Taubatku Di Rumah sakit
Dalam kehidupan sehari-hari saya seringkali berjumpa dengan orang-orang yang istimewa. Mengajarkan betapa berharga hidup dan orang-orang yang kita cintai disekeliling kita. saya tidak harus mengalami peristiwa itu namun dari tuturnya banyak hikmah yang saya petik. Ada seorang teman yang sangat menyukai kegiatan kami, kegiatan anak-anak Amalia. Disetiap moment selalu saja menyempatkan untuk menyapa sekalipun hanya lewat sms ataupun email.
Pernah suatu waktu datang ke kantor, teman ini banyak bercerita tentang dirinya dan perjalanan hidupnya. teman itu bertutur, hidup bagai sebuah perjalanan, begitu katanya. Ada saatnya naik dan ada saatnya turun. Diusianya hampir setengah abad, dirinya menikmati kesuksesan sekaligus menderita penyakit yang cukup berbahaya.penyakit lever yang dideritanya adalah penyakit pengantar maut. Namun pada saat yang mencekam itu suara adzan terdengar menusuk hatinya, membuka hatinya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan yang selama ini diabaikannya.
Duduk terbaring dirumah sakit tidaklah menyenangkan. Hari-harinya terasa panjang dan menjenuhkan. Tiba-tiba dirinya disamperin seorang suster menanyakan apakah saya sudah sholat. saya tak pernah mengira mendapatkan pertanyaan itu. Saya terpukul, sebagai seorang muslim jangankan sholat, mencium sajadahpun hampir tak pernah. agama buat saya hanyalah simbol di KTP. Saya sadar bahwa saya bukanlah orang yang beriman namun saya tidak pernah melanggar perintahNya.
Disaat suster itu meninggalkan saya, pertanyaaan itu membuatku merenung lebih dalam. Tak tahu kenapa begitu setiap kali mendengar suara adzan hatiku bergetar. Dalam hati saya berjanji, bila saya sembuh saya akan rajin sholat lima waktu.
Setelah keadaannya sembuh, saya mulai belajar sholat dengan baik. Istri dan anak-anaku mendukung bahkan terkadang kami sholat berjamaah. anak-anak suka tertawa jika saya menjadi imam sebab saya tidak biasa jadi imam sholat. Katanya bapaknya lucu kalo jadi imam.
Ditengah keluarga kami bahagia, saya sedang giat belajar sholat. keluarga kami diuji, kami dikagetkan oleh berita bahwa putra pertamaku meninggal karena kecelakaan sepulang sekolah. Ditengah kami dirundung duka, Usaha saya bangkrut dan saya memulai lagi semuanya dari nol, tuturnya.
Saya goyah, saya guncang, berpikir begitu lama. Banyak pertanyaan yang muncul dikepala saya, kenapa disaat saya ingin menjadi orang yang taat, Alloh SWT malah memberikan ujian seberat ini? Saya menjadi teringat sewaktu keluar rumah sakit, saya memohon agar diberikan kekuatan maka Alloh SWT memberikan saya kesulitan dan kesulitan itu yang membuat saya menjadi kuat untuk bisa menjalankan perintahNya.
Dulu saya gemar minum-minuman keras bahkan saya tergolong pecandu berat namun sejak saya bertaubat dirumah sakit, saya tidak pernah lagi minum-minuman keras hingga sekarang tidak pernah tergoda. iman dihati saya telah memberikan ketentraman bahkan dikeluarga saya lebih bahagia ketika kumpul bersama.
Pesan teman itu sungguh menarik diakhir pertemuan. katanya, hidup ini penuh hikmah. berbagai hikmah banyak yang kita bisa ambil menjadi pelajaran yang semua itu membuat kita semakin arif dan mengerti, apa artinya hidup dan hanya untuk Allohlah hidup kita menjadi bermakna.
Pernah suatu waktu datang ke kantor, teman ini banyak bercerita tentang dirinya dan perjalanan hidupnya. teman itu bertutur, hidup bagai sebuah perjalanan, begitu katanya. Ada saatnya naik dan ada saatnya turun. Diusianya hampir setengah abad, dirinya menikmati kesuksesan sekaligus menderita penyakit yang cukup berbahaya.penyakit lever yang dideritanya adalah penyakit pengantar maut. Namun pada saat yang mencekam itu suara adzan terdengar menusuk hatinya, membuka hatinya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan yang selama ini diabaikannya.
Duduk terbaring dirumah sakit tidaklah menyenangkan. Hari-harinya terasa panjang dan menjenuhkan. Tiba-tiba dirinya disamperin seorang suster menanyakan apakah saya sudah sholat. saya tak pernah mengira mendapatkan pertanyaan itu. Saya terpukul, sebagai seorang muslim jangankan sholat, mencium sajadahpun hampir tak pernah. agama buat saya hanyalah simbol di KTP. Saya sadar bahwa saya bukanlah orang yang beriman namun saya tidak pernah melanggar perintahNya.
Disaat suster itu meninggalkan saya, pertanyaaan itu membuatku merenung lebih dalam. Tak tahu kenapa begitu setiap kali mendengar suara adzan hatiku bergetar. Dalam hati saya berjanji, bila saya sembuh saya akan rajin sholat lima waktu.
Setelah keadaannya sembuh, saya mulai belajar sholat dengan baik. Istri dan anak-anaku mendukung bahkan terkadang kami sholat berjamaah. anak-anak suka tertawa jika saya menjadi imam sebab saya tidak biasa jadi imam sholat. Katanya bapaknya lucu kalo jadi imam.
Ditengah keluarga kami bahagia, saya sedang giat belajar sholat. keluarga kami diuji, kami dikagetkan oleh berita bahwa putra pertamaku meninggal karena kecelakaan sepulang sekolah. Ditengah kami dirundung duka, Usaha saya bangkrut dan saya memulai lagi semuanya dari nol, tuturnya.
Saya goyah, saya guncang, berpikir begitu lama. Banyak pertanyaan yang muncul dikepala saya, kenapa disaat saya ingin menjadi orang yang taat, Alloh SWT malah memberikan ujian seberat ini? Saya menjadi teringat sewaktu keluar rumah sakit, saya memohon agar diberikan kekuatan maka Alloh SWT memberikan saya kesulitan dan kesulitan itu yang membuat saya menjadi kuat untuk bisa menjalankan perintahNya.
Dulu saya gemar minum-minuman keras bahkan saya tergolong pecandu berat namun sejak saya bertaubat dirumah sakit, saya tidak pernah lagi minum-minuman keras hingga sekarang tidak pernah tergoda. iman dihati saya telah memberikan ketentraman bahkan dikeluarga saya lebih bahagia ketika kumpul bersama.
Pesan teman itu sungguh menarik diakhir pertemuan. katanya, hidup ini penuh hikmah. berbagai hikmah banyak yang kita bisa ambil menjadi pelajaran yang semua itu membuat kita semakin arif dan mengerti, apa artinya hidup dan hanya untuk Allohlah hidup kita menjadi bermakna.
0 Response to "Taubatku Di Rumah sakit"
Post a Comment