Menyiksa Diri
Pada suatu hari di Rumaha Amalia, saya bertemu dengan seorang laki-laki muda. Dia bertutur, Katanya orang yang berbuat baik akan dibalas kebaikan? Kenapa setiap aku berbuat baik, aku selalu dikhianiati? Setiap kali aku berbuat baik untuk teman, kenapa dibalas dengan keburukan? Kenapa aku berbuat begitu? Kenapa orang-orang disekelilingku selalu menyakitkan hati? Bodoh sekali aku! ucapnya setengah berteriak.
Itulah kata-kata yang terlontar seorang pemuda ketika ditimpa kemalangan dan kesedihan. Semua yang terjadi dianggapnya karena kebodohan dirinya dan tidak mengantisipasinya. Tidak mempersiapkan diri dengan baik. Bila kita menyadari bahwa hidup ini sempurna, menganggap teman, pasangan hidup atau orang disekelilingnya orang yang tidak akan mengecewakan hatinya dan dianggapnya tidak akan pernah berbuat kesalahan kemudian bertemu dengan sebuah realitas bahwa teman, pasangan hidup atau orang yang disekelilingnya berbuat kesalahan dan mengecewakan hatinya, disaat itulah dirinya menjadi terhenyak.
Kemudian mencarilah kelemahannya, mulailah dirinya menyalahkan kebodohannya sebenarnya belum tentu hal itu menjadi sebab utama kemalangan dirinya. Bila kita menjadi orang yang seperti maka kita akan mengganggap diri kitalah sumber dari penderitaan yang terjadi pada diri kita. Jika menemukan ketidaksempurnaan pada pasangan hidup atau teman melakukan keburukan terhadap diri kita maka kita merasa bahwa kitalah penyebab dari semua masalah itu karena kita menganggap kita berbuat sesuatu yang tidak benar. Ujungnya kemudian menyiksa diri, duduk termenung dan menghukum dengan memaki-maki diri sendiri setelah itu ada kelegaan bila sudah menyiksa diri dalam kemarahan.
Terbayangkah oleh kita, menyiksa bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Entah sebenarnya kita salah atau mungkin juga kita benar. Tindakan menyiksa diri bukanlah sebuah solusi, malah membuat kita semakin menderita dan sakit. Apakah anda menghendaki menderita dan sakit seumur hidup anda? Apakah anda akan menghukum diri anda selamanya sampai akhir hayat anda?
'Tentunya saja tidak Mas Agus Syafii!' Jawabnya dengan lantang. Makanya jangan menyiksa diri. Untuk apa kita menyakiti diri sendiri. Bila anda tidak menyayangi diri sendiri, jangan berharap orang lain menyayangi anda.
Bila memang merasa telah melakukan kesalahan. Kita sebagai manusia memang tidaklah sempurna dan kita juga memandang bahwa orang lain juga tidak sempurna. Mohon ampunlah kepada Allah, kemudian minta maaflah bila telah menyakiti diri sendiri atau bila kita telah menyakiti orang lain. Yakinlah sesungguhnya kita telah berusaha sebaik mungkin namun hasilnya tidaklah seperti yang kita harapkan.
'Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosanya mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.' (QS. ali-Imran : 135).
Berilah ruang pada diri sendiri, setiap selesai sholat luangkan waktu untuk refleksi diri dengan memperbanyak istighfar memohon ampun kepada Allah sekaligus meminta maaf pada diri sendiri maka tubuh kita menjadi ringan semua beban dihati bagai terangkat. Menjalani hidup membuat kita lebih mudah.
'Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan atau menganiaya diri sendiri kemudian memohon ampun kepada Allah nicaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' (QS. an-Nisaa' :110).
Langit sore itu cerah. Wajahnya yang murung telah berlalu. Beberapa kali anak muda itu mengucap istighfar. Senyumnya mengembang seperti hatinya telah melepaskan beban yang begitu berat. Ucap puji syukur kehadirat Ilahi Robbi. 'Alhamdulillah, beban hati seolah menghilang Mas Agus, peristiwa ini menyadarkan hanya kepada Allahlah tempat bergantung dan memohon pertolongan bukan menyiksa diri sendiri,' ucapnya diperjumpaan terakhir kami. Subhanallah.
