Airmata Diujung Lorong Kematian
Dirumah Amalia saya senantiasa banyak teman dan terkadang ada tamu yang hadir tanpa saya mengenal sebelumnya. Setiap kali kehadiran para tamu saya selalu mendapatkan mutiara-mutiara kearifan yang berbentuk pengalaman kehidupan yang dialaminya.
Salahsatunya Pak Syaiful, seorang pengusaha muslim yang taat dalam menjalankan ibadahnya. beliau suka hadir ditengah kami bersama anak-anak Amalia. Penampilannya begitu sederhana, terkadang maen ke rumah Amalia dengan mengendarai motor atau vespanya. Beliau pernah bertutur berbagi pengalaman yang merubah orientasi hidupnya kala dirinya berada diujung lorong kematian.
'Mungkin, mas agus syafii tidak percaya dengan cerita saya ini tapi itulah kenyataan yang saya alami.'katanya. Pak Syaiful mengidap radang kantung empedu. penyakitnya sangat parah, bahkan dokter mengatakan hidupnya hanya tinggal 25%. Awalnya Pak Syaiful merasakan rasa dingin di kakinya naik ke paha, perut hingga ke ubun-ubun. Rasa dingin itu seolah berjalan begitu perlahan. 'Saya membayangkan nyawa saya sudah berada diujung kematian' katanya dengan berlinang air mata. 'Semua perbuatan kotor saya seperti terlihatkan, hanya satu yang saya inginkan. Mati dalam keadaan bersyahadat' kata Pak Syaiful dengan wajah ekspesi penuh ketawadlu'an.
Sejak kecil Pak Syaiful di didik dilingkungan pesantren. Setelah selesai SMA dirinya mengadu nasib di Ibukota namun perjalanan hidupnya tidak seperti yang ia bayangkan. Awalnya berdagang pakaian
di Pasar Cipulir. Usahanya sukses namun semakin sukses dirinya semakin jauh dari agama. Kehidupan malam dan minuman keras terasa nikmat. Pak Syaiful menjadi tersadar justru setelah sakitnya parah.
Yang paling ditakutkan oleh dirinya kehilangan momen membaca kalimah syahadat dipenghujung hayatnya. dirinya mengalami diujung lorong batas antara kematian dan kehidupan.
Dalam keadaan tidak sadarkan diri, dirinya melihat bayangannya sendiri. Pak Syaful bergerak melakukan apa yang pernah dia perbuat di masa lalu. 'Saya seperti melihat film yang aktornya adalah diri saya sendiri.'katanya, 'semua saya melihatnya dengan jelas, saya pernah menyia-nyiakan anak dan istri saya hanya karena menuruti kesenangan, sampai saya menangis meraung-raung menyesali semua
kebodohan yang saya pernah saya lakukan.' lanjut Pak Syaiful.
Kala Pak Syaiful melihat semua dosa-dosanya yang menakutkan disaat itu juga dirinya memohon ampun kepada Alloh SWT, tuturnya,'begitu saya memohon ampun kepada Alloh SWT, saya berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Disaat itu semua yang menyeramkan hilang semua.' Dirinya merasakan melewati sebuah lorong gelap sampai menuju tempat yang begitu indah dan nyaman. tempat itu seperti di
kampung halamannya waktu Pak Syaiful dimasa kecil.
Dari yang dialami Pak Syaiful itu pandangan hidupnya telah berubah. kehidupan yang bergelimang maksiat dirinya menjadi lebih mencintai Alloh SWT dan menjalankan semua perintahNya serta menjauhi
laranganNya. 'dan itu tidak mudah mas agus syafii.'katanya. Untuk mencintai Alloh SWT kita harus menghadapi tantangan. Tantangan itu untuk membuktikan apakah kita benar-benar mencintai Alloh SWT atau tidak.' tutur Pak Syaiful dpenghujung malam perjumpaan kami. Airmatanya benar-benar telah mengalir untuk Sang Khaliq, Alloh yang Maha Besar.
