Tegar
Ketika seseorang hidup bersimbah dosa dan berkeinginan bertaubat maka disaat itu juga ujian hadir begitu berat. ketegaran semakin dibutuhkan dalam menghadapi badai dan tantangan sejauh mana keinginan taubat. itulah yang dituturkan seorang ibu kepada saya. Sore itu kehadirannya ingin bersilaturahmi karena sering membaca tulisan-tulisan saya lewat milis. 'banyak tulisan-tulisan Mas Agus Syafii yang saya kumpulkan di folder khusus.'katanya. 'Namun yang sangat berarti buat saya cerita mas agus, banyak ibroh yang saya ambil dan saya ingin berbagi cerita, silahkan aja kalo Mas Agus mau menulis kisah saya.' lanjutnya.
Ibu itu bercerita bahwa disaat dirinya bertaubat untuk memulai hidup baru malah terjadi kemelut di dalam keluarganya. Rumah kami akan disita oleh bank. Tinggal beberapa hari lagi petugas bank akan melakukan penyitaan. Jalan menuju rumah kami blokir untuk mencegah penyitaan, kami hanya bisa menangis penuh kesedihan. 'saya harus tegar, menukar kesedihan dengan harapan' katanya.
'Harapan satu-satunya hanya berdoa kepada Alloh SWT, memohon pertolongan kepadaNya. selain sholat fardhu, saya sholat tahajud setiap malam sampai airmata rasanya sudah mengering.' isak tangis sang Ibu.
Pagi itu semua keluarga diliputi oleh tangis sendu di teras rumah, sambil menunggu detik-detik penyitaan rumah kami. Kami ingin menyaksikan rumah kami untuk terakhir kalinya. Rumah dimana anak-anak lahir dan dibesarkan penuh cinta serta kasih sayang. Para tetangga tak kuasa menahan haru melihat kami. Solidaritas para tetangga hadir menunggu petugas bank hadir. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh kedatangan surat pembatalan sita. Subhanallah, Maha Suci Alloh. Saya menjerit kegirangan. Doa saya didengar oleh Alloh.
Kata suami saya, pada tahap kita untuk mencoba berjalan dijalan yang lurus maka kita akan menerima ujian dan cobaan. Entah benar atau tidak kata suami, peristiwa ini semakin mengokohkan saya dan keluarga untuk mantap dijalan yang diridhoi oleh Alloh SWT. setelah peristiwa penyitaan rumah yang gagal. Ujian selanjutnya datang, disaat usaha kami sedang jatuh bangkrut budhe saya mengajak pergi ke orang pintar, perang batin antara ikut dan tidak terjadi bergejolak dibatin saya. namun sungguh keajaiban itu datang. Akhirnya pergi ke dukun dibatalkan. Hati saya bersyukur terhindar dari perbuatan dosa besar.' tutur Sang Ibu.
Ujian berikutnya menyusul, putra saya mengalami pembengkakan dikelopak matanya. Menurut pemeriksaan dokter dia harus dioperasi. Waktunyapun sudah ditentukan, beberapa hari lagi. Secara medis saya percaya bahwa operasi adalah satu-satunya jalan untuk menyembuhkan sakit putra saya. Namun tak lupa saya memanjatkan doa kepada Alloh SWT. Setiap malam saya menjalankan sholat tahajud.
'Anehnya Mas Agus Syafii, sebelum jatuh tempo operasi. Penyakit yang berada dikelopak mata putra saya menghilang dan sembuh. Awalnya saya ragu, bagaimana mungkin bisa sembuh? kami kemudian pergi ke dokter ahli dan putra saya dinyatakan sembuh sampai si dokternya juga bingung dan menanyakan apakah saya telah pergi ke dokter lainnya?' tutur Sang Ibu dengan mengusap airmatanya yang terus menetes.
Alloh memang sedang menguji kami sekeluarga dan melindungi kami berkat doa-doa kami. Sebagai pemilik rumah makan yang cukup ramai, kini hidup kami sekeluarga sekarang menjadi lebih tentram dan bahagia. Segala sepak terjang kami seolah diawasi oleh Alloh SWT. Meski kerja keras merupakan kebiasaan kami namun kewajiban sholat lima waktu harus disiplin untuk dilaksanakan.
'Dan kami sudah sepakat bersama suami dan anak-anak untuk menyisihkan penghasilan rumah makan kami untuk anak-anak Amalia. Rasanya rizki yang kami peroleh makin melimpah.' Ucap Sang Ibu, tak lama terdengar kumandang adzan maghrib. Kami bergegas sholat menuju Masjid Al-Hikmah didekat rumah.
