayangi istri dan anak-anaknya. Air matanya meleleh namun ditengah sakitnya darah tinggi dan diabetes yang dialaminya, imannya masih kokoh. Sholat fardhu masih dilaksanakan dengan tekunnya sehingga ditengah kegundahan, kekecewaan dan kesedihan ditumpahkannya hanya kepada Allah. Sampai pada satu kesempatan beliau berkenan untuk berbagi di Rumah Amalia memohon keridhaan Allah agar diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani hidup ini. Dua anak laki-lakinya memberikan semangat, cinta dan kasih sayang mereka terus menerus mengobarkan semangat hidup dan menjadi penyejuk hatinya.
Sepekan kemudian, ketika istrinya datang menjenguk dirinya dan kedua anak laki-lakinya berlarian memeluk sang ibu. Ibunya mencium pipi kedua anak itu. Anaknya yang bungsu menangis, "Mamah, jangan bercerai dengan Papah ya Mah, baikan lagi ya..Ya Mah?" Mendengar permintaan anakny, membuat terdiam membisu seribu bahasa. Tak kuasa ibunya menahan air mata, menanggukkan kepala memenuhi permintaan sang buah hatinya. Istrinya menghampiri dirinya dan memeluk "Maafin Mamah.." ucap istrinya dengan mengusap air mata yang berjatuhan dipipinya, keduanya menangis berderai air mata. Kedua anak-anaknya berlarian penuh kegirangan memeluk mamah dan papah mereka. Istrinya memilih untuk membatalkan niatnya untuk berpisah. Berkumpul bersama suami dan anak-anaknya adalah kebahagiaan bagi dirinya sebagai seorang istri yang sholehah, inilah jalan yang terbaik yang telah dipilih untuk menggapai keridhaan Allah.
Pada suatu hari bagaikan tersambar petir disiang bolong dikejutkan istrinya meminta bercerai, dengan alasan bahwa dirinya sudah tidak sanggup menahan derita, gejolak batin tak terpenuhi. Mendengar penuturan istrinya, ia hanya bisa duduk diam dan membisu. Pikirannya berkecamuk, ia hanya bisa pasrah. Ia masih menyayangi istri dan anak-anaknya. Air matanya meleleh namun ditengah sakitnya darah tinggi dan diabetes yang dialaminya, imannya masih kokoh. Sholat fardhu masih dilaksanakan dengan tekunnya sehingga ditengah kegundahan, kekecewaan dan kesedihan ditumpahkannya hanya kepada Allah. Sampai pada satu kesempatan beliau berkenan untuk berbagi di Rumah Amalia memohon keridhaan Allah agar diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani hidup ini. Dua anak laki-lakinya memberikan semangat, cinta dan kasih sayang mereka terus menerus mengobarkan semangat hidup dan menjadi penyejuk hatinya.
Sepekan kemudian, ketika istrinya datang menjenguk dirinya dan kedua anak laki-lakinya berlarian memeluk sang ibu. Ibunya mencium pipi kedua anak itu. Anaknya yang bungsu menangis, "Mamah, jangan bercerai dengan Papah ya Mah, baikan lagi ya..Ya Mah?" Mendengar permintaan anakny, membuat terdiam membisu seribu bahasa. Tak kuasa ibunya menahan air mata, menanggukkan kepala memenuhi permintaan sang buah hatinya. Istrinya menghampiri dirinya dan memeluk "Maafin Mamah.." ucap istrinya dengan mengusap air mata yang berjatuhan dipipinya, keduanya menangis berderai air mata. Kedua anak-anaknya berlarian penuh kegirangan memeluk mamah dan papah mereka. Istrinya memilih untuk membatalkan niatnya untuk berpisah. Berkumpul bersama suami dan anak-anaknya adalah kebahagiaan bagi dirinya sebagai seorang istri yang sholehah, inilah jalan yang terbaik yang telah dipilih untuk menggapai keridhaan Allah.
0 Response to "Dalam Air Mata Ada Bahagia"
Post a Comment