Pendidikan Anak Insan Mulia
Pendidikan anak untuk menjadi Insan Mulia tentunya didasarkan pada Akhlak. Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati. Manusia tidak ada yang secara tiba-tiba menjadi orang bijak atau tibatiba menjadi penjahat besar. Untuk menjadi orang bijak atau menjadi penjahat besar manusia butuh proses yang mengantarnya pada keadaan itu.
Proses itu bisa berwujud dinamika kehidupan, bisa keadaan yang menakjubkan, yang mengecewakan atau yang dirancang untuk membentuk pola-pola perilaku tertentu. Jadi secara teori, manusia bisa dibentuk untuk menjadi orang baik sebagaimana juga bisa dibentuk untuk menjadi orang jahat. Karena akhlak adalah keadaan batin, maka pendidikan akhlak obyeknya adalah batin seseorang. Meski demikian bukan berarti menafikan yang lahir, karena antara lahir dan batin ada hubungan saling mempengaruhi. Orang yang hatinya baik, pada umumnya perilaku lahirnya (sopan santunnya) baik, tetapi tidak semua orang yang memiliki sopan, santun akhlaknya baik.
Penanaman disiplin atau pembiasaan pola tingkah laku lahir yang baik (sopan santun), pada orang tertentu dapat menjadi proses pembentukan akhlak yang baik, tapi pada orang lain bisa juga menumbuhkan sifat munafik (pura-pura baik). Demikian juga pembiasaan pola tingkah laku buruk, pada seseorang bisa menjadikannya orang jahat, tetapi pada orang lain mungkin malah akan melahirkan sikap resistensi secara ektrim kepada keburukan. Hal itu disebabkan karena setiap orang sebenarnya memiliki "modal" kepribadian atau kapasitas yang berbeda- beda, ada yang kuat dorongan kebaikannya dan ada yang sebaliknya.
Anak yang kuat dorongan pada kebaikan inilah yang menjadikan anak menjadi Insan Mulia. Anak-anak Insan mulia berarti berakhlak mulia yang condong pada kebaikan dan kemuliaan hidup sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Muhamad SAW dengan sifat-sifatnya siddiq (jujur), tabligh (menyampaikan yang benar), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas).
Proses itu bisa berwujud dinamika kehidupan, bisa keadaan yang menakjubkan, yang mengecewakan atau yang dirancang untuk membentuk pola-pola perilaku tertentu. Jadi secara teori, manusia bisa dibentuk untuk menjadi orang baik sebagaimana juga bisa dibentuk untuk menjadi orang jahat. Karena akhlak adalah keadaan batin, maka pendidikan akhlak obyeknya adalah batin seseorang. Meski demikian bukan berarti menafikan yang lahir, karena antara lahir dan batin ada hubungan saling mempengaruhi. Orang yang hatinya baik, pada umumnya perilaku lahirnya (sopan santunnya) baik, tetapi tidak semua orang yang memiliki sopan, santun akhlaknya baik.
Penanaman disiplin atau pembiasaan pola tingkah laku lahir yang baik (sopan santun), pada orang tertentu dapat menjadi proses pembentukan akhlak yang baik, tapi pada orang lain bisa juga menumbuhkan sifat munafik (pura-pura baik). Demikian juga pembiasaan pola tingkah laku buruk, pada seseorang bisa menjadikannya orang jahat, tetapi pada orang lain mungkin malah akan melahirkan sikap resistensi secara ektrim kepada keburukan. Hal itu disebabkan karena setiap orang sebenarnya memiliki "modal" kepribadian atau kapasitas yang berbeda- beda, ada yang kuat dorongan kebaikannya dan ada yang sebaliknya.
Anak yang kuat dorongan pada kebaikan inilah yang menjadikan anak menjadi Insan Mulia. Anak-anak Insan mulia berarti berakhlak mulia yang condong pada kebaikan dan kemuliaan hidup sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Muhamad SAW dengan sifat-sifatnya siddiq (jujur), tabligh (menyampaikan yang benar), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas).
0 Response to "Pendidikan Anak Insan Mulia"
Post a Comment