---
'Ya Allah segala puji bagiMu. kepadaMulah pengaduanku dan Engkaulah tempat memohon pertolongan…' (HR Thabrany dari Abdullah ibnu Mas'ud).
Salahsatunya Pak Syaiful, seorang pengusaha muslim yang taat dalam menjalankan ibadahnya. beliau suka hadir ditengah kami bersama anak-anak Amalia. Penampilannya begitu sederhana, terkadang maen ke rumah Amalia dengan mengendarai motor atau vespanya. Beliau pernah bertutur berbagi pengalaman yang merubah orientasi hidupnya kala dirinya berada diujung lorong kematian.
'Mungkin, mas agus syafii tidak percaya dengan cerita saya ini tapi itulah kenyataan yang saya alami.'katanya. Pak Syaiful mengidap radang kantung empedu. penyakitnya sangat parah, bahkan dokter mengatakan hidupnya hanya tinggal 25%. Awalnya Pak Syaiful merasakan rasa dingin di kakinya naik ke paha, perut hingga ke ubun-ubun. Rasa dingin itu seolah berjalan begitu perlahan. 'Saya membayangkan nyawa saya sudah berada diujung kematian' katanya dengan berlinang air mata. 'Semua perbuatan kotor saya seperti terlihatkan, hanya satu yang saya inginkan. Mati dalam keadaan bersyahadat' kata Pak Syaiful dengan wajah ekspesi penuh ketawadlu'an.
Sejak kecil Pak Syaiful di didik dilingkungan pesantren. Setelah selesai SMA dirinya mengadu nasib di Ibukota namun perjalanan hidupnya tidak seperti yang ia bayangkan. Awalnya berdagang pakaian
di Pasar Cipulir. Usahanya sukses namun semakin sukses dirinya semakin jauh dari agama. Kehidupan malam dan minuman keras terasa nikmat. Pak Syaiful menjadi tersadar justru setelah sakitnya parah.
Yang paling ditakutkan oleh dirinya kehilangan momen membaca kalimah syahadat dipenghujung hayatnya. dirinya mengalami diujung lorong batas antara kematian dan kehidupan.
Dalam keadaan tidak sadarkan diri, dirinya melihat bayangannya sendiri. Pak Syaful bergerak melakukan apa yang pernah dia perbuat di masa lalu. 'Saya seperti melihat film yang aktornya adalah diri saya sendiri.'katanya, 'semua saya melihatnya dengan jelas, saya pernah menyia-nyiakan anak dan istri saya hanya karena menuruti kesenangan, sampai saya menangis meraung-raung menyesali semua
kebodohan yang saya pernah saya lakukan.' lanjut Pak Syaiful.
Kala Pak Syaiful melihat semua dosa-dosanya yang menakutkan disaat itu juga dirinya memohon ampun kepada Alloh SWT, tuturnya,'begitu saya memohon ampun kepada Alloh SWT, saya berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Disaat itu semua yang menyeramkan hilang semua.' Dirinya merasakan melewati sebuah lorong gelap sampai menuju tempat yang begitu indah dan nyaman. tempat itu seperti di
kampung halamannya waktu Pak Syaiful dimasa kecil.
Dari yang dialami Pak Syaiful itu pandangan hidupnya telah berubah. kehidupan yang bergelimang maksiat dirinya menjadi lebih mencintai Alloh SWT dan menjalankan semua perintahNya serta menjauhi
laranganNya. 'dan itu tidak mudah mas agus syafii.'katanya. Untuk mencintai Alloh SWT kita harus menghadapi tantangan. Tantangan itu untuk membuktikan apakah kita benar-benar mencintai Alloh SWT atau tidak.' tutur Pak Syaiful dpenghujung malam perjumpaan kami. Airmatanya benar-benar telah mengalir untuk Sang Khaliq, Alloh yang Maha Besar.
---
'Ya Allah segala puji bagiMu. kepadaMulah pengaduanku dan Engkaulah tempat memohon pertolongan…' (HR Thabrany dari Abdullah ibnu Mas'ud).
0 Response to "Airmata Diujung Lorong Kematian"
Post a Comment