Disaat terpuruk, Allah Sembuhkan Sakitnya
Ada seorang Ibu di Rumah Amalia bertutur, keterpurukan itu diawali ketika dokter menyatakan bahwa dirinya harus segera operasi karena ada benjolan dipayudaranya, tidak disangkal hatinya terpukul mendengarnya terlebih sudah dua dokter yang mengatakan hal yang sama. Para dokter itu mengingatkan percuma saja diminum obat, jalan satu-satunya harus operasi, berobat jalan tidak membawa efek besar karena benjolan yang tumbuh sudah melengket, berkembang pesat. Padahal ia mengetahui adanya benjolan lima bulan sebelumnya, dalam waktu singkat sudah menjadi tiga benjolan. awalnya hanya sebesar jempol berubah menjadi sebesar bola pingpong. Penundaan proses pengobatan sudah ditolak dokter dan mengatakan, "Kita tidak punya waktu lagi, lebih cepat lebih baik dioperasi mengingat perkembangan benjolan yang sangat cepat menjalar ke arah lain."
Disaat itulah ia merenungkan kembali perjalanan hidupnya bahwa hidupnya selama ini jauh dari Allah, ketika mencoba untuk mendekatkan diri kepada Allah malah diuji dengan sakit. Ia sudah berada dijalan yang lurus seperti yang Allah kehendaki tetapi justru sakit yang harus diterimanya. Ia merasa Allah tidak berada dipihaknya, ia merasa tidak berharga dengan penyakit yang menakutkan, tidak diinginkan bagi setiap perempuan manapun. Dalam waktu singkat mampu menrenggut kebahagiaannya. Ia merasa takut, marah, kecewa, khawatir, sedih bahkan beliau tidak mampu lagi menangis sekalipun dengan hati yang terasa perih. Dalam doa setelah menunaikan sholat berbisik lirih, "Ya Allah, jika hambaMu ini Engkau izinkan terlahir dengan utuh, haruskah hamba berpulang dengan tidak utuh lagi?" Air matanya mengalir dengan derasnya. Disaat terpuruk itulah beliau pada satu titik nadir, lemah tak berdaya, satu kekuatan yang Allah berikan kepadanya. sebuah keyakinan hidup dan matinya semuanya adalah ketetapan Allah. Hari itu juga Allah membukakan pintu hatinya telah membangkitkan semangat hidupnya untuk menjalani kemoterapi, lima kali dilakukan, tanpa harus menjalani operasi penyakitnya sudah sembuh kali seperti sediakala. Sampai Dokternya mengatakan, "Hanya Allah yang Maha Kuasa menyembuhkan sakit ibu.." Subhanallah..
'Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan berdoa (HR. Baihaqi).
Disaat itulah ia merenungkan kembali perjalanan hidupnya bahwa hidupnya selama ini jauh dari Allah, ketika mencoba untuk mendekatkan diri kepada Allah malah diuji dengan sakit. Ia sudah berada dijalan yang lurus seperti yang Allah kehendaki tetapi justru sakit yang harus diterimanya. Ia merasa Allah tidak berada dipihaknya, ia merasa tidak berharga dengan penyakit yang menakutkan, tidak diinginkan bagi setiap perempuan manapun. Dalam waktu singkat mampu menrenggut kebahagiaannya. Ia merasa takut, marah, kecewa, khawatir, sedih bahkan beliau tidak mampu lagi menangis sekalipun dengan hati yang terasa perih. Dalam doa setelah menunaikan sholat berbisik lirih, "Ya Allah, jika hambaMu ini Engkau izinkan terlahir dengan utuh, haruskah hamba berpulang dengan tidak utuh lagi?" Air matanya mengalir dengan derasnya. Disaat terpuruk itulah beliau pada satu titik nadir, lemah tak berdaya, satu kekuatan yang Allah berikan kepadanya. sebuah keyakinan hidup dan matinya semuanya adalah ketetapan Allah. Hari itu juga Allah membukakan pintu hatinya telah membangkitkan semangat hidupnya untuk menjalani kemoterapi, lima kali dilakukan, tanpa harus menjalani operasi penyakitnya sudah sembuh kali seperti sediakala. Sampai Dokternya mengatakan, "Hanya Allah yang Maha Kuasa menyembuhkan sakit ibu.." Subhanallah..
'Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan berdoa (HR. Baihaqi).
0 Response to "Disaat terpuruk, Allah Sembuhkan Sakitnya"
Post a Comment