Sudah Cukupkah Bekalku?
Malam ini terhenyak ketika ada yang mengabarkan bahwa teman baik kami meninggal dunia. Kemaren kami sempat berbincang. Dirinya terlihat sehat. Kami berbincang banyak hal. Tidak ada tanda-tanda mengeluh badannya sakit. Begitu pulang, kata istrinya selesai sholat Isya, pamit tidur dan biasanya sholat tahajud, malam tidak bangun, dengan penuh isak tangis menceritakan bahwa suaminya meninggal dalam keadaan mengenakan sarung dan baju koko yang hendak bersiap sholat tahajud. Peristiwa itu membuat diri berkontemplasi, entah bagaimana sebuah pertanyaan terlontar. "Sudah cukupkah bekalku?"
Begitulah kehidupan yang sangat rapuh. Kita berada dibawah bayang-bayang kematian, setiap saat ajal bisa menjemput siapapun tanpa permisi dan tak mengenal muda, tua, sehat atau sakit bahkan ketika dipuncak karier dan disaat tubuh terlihat masih sehat, maut datang menjemput. Pertanyaan, "Sudahkah cukup bekalku?" Merupakan sebuah kesadaran di dalam kehidupan kita ada kematian yang datangnya tiba-tiba menjemput. Justru akan mendorong kita untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Tidak menunda-nunda bila tiba waktu sholat, tidak menunda-nunda bila menolong sesama. Tidak menunda-nunda kesempatan untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Bahkan ketika menulisnya malam ini, tak terasa air mata mengalir, "Sudah cukuplah bekalku? Ya Allah.."
Begitulah kehidupan yang sangat rapuh. Kita berada dibawah bayang-bayang kematian, setiap saat ajal bisa menjemput siapapun tanpa permisi dan tak mengenal muda, tua, sehat atau sakit bahkan ketika dipuncak karier dan disaat tubuh terlihat masih sehat, maut datang menjemput. Pertanyaan, "Sudahkah cukup bekalku?" Merupakan sebuah kesadaran di dalam kehidupan kita ada kematian yang datangnya tiba-tiba menjemput. Justru akan mendorong kita untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Tidak menunda-nunda bila tiba waktu sholat, tidak menunda-nunda bila menolong sesama. Tidak menunda-nunda kesempatan untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Bahkan ketika menulisnya malam ini, tak terasa air mata mengalir, "Sudah cukuplah bekalku? Ya Allah.."
1 Response to "Sudah Cukupkah Bekalku?"
bagus entri ni. :)
Post a Comment