Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif
Dalam pembahasan yang keempat adalah Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif. Membentuk pola anak agar menjadi Insan Mulia paling tidak ada 4 infrastruktur, Yaitu:
1.penanaman nilai
2. Lingkungan yang Kondusif
3. Membangun Tokoh Idola
4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif.
Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif penjelasannya sebagai berikut. Bahwa Transfer ilmu pengetahuan yang dapat dilakukan melalui pengajaran dengan pembentukan pola tingkah laku merupakan tujuan dari pendidikan yang berupa transfer budaya. Kebudayaan masyarakat manapun mengandung unsur-unsur, seperti akhlak atau etik, estetika, ilmu pengatahuan, dan teknologi.
Tingkah laku manusia tidak selamanya logis, sebaliknya sebagian besar perilaku manusia justeru terbangun melalui pembisaan. Orang yang sudah biasa bangun pagi tetap saja bangun pagi meski tidurnya terlambat. Enaknya masakan pedas bagi seseorang, misalnya, bukanlah masalah logis tidak logis, melainkan lebih pada pembiasaan rasa. Demikian juga rasa bersih, rasa tertib, dan rasa disiplin tertanam melalui proses pembiasaan. Orang yang telah memahami logika kejujuran tidak otomatis menjadi orang jujur, sebaliknya boleh jadi pengetahuan itu justru digunakan untuk mengelabui orang lain yang berpikir jujur. Sopan santun yang tidak mesti logis juga terbentuk melalui pembiasaan.
Dalam pembentukan karakter seseorang, hal yang perlu dijadikan kebiasaan tingkah laku, antara lain sopan santun atau etiket.
Pembiasaan Tingkah Laku Sopan
Sopan santun atau etiket adalah akhlak yang bersifat lahir. Ukurannya bertumpu pada cara padang suatu masyarakat. Artinya, suatu tingkah laku yang dipandang sopan oleh suatu masyarakat mungkin dipandang sebaliknya oleh masyarakat lain, disebabkan cara pandang yang berbeda.
Sopan santun diperlukan ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dengan penekanan terutama kepada:
1. yang lebih tua, orang tua, guru, atasan;
2. yang lebih muda; anak, murid, atau bawahan; dan
3. yang sebaya; setingkat status sosial.
1.penanaman nilai
2. Lingkungan yang Kondusif
3. Membangun Tokoh Idola
4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif.
Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif penjelasannya sebagai berikut. Bahwa Transfer ilmu pengetahuan yang dapat dilakukan melalui pengajaran dengan pembentukan pola tingkah laku merupakan tujuan dari pendidikan yang berupa transfer budaya. Kebudayaan masyarakat manapun mengandung unsur-unsur, seperti akhlak atau etik, estetika, ilmu pengatahuan, dan teknologi.
Tingkah laku manusia tidak selamanya logis, sebaliknya sebagian besar perilaku manusia justeru terbangun melalui pembisaan. Orang yang sudah biasa bangun pagi tetap saja bangun pagi meski tidurnya terlambat. Enaknya masakan pedas bagi seseorang, misalnya, bukanlah masalah logis tidak logis, melainkan lebih pada pembiasaan rasa. Demikian juga rasa bersih, rasa tertib, dan rasa disiplin tertanam melalui proses pembiasaan. Orang yang telah memahami logika kejujuran tidak otomatis menjadi orang jujur, sebaliknya boleh jadi pengetahuan itu justru digunakan untuk mengelabui orang lain yang berpikir jujur. Sopan santun yang tidak mesti logis juga terbentuk melalui pembiasaan.
Dalam pembentukan karakter seseorang, hal yang perlu dijadikan kebiasaan tingkah laku, antara lain sopan santun atau etiket.
Pembiasaan Tingkah Laku Sopan
Sopan santun atau etiket adalah akhlak yang bersifat lahir. Ukurannya bertumpu pada cara padang suatu masyarakat. Artinya, suatu tingkah laku yang dipandang sopan oleh suatu masyarakat mungkin dipandang sebaliknya oleh masyarakat lain, disebabkan cara pandang yang berbeda.
Sopan santun diperlukan ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dengan penekanan terutama kepada:
1. yang lebih tua, orang tua, guru, atasan;
2. yang lebih muda; anak, murid, atau bawahan; dan
3. yang sebaya; setingkat status sosial.
1 Response to "Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif"
Kalo ajaran Ki Hajar Dewantara yang cukup mewakili yaitu ;
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha
2. Ing Madya Mangun Karsa
3. Tut Wuri Handayani
Post a Comment