---
Obatilah orang-orang yang sakit dengan shodaqoh dan bentengilah harta-harta kalian dengan zakat dan siapkan untuk menolak bala' dengan doa (Hadist Riwayat Baihaqi)
Ibu itu bercerita bahwa disaat dirinya bertaubat untuk memulai hidup baru malah terjadi kemelut di dalam keluarganya. Rumah kami akan disita oleh bank. Tinggal beberapa hari lagi petugas bank akan melakukan penyitaan. Jalan menuju rumah kami blokir untuk mencegah penyitaan, kami hanya bisa menangis penuh kesedihan. 'saya harus tegar, menukar kesedihan dengan harapan' katanya.
'Harapan satu-satunya hanya berdoa kepada Alloh SWT, memohon pertolongan kepadaNya. selain sholat fardhu, saya sholat tahajud setiap malam sampai airmata rasanya sudah mengering.' isak tangis sang Ibu.
Pagi itu semua keluarga diliputi oleh tangis sendu di teras rumah, sambil menunggu detik-detik penyitaan rumah kami. Kami ingin menyaksikan rumah kami untuk terakhir kalinya. Rumah dimana anak-anak lahir dan dibesarkan penuh cinta serta kasih sayang. Para tetangga tak kuasa menahan haru melihat kami. Solidaritas para tetangga hadir menunggu petugas bank hadir. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh kedatangan surat pembatalan sita. Subhanallah, Maha Suci Alloh. Saya menjerit kegirangan. Doa saya didengar oleh Alloh.
Kata suami saya, pada tahap kita untuk mencoba berjalan dijalan yang lurus maka kita akan menerima ujian dan cobaan. Entah benar atau tidak kata suami, peristiwa ini semakin mengokohkan saya dan keluarga untuk mantap dijalan yang diridhoi oleh Alloh SWT. setelah peristiwa penyitaan rumah yang gagal. Ujian selanjutnya datang, disaat usaha kami sedang jatuh bangkrut budhe saya mengajak pergi ke orang pintar, perang batin antara ikut dan tidak terjadi bergejolak dibatin saya. namun sungguh keajaiban itu datang. Akhirnya pergi ke dukun dibatalkan. Hati saya bersyukur terhindar dari perbuatan dosa besar.' tutur Sang Ibu.
Ujian berikutnya menyusul, putra saya mengalami pembengkakan dikelopak matanya. Menurut pemeriksaan dokter dia harus dioperasi. Waktunyapun sudah ditentukan, beberapa hari lagi. Secara medis saya percaya bahwa operasi adalah satu-satunya jalan untuk menyembuhkan sakit putra saya. Namun tak lupa saya memanjatkan doa kepada Alloh SWT. Setiap malam saya menjalankan sholat tahajud.
'Anehnya Mas Agus Syafii, sebelum jatuh tempo operasi. Penyakit yang berada dikelopak mata putra saya menghilang dan sembuh. Awalnya saya ragu, bagaimana mungkin bisa sembuh? kami kemudian pergi ke dokter ahli dan putra saya dinyatakan sembuh sampai si dokternya juga bingung dan menanyakan apakah saya telah pergi ke dokter lainnya?' tutur Sang Ibu dengan mengusap airmatanya yang terus menetes.
Alloh memang sedang menguji kami sekeluarga dan melindungi kami berkat doa-doa kami. Sebagai pemilik rumah makan yang cukup ramai, kini hidup kami sekeluarga sekarang menjadi lebih tentram dan bahagia. Segala sepak terjang kami seolah diawasi oleh Alloh SWT. Meski kerja keras merupakan kebiasaan kami namun kewajiban sholat lima waktu harus disiplin untuk dilaksanakan.
'Dan kami sudah sepakat bersama suami dan anak-anak untuk menyisihkan penghasilan rumah makan kami untuk anak-anak Amalia. Rasanya rizki yang kami peroleh makin melimpah.' Ucap Sang Ibu, tak lama terdengar kumandang adzan maghrib. Kami bergegas sholat menuju Masjid Al-Hikmah didekat rumah.
---
Obatilah orang-orang yang sakit dengan shodaqoh dan bentengilah harta-harta kalian dengan zakat dan siapkan untuk menolak bala' dengan doa (Hadist Riwayat Baihaqi)
1 Response to "Tegar"
salam kenal. artikel yang menarik, keep blogging
Post a Comment