Itulah kata-kata yang terlontar seorang pemuda ketika ditimpa kemalangan dan kesedihan. Semua yang terjadi dianggapnya karena kebodohan dirinya dan tidak mengantisipasinya. Tidak mempersiapkan diri dengan baik. Bila kita menyadari bahwa hidup ini sempurna, menganggap teman, pasangan hidup atau orang disekelilingnya orang yang tidak akan mengecewakan hatinya dan dianggapnya tidak akan pernah berbuat kesalahan kemudian bertemu dengan sebuah realitas bahwa teman, pasangan hidup atau orang yang disekelilingnya berbuat kesalahan dan mengecewakan hatinya, disaat itulah dirinya menjadi terhenyak.
Kemudian mencarilah kelemahannya, mulailah dirinya menyalahkan kebodohannya sebenarnya belum tentu hal itu menjadi sebab utama kemalangan dirinya. Bila kita menjadi orang yang seperti maka kita akan mengganggap diri kitalah sumber dari penderitaan yang terjadi pada diri kita. Jika menemukan ketidaksempurnaan pada pasangan hidup atau teman melakukan keburukan terhadap diri kita maka kita merasa bahwa kitalah penyebab dari semua masalah itu karena kita menganggap kita berbuat sesuatu yang tidak benar. Ujungnya kemudian menyiksa diri, duduk termenung dan menghukum dengan memaki-maki diri sendiri setelah itu ada kelegaan bila sudah menyiksa diri dalam kemarahan.
Terbayangkah oleh kita, menyiksa bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Entah sebenarnya kita salah atau mungkin juga kita benar. Tindakan menyiksa diri bukanlah sebuah solusi, malah membuat kita semakin menderita dan sakit. Apakah anda menghendaki menderita dan sakit seumur hidup anda? Apakah anda akan menghukum diri anda selamanya sampai akhir hayat anda?
'Tentunya saja tidak Mas Agus Syafii!' Jawabnya dengan lantang. Makanya jangan menyiksa diri. Untuk apa kita menyakiti diri sendiri. Bila anda tidak menyayangi diri sendiri, jangan berharap orang lain menyayangi anda.
Bila memang merasa telah melakukan kesalahan. Kita sebagai manusia memang tidaklah sempurna dan kita juga memandang bahwa orang lain juga tidak sempurna. Mohon ampunlah kepada Allah, kemudian minta maaflah bila telah menyakiti diri sendiri atau bila kita telah menyakiti orang lain. Yakinlah sesungguhnya kita telah berusaha sebaik mungkin namun hasilnya tidaklah seperti yang kita harapkan.
'Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosanya mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.' (QS. ali-Imran : 135).
Berilah ruang pada diri sendiri, setiap selesai sholat luangkan waktu untuk refleksi diri dengan memperbanyak istighfar memohon ampun kepada Allah sekaligus meminta maaf pada diri sendiri maka tubuh kita menjadi ringan semua beban dihati bagai terangkat. Menjalani hidup membuat kita lebih mudah.
'Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan atau menganiaya diri sendiri kemudian memohon ampun kepada Allah nicaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' (QS. an-Nisaa' :110).
Langit sore itu cerah. Wajahnya yang murung telah berlalu. Beberapa kali anak muda itu mengucap istighfar. Senyumnya mengembang seperti hatinya telah melepaskan beban yang begitu berat. Ucap puji syukur kehadirat Ilahi Robbi. 'Alhamdulillah, beban hati seolah menghilang Mas Agus, peristiwa ini menyadarkan hanya kepada Allahlah tempat bergantung dan memohon pertolongan bukan menyiksa diri sendiri,' ucapnya diperjumpaan terakhir kami. Subhanallah.
0 Response to "Menyiksa Diri"
Post a Comment