Hati Yang Menjerit
Hati siapa yang tidak menjerit ketika seorang istri yang melihat suaminya disiang hati bergandengan tangan dengan seorang perempuan muda? Hati siapa yang tak menjerit? Begitu tutur seorang perempuan muda. Sore itu bertandang ke Rumah Amalia. Luka hatinya sudah mengering. Goresan-goresannya belum hilang benar. Susah sekali untuk bisa memaafkan bukan berarti sesuatu yang tidak mungkin.
Begitu mengetahui orang yang sangat dihormatinya dan disayanginya telah menghianati cinta, air mata terurai dengan derasnya. Ditanyakan hal itu pada suaminya. Berkali-kali suaminya meminta maaf dan mengatakan dirinya khilaf. Hari itu dunia menjadi terasa gelap. Anak-anaknya duduk terdiam melihat ibundanya sedang menangis.
Teringat masa indah diwaktu perkenalan. Waktu itu suaminya sebagai ketua remaja masjid dan dirinya sebagai sekretarisnya. Pertemuan itu menebar bibit cinta. Tak lama berselang dirinya dilamar. Keinginannya yang kuat untuk menyempurnakan ibadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kemudian pernikahan itu terlaksana dengan meriah. Kehidupan menjadi terasa begitu indah dengan kehadiran sang buah hati.
Dua Keluarga besar berkumpul untuk mensyukuri kelahiran putra pertamanya. Disisi lain karier suaminya juga mulai menanjak. Kehidupan yang dulunya serba susah kini menjadi lebih baik. Dulu yang serba kekurangan boleh terbilang sekarang rizki melimpah. 'Alhamdulillah Mas, rizki melimpah tidak membuat kami jauh dari Sang Khaliq.' tuturnya.
Sejak pertengkaran hebat itu suaminya jarang pulang ke rumah, memilih menginap di rumah orang tuanya. Sampai pada suatu hari badan putranya yang pertama sakit panas telah membuatnya panik. Dibawanya ke dokter. Anaknya yang kedua memaksa dirinya untuk menghubungi suaminya. Air mata itu terus berlinang mengabarkan keadaan anaknya yang sedang sakit kepada suaminya sampai akhirnya dirinya bertemu dengan suaminya untuk menjenguk anaknya yang sedang di rawat di Rumah Sakit.
Pertemuan di Rumah Sakit itu terlihat suaminya menangis terisak-isak bagai anak kecil. Selama sepuluh tahun pernikahannya baru kali ini melihat suaminya menangis seperti dan sekarang menangis takut kehilangan istri dan anak-anaknya. Dipeluk suami dan anak-anaknya. Kata memaafkan menjadi terasa menenteramkan hati dan pikirannya. Hanya semata-mata ketaqwaannya kepada Allahlah memaafkan setulus hati dengan begitu mudah dilakukannya.
'Saya teringat pesan Mas Agus waktu itu kepada saya, bahwa Nabi mengajarkan kepada kita agar memaafkan karena dengan memaafkan Allah memberikan kemuliaan pada hidup kita,' tutur beliau. 'Alhamdulillah dengan peristiwa ini kami sekeluarga semakin meningkatkan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' lanjutnya. Sore hari itu matahari mulai menenggelamkan dirinya. Puji syukur tak lupa selalu dipanjatkan kehadiratNya. Begitu indah hidup ini dengan memaafkan setulus hati.
'Allah akan membalas orang yang memaafkan orang lain dengan menambahkan kemuliaannya.' (HR. Muslim).
Begitu mengetahui orang yang sangat dihormatinya dan disayanginya telah menghianati cinta, air mata terurai dengan derasnya. Ditanyakan hal itu pada suaminya. Berkali-kali suaminya meminta maaf dan mengatakan dirinya khilaf. Hari itu dunia menjadi terasa gelap. Anak-anaknya duduk terdiam melihat ibundanya sedang menangis.
Teringat masa indah diwaktu perkenalan. Waktu itu suaminya sebagai ketua remaja masjid dan dirinya sebagai sekretarisnya. Pertemuan itu menebar bibit cinta. Tak lama berselang dirinya dilamar. Keinginannya yang kuat untuk menyempurnakan ibadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kemudian pernikahan itu terlaksana dengan meriah. Kehidupan menjadi terasa begitu indah dengan kehadiran sang buah hati.
Dua Keluarga besar berkumpul untuk mensyukuri kelahiran putra pertamanya. Disisi lain karier suaminya juga mulai menanjak. Kehidupan yang dulunya serba susah kini menjadi lebih baik. Dulu yang serba kekurangan boleh terbilang sekarang rizki melimpah. 'Alhamdulillah Mas, rizki melimpah tidak membuat kami jauh dari Sang Khaliq.' tuturnya.
Sejak pertengkaran hebat itu suaminya jarang pulang ke rumah, memilih menginap di rumah orang tuanya. Sampai pada suatu hari badan putranya yang pertama sakit panas telah membuatnya panik. Dibawanya ke dokter. Anaknya yang kedua memaksa dirinya untuk menghubungi suaminya. Air mata itu terus berlinang mengabarkan keadaan anaknya yang sedang sakit kepada suaminya sampai akhirnya dirinya bertemu dengan suaminya untuk menjenguk anaknya yang sedang di rawat di Rumah Sakit.
Pertemuan di Rumah Sakit itu terlihat suaminya menangis terisak-isak bagai anak kecil. Selama sepuluh tahun pernikahannya baru kali ini melihat suaminya menangis seperti dan sekarang menangis takut kehilangan istri dan anak-anaknya. Dipeluk suami dan anak-anaknya. Kata memaafkan menjadi terasa menenteramkan hati dan pikirannya. Hanya semata-mata ketaqwaannya kepada Allahlah memaafkan setulus hati dengan begitu mudah dilakukannya.
'Saya teringat pesan Mas Agus waktu itu kepada saya, bahwa Nabi mengajarkan kepada kita agar memaafkan karena dengan memaafkan Allah memberikan kemuliaan pada hidup kita,' tutur beliau. 'Alhamdulillah dengan peristiwa ini kami sekeluarga semakin meningkatkan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' lanjutnya. Sore hari itu matahari mulai menenggelamkan dirinya. Puji syukur tak lupa selalu dipanjatkan kehadiratNya. Begitu indah hidup ini dengan memaafkan setulus hati.
'Allah akan membalas orang yang memaafkan orang lain dengan menambahkan kemuliaannya.' (HR. Muslim).
1 Response to "Hati Yang Menjerit"
memang belajar memaafkan itu tidak mudah,tapi kita harus lakukan,karena manusia tidak ada yg sempurna :)
Post a Comment