Pesan Humanis Yang Masih Tertinggal
Sekalipun ramadhan telah berlalu namun rasanya hati masih terasa melekat dengan alunan lagu bernuansa bulan suci. Masyarakat memang tengah dalam puncak keberagamaan, hal ini kemudian diapresiasi positif oleh kalangan musisi, juga tidak bisa dipungkiri ini juga tuntutan pasar.
Ramadhan tahun ini bila kita cermati secara seksama semarak dengan lagu-lagu religi, setiap menjelang maghrib selalu saja terdengar lagu Ebiet G Ade yang berjudul 'Untuk Kita Renungkan' dengan wajah penuh keikhlasan seorang tukang pos. Lagu ini adalah lagu lawas namun penuh makna dalam ruang kontemplasi, pada bagian awal, 'kita mesti telanjang dan benar-benar bersih, suci lahir di dalam batin, tengoklah ke dalam sebelum bicara, singkirkan debu yang masih melekat..hohoho..singkirkan debu yang masih melekat.' Syair lagu ini mudah dihapal, Hana putri saya juga hapal syairnya.
Ada juga lagunya D'Masiv yang berjudul 'Jangan Menyerah' yang dinyanyikan oleh anak-anak Amalia seolah memberikan semangat untuk tidak menyerah pada kehidupan yang kian tidak menentu. Buat saya selain menjalankan ibadah puasa, sholat tarawih, i'tikaf, zakat fitrah, ramadhan memiliki makna untuk berkontemplasi atau merenungkan sejenak. Menikmati pesan-pesan humanis pada setiap syair lagu. Musik religi Islami luar biasa indahnya dan menyejukkan. Lagu-lagu tersebut menyentuh kita pada kebaikan, rasanya tidak akan pernah basi untuk terus didengarkan sekalipun ramadhan telah berlalu.
Itulah pesan humanis pada bulan ramadhan lalu yang masih melekat dihati saya. Terdengar sayup-sayup suara pengamen di depan rumah menyanyikan lagu 'Jangan Menyerah.'
'Tak ada manusia, yang terlahir sempurna, jangan kau sesali, segala yang telah terjadi, kita pasti pernah, dapatkan cobaan yang berat, seakan hidup ini, tak ada artinya lagi, syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik.
Jangan menyerah..Jangan Menyerah..Jangan Menyerah..
0 Response to "Pesan Humanis Yang Masih Tertinggal"
Post a Comment